Sahabat Sehat, puasa Ramadhan menjadi sebuah kewajiban untuk seluruh umat Islam. Namun, dengan kondisi sakit seseorang diperbolehkan untuk tidak puasa dan mengganti puasa atau dengan membayar fidiah. Tapi untuk diabetesi yang tetap ingin berpuasa, apakah diperbolehkan? Lalu apa saja yang perlu dipersiapkan untuk puasa?
Apakah diabetesi diperbolehkan puasa?
Diabetesi harus konsultasi dengan dokter dan ahli gizi 1-2 bulan sebelum puasa Ramadhan untuk mengetahui kondisi kesehatan dan kesiapannya. Dokter dan ahli gizi akan melakukan penilaian risiko. Diabetesi dengan risiko tinggi tidak dianjurkan puasa, risiko sedang boleh puasa atas persetujuan dokter, dan diabetesi dengan risiko rendah diperbolehkan puasa dengan arahan dan pengawasan dokter.

Apa yang harus diketahui diabetesi sebelum puasa?
Mengatur pola makan
Sahabat Sehat, pengaturan pola makan sebelum puasa dan saat puasa harus tetap memenuhi kebutuhan harian tubuh. Konsumsi makanan dapat dipenuhi saat sahur dan buka puasa. Diabetesi harus konsumsi makanan beragam dan bergizi seimbang yang beracuan pada isi piringku. Makanan yang dipilih sebaiknya berupa karbohidrat kompleks, tinggi protein dengan rendah lemak, dan lemak tak jenuh. Contoh: beras merah, gandum, roti pipih, oatmeal, ikan, daging sapi tanpa lemak, daging ayam tanpa kulit, telur ayam bagian putih, kedelai, kacang-kacangan. Pilih cara pengolahan di kukus, rebus, tumis, atau panggang sehingga tidak menambah kandungan lemak.
Jika digambarkan dalam piring makan maka ¼ piring dari karbohidrat, ¼ piring protein, dan ½ piring sayur dan buah. Minum air putih minimal 8 gelas sehari.
Konsumsi karbohidrat kompleks, tinggi protein, tinggi serat, dan rendah kadar gula membantu memberikan rasa kenyang leboh lama dan tidak meningkatkan kadar gula darah. Batasi konsumsi minuman manis, mengandung kafein (teh dan kopi), soda saat sahur dan buka puasa untuk menghindari dehidrasi dan kenaikan kadar gula darah.
Diabetesi saat sahur, dapat makan-makanan ringan terlebih dulu dan makan berat menjelang imsak untuk memberikan rasa kenyang lebih lama. Diabetsi, dapat berbuka puasa diawali dengan minum air putih, makan 1-3 buah kurma untuk meningkatkan kadar gula darah dan camilan sehat. Makan berat dikonsumsi 10 menit kemudian atau setelah shalat magrib. Sebelum tidur atau setelah shalat tarawih diabetesi dapat konsumsi makanan ringan seperti buah dengan susu atau roti.
Mengatur aktivitas fisik dan olahraga
Aktivitas fisik dapat dilakukan seperti biasa. Ganti olahraga berat dengan olahraga ringan di pagi hari atau setelah buka puasa. Tetap lakukan shalat tarawih, karena terdapat gerakan berulang yang dapat disebut sebagai olahraga ringan.

Memantau kadar gula darah
Berdasarkan International Diabetes Federation (IDF) dalam The Diabetes and Ramadan (DAR), pemantauan kadar gula darah dilakukan 7-8 kali sehari, yaitu pada sebelum makan sahur, 2 jam setelah makan sahur, siang hari pukul 12.00, sore pukul 16.00, menjelang buka puasa, dan 2 jam setelah buka puasa. Pemantauan juga dilakukan setiap saat jika merasakan perubahan kadar gula darah. Gejala yang di rasakan seperti gemetar, keringat dingin, lemas, pusing, lapar, jantung berdetak kencang, dan kesadaran menurun.
Risiko yang akan terjadi
Diabetesi yang tidak memperhatikan asupan makan dan aktivitas fisik dapat menimbulkan risiko hipoglikemia (kadar gula darah rendah) “<70mg/dl”, hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) “>300 mg/dl”, dan dehidrasi.
Sahabat Sehat itulah hal yang perlu diperhatikan dan tips yang bisa diabetesi persiapkan sebelum menjalani ibadah puasa. diabetesi juga dapat latihan puasa terlebih dahulu dan jangan lupa untuk selalu komunikasi dengan dokter dan ahli gizi untuk membantu memantau kondisi kesehatan diabetesi selama puasa.
Ditulis oleh:
Nurul Hidayatun Nasiha, S.Gz
Penulis merupakan lulusan S1 Gizi Universitas Negeri Semarang dan saat ini sedang menempuh pendidikan Profesi Dietisien di IPB University.
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP