Banyak Makan saat Malam? Waspada Night Eating Syndrome!

Night eating syndrome merupakan salah satu gangguan pada makan yang mana nafsu makan lebih tinggi di malam hari. Kondisi ini bisa dipicu oleh beberapa hal, salah satunya akibat mengalami gangguan psikologis. Supaya lebih jelas, yuk simak artikel berikut!

Apa itu Night Eating Syndrome?

Sindrom makan malam adalah kelainan makanan yang terjadi secara bersamaan dengan seringnya mengalami gangguan tidur. Penderita akan banyak makan setelah makan malam, jika terbangun di malam hari akan kesulitan tidur kembali tanpa makan. Night eating syndrome, berhubungan dengan gangguan psikologis dan penyakit penyerta secara bersamaan. Gangguan psikologis meliputi kecemasan, penggunaan narkoba, bulimia nervosa, dan gangguan makan lainnya.

gangguan makan
Foto: Freepik.om

Gejala Night Eating Syndrome

Gejala dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan, yaitu mengalami insomnia lebih dari empat kali dalam seminggu. Bangun untuk makan yang terkadang beberapa kali terjadi dalam satu malam. Hal ini dapat berlangsung berminggu-minggu atau bahkan beberapa bulan. Seseorang yang mengalaminya merasa harus kenyang terlebih dahulu agar bisa kembali tidur, sehingga cenderung akan mengonsumsi makanan dengan kalori yang lebih banyak di malam hari.

Selain itu, nafsu makan berkurang di siang hari, namun di sore atau malam mengalami hiperfagia atau rasa lapar dan makan yang berlebihan. Beberapa orang yang mnegalaminya bahkan tidak akan merasakan lapar dari pagi hingga sore hari.

Hal ini juga dipengaruhi depresi dan kecemasan. Saat mengalami gangguan kesehatan mental terutama cemas dan depresi, penderita akan sulit atau bahkan tidak dapat mengendalikan pola makannya.

night eating syndrome
Foto: Freepik.om

Penyebab dan Efeknya pada Kesehatan

Ada beberapa faktor yang diyakini oleh beberapa layanan kesehatan terkait penyebab sindrom ini, yaitu adanya gangguan ritme sirkadian atau ritme alami tubuh yang mengontrol rasa lelah, waspada dan lapar. Night eating syndrome dapat diturunkan dari keluarga. Mengalami gangguan kesehatan mental karena penderita sindrom ini juga mengalami kecemasan atau depresi. Bisa juga sebagai efek dari gangguan makan akibat menjalankan diet yang ekstrim atau akibat penyalahgunaan obat terlarang.

Sindrom ini berkaitan dengan obesitas, namun belum diketahui secara pasti penyebab atau dampak dari obesitas terhadap kondisi ini. Namun, salah satu kemungkinannya yaitu adanya kaitan antara masalah tidur dan penambahan berat badan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa tidak semua orang yang mengalami sindrom ini mengalami diabetes.

Cara Atasi Night Eating Syndrome

Seseorang yang menderita sindrom ini dapat memberikan perhatian lebih pada kesehatan mental dan memilih makanan sehat untuk dikonsumsi. Sebaiknya hindari menyimpan makanan yang mengandung gula dan lemak tinggi di rumah, supaya bila gejala muncul kamu tidak akan secara impulsif mengonsumsi makanna tersebut. 

Selain itu, perhatikan kebersihan kamar tidur, seperti suhu yang nyaman dan usahakan tidur dijam yang sama setiap harinya. Hindari konsumsi kafein dan menggunakan gadget sebelum tidur.

Supaya tidur lebih nyenyak di malam hari, Sahabat Sehat bisa melakukan berbagai kegiatan yang cukup menguras tenaga di siang hari, seperti olahraga dan melakukan aktivitas fisik lainnya. Jika kamu mengalami ini dan sulit dikendalikan sendiri, segera melakukan pemeriksaan kepada tenaga profesional.

Referensi

Celeveland Clinic. 2021. Night Eating Syndrome (NES). https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21731-night-eating-syndrome-nes. Diakses 21 Desember 2023.

Martin, S., D. 2023. What Is Night Eating Syndrome?. https://www.webmd.com/mental-health/eating-disorders/binge-eating-disorder/what-is-night-eating-syndrome. Diakses 21 Desember 2023.

Sakthivel, S. J., Hay, P., & Mannan, H. (2023). A Scoping Review on the Association between Night Eating Syndrome and Physical Health, Health-Related Quality of Life, Sleep and Weight Status in Adults. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37375694/. Diakses 21 Desember 2023.

Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.