Kejadian traumatis bisa membuat seseorang merasakan distres psikologis yang diikuti oleh munculnya gejala fisik, mental, atau emosional. Ada yang mendadak gemetar, kehilangan nafsu makan, menangis, cemas, ketakutan, kebingungan, bahkan terguncang hingga ngga merespons siapapun.
Sahabat Sehat, pernah ngga kamu menjumpai seseorang yang mengalami hal tersebut? Adakah sesuatu yang bisa kamu lakukan untuk menolong mereka? Yuk, simak penjelasan berikut!

Mengenal psychological first aid
Psychological first aid (PFA) atau pertolongan pertama psikologis adalah respons suportif dan manusiawi yang diberikan kepada anak-anak, remaja, dewasa, atau keluarga penyintas kejadian traumatis yang sekiranya membutuhkan pertolongan. Pertolongan pertama tersebut diharapkan dapat membuat seseorang merasa aman, tenang, lebih mudah beradaptasi dengan keadaan (koping), memiliki kondisi mental yang lebih kuat, serta merasa berdaya karena mendapat akses dukungan sosial, fisik, dan emosional.
PFA sebaiknya diberikan sesaat setelah seseorang mengalami kejadian traumatis di tempat yang terjamin keamanan dan kerahasiaannya. Sahabat Sehat bisa ikut menjadi penolong dan memberikan PFA bagi penyintas, loh, asalkan sudah pernah mengikuti pelatihan mengenai PFA. Tapi, sebaiknya penanganan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang lebih ahli apabila penyintas yang akan ditolong mengalami cedera berat, sangat sedih sehingga ngga bisa merawat diri sendiri, maupun berpotensi menyakiti diri sendiri atau orang lain.

Langkah melakukan psychological first aid
Langkah melakukan PFA terdiri dari tiga prinsip, yaitu mengamati, mendengar, dan menghubungkan. Pertama, penolong perlu mengamati lingkungan sekitar penyintas dan reaksi yang ditunjukkan oleh penyintas. Saat memberikan PFA, pastikan penolong dan penyintas berada di tempat yang aman. Apabila penyintas menunjukkan reaksi yang serius, penolong dapat merujuk penyintas untuk ditangani lebih lanjut oleh tenaga kesehatan.
Selanjutnya, saat mendengar keluh kesah dan cerita penyintas, penolong perlu mendengarkan secara aktif untuk memahami situasi dan kebutuhan penyintas. Caranya yaitu dengan memberikan perhatian penuh, mendengarkan kekhawatiran penyintas sepenuh hati, serta mendengarkan dengan perhatian dan respek. Tunjukkan empati dan berikan pujian terhadap ketegaran penyintas. Dengan menerapkan prinsip ini, penolong bisa mengetahui kebutuhan dan kekhawatiran penyintas serta membantu mereka merasa lebih baik.
Terakhir, setelah mendengarkan secara aktif dan mengetahui apa yang dibutuhkan penyintas, penolong dapat menghubungkan penyintas dengan pihak yang dapat membantu. Bantuan yang diberikan diharapkan membuat penyintas berdaya dan kembali memegang kendali atas kondisinya.
Perhatikan ini saat melakukan psychological first aid
Perlu dipahami bahwa PFA bukanlah konseling psikologis profesional. Dalam pelaksanaannya, penolong sebaiknya ngga meminta penyintas menjelaskan dan menganalisis kejadian traumatis yang baru dialaminya. Penolong juga ngga diperbolehkan mendesak penyintas untuk menceritakan perasaannya.
Saat melakukan PFA, penolong harus bisa dipercaya dan menghargai privasi penyintas. Penolong sebaiknya ngga nge-judge perilaku atau perasaan penyintas. Hargai hak penyintas untuk membuat keputusan. Apabila penyintas menolak bantuan saat ini, berikan mereka pemahaman bahwa mereka dapat tetap memperoleh bantuan di masa mendatang.
Dengan memahami PFA, Sahabat Sehat jadi tahu tindakan yang tepat untuk menolong seseorang yang baru mengalami kejadian traumatis. Bila ada kesempatan, ikutilah pelatihan melakukan PFA dan jadilah agen penjaga kesehatan mental sesama!
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP