Asfiksia merupakan gangguan yang terjadi saat proses pernapasan, sehingga sulit untuk bernapas. Biasanya, kondisi ini terjadi pada bayi yang baru lahir. Ada beberapa faktor yang menjadi pemicunya. Lebih lanjut, simak artikel ini sampai habis ya, Sahabat Sehat!
Apa itu asfiksia?
Asfiksia pada bayi disebut sebagai asfiksia neonatorum atau asfiksi perinatal adalah kondisi ketika janin tidak mendapatkan aliran darah atau pertukaran udara yang cukup saat sebelum, selama maupun setelah proses persalinan. Hal ini akan membuat pasokan oksigen pada tubuh bayi terganggu, sehingga berisiko sebabkan gangguan kesehatan bahkan kematian.

Menurut WHO, pada bayi saat lahir yang disebabkan mengalami asfiksia sebagai kegagalan bernapas sekitar 900.000 kematian pertahunnya diseluruh dunia. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, asfiksia menjadi penyebab kematian ketiga (23%) setelah infeksi bayi baru lahir (36%) dan bayi lahir prematur atau bayi dengan berat badan lahir rendah (27%) di Asia Tenggara.
Tanda dan gejala bayi mengalami asfiskia
Tanda dan gejala asfiksia lahir dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah kelahiran. Sebelum lahir, bayi mungkin memiliki detak jantung janin yang tidak normal atau tingkat pH darah yang rendah, yang menandakan kelebihan asam.
Bayi yang saat lahir mengalami kekurangan oksigen atau gangguan aliran darah biasanya memberika tanda dan gejala terterntu. Di antaranya warna kulit yang tidak biasa, diam dan tidak menangis, detak jantung rendah, tonus otot dan refleks lemah, kurang bernapas atau kesulitan bernapas, cairan ketuban diwarnai dengan mekonium, kejang, sirkulasi yang buruk, tubuh lemas atau lesu, tekanan darah rendah, kurang buang air kecil, serta pembekuan darah yang tidak normal.

Faktor yang dapat sebabkan asfiksia pada bayi
Salah satu faktor yang menjadi penyebab kondisi ini yakni adanya masalah pada rahim, seperti pecahnya rahim. Selain itu, juga bisa akibat adanya masalah pada plasenta, ibu mengalami infeksi, maupun kekurangan oksigen pada bayi karena ibu yang melahirkan memiliki masalah pernapasan dan jantung atau mengalami pendarahan saat melahirkan. Di samping itu, adanya masalah pada tali pusar, termasuk kompresi tali pusar, prolaps tali pusar dan simpul tali pusar juga menjadi faktor penyebabnya.
Adapun faktor risiko asfiksia lainnya yaitu hamil berusia antara 20 dan 25 tahun. Kelahiran ganda, seperti melahirkan anak kembar atau kembar tiga, tidak menghadiri pemeriksaan kehamilan. Berat badan lahir rendah, posisi janin yang tidak normal saat melahirkan, preeklampsia atau eklampsia dan riwayat asfiksia lahir pada kelahiran sebelumnya.
Sahabat Sehat, tidak semua kejadian asfiksia saat lahir dapat dicegah, namun dengan adanya pelayanan prenatal yang lebih menyeluruh dan pelayanan medis yang tepat, angka kejadian asfisia akan lebih rendah. Adanya perawatan medis tingkat lanjut juga dapat mengatasi komplikasi akibat asfiksia saat lahir.
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP