Plus Minus Kacang-kacangan untuk Cegah Stunting

Sahabat Sehat lebih sering mengonsumsi tempe atau susu? Beberapa mungkin sudah pernah mendengar bahwa, protein hewani bisa mencegah stunting. Namun, apakah mengonsumsi protein yang bersumber dari tanaman seperti kacang-kacangan juga dapat mencegah stunting? Mari simak jawabannya pada artikel berikut ini!

Apa itu kacang-kacangan?

Mengutip dari hasil studi oleh Trianto et al.  dalam Journal of Biology Science and Education, kacang-kacangan merupakan salah satu sumber protein nabati. Nah, jika dikelompokkan jenis kacang-kacangan tergolong menjadi dua.

kacang-kacangan untnuk cegah stunting
Foto: Pexels.com

Pertama yaitu nuts berupa kacang sejati yang merupakan biji dari pohon-pohonan. Kemudian kedua ada legum yang merupakan biji dari tanaman polong-polongan berupa benih di dalam suatu lapisan atau kantong dari tanaman itu sendiri. Contoh kacang-kacangan yang umum dikonsumsi di Indonesia termasuk golongan legum yaitu kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, kacang panjang dan kacang polong.

Apakah kacang-kacangan juga bisa cegah stunting?

Pemberian makanan bergizi seimbang yang di dalamnya mengandung pangan sumber protein hewani dan nabati merupakan upaya dalam pencegahan stunting. Pada salah satu hasil penelitian dalam Jurnal Ilmu Kesehatan di tahun 2022, protein nabati termasuk kacang-kacangan juga berperan penting dalam mendukung proses tumbuh dan kembang anak. termasuk mencegah terjadinya stunting. Penting untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak sejak dalam kandungan, bahkan sebaiknya ibu perlu menjaga kesehatannya sejak usia remaja demi persiapan menjelang kehamilan.

Plus minus kacang-kacangan

Berdasarkan Trianto et al. (2019) kacang-kacangan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, sumber vitamin B, mineral dan serat makanan. Kandungan protein di dalamnya berkisar antara 20-35%, bahkan kacang kedelai mencapai 30-50% protein yang hampir setara dengan protein hewani dari daging, susu dan telur.

Dikutip dari salah satu studi dalam Berita Biologi, kacang-kacangan mempunyai keunggulan yaitu mengandung proporsi lemak tidak jenuh yang lebih banyak dibanding pangan hewani. Kacang-kacangan juga mengandung isoflavon, yaitu kandungan fitokimia yang turut berfungsi mirip hormon estrogen dan antioksidan, serta antikolesterol.

Akan tetapi, asam amino kacang-kacangan memang tidak selengkap seperti dalam protein hewani. Selain itu, umumnya pangan nabati ini juga mengandung zat antigizi yang dapat menghambat penyerapan zat gizi, seperti asam fitat dan tanin yang berikatan dengan protein sehingga mengurangi daya cerna protein.

menu bergizi seimbang
Foto: Pexels.com

Strategi konsumsi kacang-kacangan

Jadi, gimana caranya supaya bisa mendapatkan manfaat yang makimal dari kacang-kacangan? Yap, salah satunya adalah dengan mengonsumsi dalam jumlah yang tepat.

Berdasarkan “Isi Piringku Kaya Protein Hewani” sesuai Pedoman Gizi Seimbang, ibu hamil dan ibu menyusui dianjurkan mengonsumsi pangan sumber protein nabati 4 porsi/hari. Satu porsi protein nabati setara dengan 1 potong sedang (50 g) tempe atau 2 potong sedang (100 g) tahu. Sedangkan, pemberian MP-ASI mengutamakan pangan sumber protein hewani untuk bayi usia 6-23 bulan, contohnya MP-ASI untuk bayi 9-11 bulan menggunakan bahan ikan kembung 30 g dan tempe 10 g.

Berdasarkan salah satu penelitian yang dipublikasikan melalui Seminar Nasional FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, kombinasi kacang-kacangan dengan serealia (nasi, roti, dll) dapat menghasilkan susunan protein yang komplit, contohnya perpaduan nasi dengan tempe. Namun, Sahabat Sehat ngga harus selalu memadukannya pada satu waktu makan, contohnya kamu bisa mengonsumsi serealia untuk sarapan dan kacang-kacangan untuk camilan. Mengonsumsi makanan yang beraneka ragam sangat penting dalam mewujudkan gizi seimbang.

Sekarang Sahabat Sehat sudah lebih memahami bahwa tempe, tahu, kacang hijau, atau kacang-kacangan lainnya berperan dalam cegah stunting. Namun disamping itu, kamu tetap perlu mengupayakan makan sesuai “Isi Piringku Kaya Protein Hewani”. Tidak lupa konsumsi makanan beragam untuk mendapatkan manfaat zat gizi yang lebih optimal.

Ditulis oleh:
Rani Assyifa, S.Gz
S1 Gizi Masyarakat IPB University,
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Dietisien IPB University

 

Referensi

[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang. Kementerian Kesehatan RI.

Mukhlis, Huriah T. 2022. Effectiveness of soy food for stunting prevention in toddlers. Jurnal Ilmu Kesehatan. 7(2):135-146. https://aisyah.journalpress.id/index.php/jika/article/view/7S220.

Setiarto RHB, Widhyastuti N. 2016. Penurunan kadar tannin dan asam fitat pada tepung sorgum melalui fermentasi Rhizopus oligosporus, Lactobacillus plantarum dan Saccharomyces cerevisiae. Berita Biologi. 15(2):149-157. https://e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article/view/2295.

Sutiari NK, Widarsa KT, Swandewi A, Widarini P. 2011. Profil asam amino ekstrak seredele dan tempe kedelai, makanan tradisional hasil fermentasi. Seminar Nasional FMIPA Undiksha. Universitas Udayana. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/view/2739

Trianto M, Budiarsa IM, Kunder IN. 2019. Kadar protein berbagai jenis kacang (leguminoceae) dan pemanfaatannya sebagai media pembelajaran. Journal of Biology Science and Education. 7(2):533-538. https://jurnal.fkip.untad.ac.id/index.php/ejipbiol/article/view/1140

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.