SHAKE Garam Biar Sehat, Yuk!

Halo Teman Sehat! Udah tahu belum kalau World Health Organization (WHO) punya gerakan baru bernama SHAKE? Sebenarnya apa sih SHAKE itu?

SHAKE The Salt Habit adalah suatu gerakan yang bertujuan mengurangi rata-rata konsumsi garam hingga di bawah 5 gram per hari buat dewasa dan lebih rendah lagi buat anak-anak. Jika tujuan ini tercapai, dampaknya akan sangat baik buat kesehatan masyarakat, khususnya dalam hal penyakit tidak menular. Lalu, menurut Teman Sehat gimana caranya SHAKE bisa mencapai tujuan itu?

Nah berikut ada 5 area yang jadi fokus dari SHAKE demi mencapai tujuan tersebut nih Teman Sehat.

1. Surveillance mengukur dan memantau pola konsumsi garam

Mengukur dan memantau pola konsumsi garam di masyarakat adalah hal pertama yang dilakukan di SHAKE. Selain itu, akan dilakukan juga pengukuran dan pengamatan kandungan natrium pada makanan sehingga diharapkan bisa dibuat standar yang sesuai untuk masyarakat sambil terus dilakukan evaluasi.

Tapi sambil menunggu data ini, sebaiknya Teman Sehat udah mulai mengurangi konsumsi garam ya! Karena ternyata hampir semua negara tingkat konsumsinya di atas batas yang direkomendasikan loh.

2. Harness industry (mempromosikan pembuatan makanan dan minuman agar mengandung lebih sedikit garam)

Baca Juga: Lakukan 10 Jurus Kurangi Natrium Ini Demi Jantung Sehat!

Ketika survei udah menunjukkan kandungan garam tiap bahan makanan dan menentukan batas konsumsi, peran serta industri makanan sangat diperlukan.

Penelitian menunjukkan bahwa garam bisa dikurangi sekitar 40 – 50% tanpa diketahui perubahan rasanya oleh konsumen dalam waktu sekitar 1 – 2 bulan penyesuaian.

Kalau Teman Sehat membeli makanan kemasan juga sebaiknya jangan menambahkan garam lagi ya! Lama-kelamaan Teman Sehat akan terbiasa dan akan lebih sensitif merasakan rasa asin dengan kandungan garam yang lebih sedikit.

3. Adopt standards for labelling and marketing (penerapan standard untuk penjualan makanan yang efektif dan akurat)

Teman Sehat biasa membaca label makanan baru membelinya atau jangan-jangan langsung membeli makanan tanpa membaca label?

Ternyata dalam upaya mengurangi konsumsi garam, label makanan juga menjadi sarana penting loh. Tulisan tentang kandungan gizi ataupun klaim produk (tinggi protein, rendah natrium, dan sebagainya) diharapkan dapat ditampilkan sejujur mungkin buat memudahkan masyarakat dalam memantau konsumsi garamnya dalam sehari. Label jujur ini terbukti berhasil di beberapa negara, Finlandia misalnya. Hasilnya? Konsumsi garam berhasil turun 15% dalam 28 tahun.

4. Knowledge (edukasi meyakinkan individu agar mengonsumsi lebih sedikit garam)

Dalam setiap kegiatan rasanya tak lengkap bila tidak disertai edukasi dan komunikasi. Walaupun LSM udah mengamati pola konsumsi masyarakat dan industri udah mencantumkan label makanan di kemasan yang praktis, tetap aja konsumsi garam ngga berkurang optimal kalau masyarakar ngga mendapat pengetahuan langsung tentang pentingnya mengurangi konsumsi garam. Sosialisasi tentang pengaruh garam pada kesehatan, pencegahan hipertensi misalnya, masih perlu dilakukan.

5. Environment (lingkungan yang mendukung)

Dukungan dari lingkungan sangat diperlukan dalam mendukung suatu gerakan baru. Pemerintah, sekolah, kantor, rumah sakit, klinik, hingga LSM diharapkan dapat membantu mensukseskan gerakan SHAKE ini.

Sampai di sini, menurut Teman Sehat langkah SHAKE mana yang sudah dilakukan di Indonesia? Yuk, tulis jawabanmu di kolom komentar!

Editor & Proofreader : Narita Putri, S.Gz

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.