Semua kalangan dari segala usia semakin sering memanfaatkan internet sebagai media komunikasi, pertukaran informasi, dan pemenuhan kebutuhan secara online. Kini, gadget sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari, tak terkecuali anak-anak.
Bahkan, tidak sedikit yang kecanduan gadget dan membuatnya lebih sering di rumah. Hal tersebut karena kondisi otak anak sudah sangat terbiasa dan bergantung pada gadget, sehingga seolah otak meletup-letup seperti popcorn karena rangsangan kuat dari gadget. Si kecil terlihat sangat serius mengoperasikan gadget seperti sedang dikendalikan.

Apakah Popcorn Brain Berbahaya?
Seorang anak yang sudah terkena popcorn brain akan selalu mencari hal-hal yang membuatnya semakin brutal, impulsif, dan menarik. Ia akan selalu mencari gadget yang membuatnya antusias. Kondisi popcorn brain ini bisa menurunkan daya konsentrasi anak karena otaknya hanya mencari stimulus yang kuat. Stimulus tersebut sudah tercurahkan kepada gadget yang menjadi kebiasaannya sehari-hari.
Efek samping popcorn brain ini tidak sedikit. Pertama, daya kognitif anak melemah, sehingga sulit berkonsentrasi dan mengingat sesuatu. Salah satu tandanya adalah tidak mampu mengikuti pelajaran dengan sempurna karena tidak sanggup berkonsentrasi membaca, mendengarkan, maupun berpikir. Kedua, kemampuan anak dalam mengendalikan emosi menjadi lemah.
Ketiga, kecanduan. Dilansir dari laman the Asian Parent, seseorang yang kecanduan gadget tidak mampu menahan diri untuk melepas gadget, meskipun sementara waktu. Ia terdorong memeriksa notifikasi atau membuka sebuah aplikasi sebagai kegiatan yang memuaskan dirinya. Semua itu karena stimulasi terus menerus yang mengaktifkan sel dopamin di dalam nukleus accumbens, pusat kesenangan utama otak.
Bagaimana Cara Mengatasi Anak Kecanduan Gadget?
Popcorn brain merupakan kondisi serius yang harus segera ditangani agar tidak semakin mengubah perilaku anak. Terdapat beberapa cara mengatasi anak yang kecanduan gadget.

Membatasi Waktu Penggunaan
Sangat perlu membatasi waktu penggunaan gadget, terutama anak-anak. Durasi waktu mengakses gadget (screen time) dapat disesuaikan dengan usia anak. Berdasarkan rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP), ada empat kategori usia anak dalam pembatasan waktu mengakses gadget.
Anak yang berusia di bawah 18 bulan sebaiknya jangan dikenalkan secara intens dengan gadget. Cukup memberi waktu untuk face time atau video call seperlunya. Jangan memberikan gadget hanya agar si kecil tidak menangis. Berikan permainan menarik sesuai usianya dan jauhkan gadget dari jangkauannya agar tidak kecolongan.
Bagi anak berusia 18-24 bulan, hendaknya pilihkan program berkualitas tinggi dan awasi anak saat menonton. Pilihkan konten edukasi yang memicu tumbuh kembangnya. Meskipun demikian, tetap berikan durasi waktu agar jangan terlalu lama menatap gadget, yang membuatnya tidak tertarik dengan kegiatan positif lainnya.
Anak usia 2-5 tahun, durasi maksimalnya satu jam setiap hari. Utamakan konten yang mengedukasi, baik untuk perkembangan kognitif, maupun nilai-nilai sosialnya. Dampingilah anak setiap kali mengakses gadget agar menonton tayangan sesuai usianya sekaligus menjadi momen bonding orang tua dan anak.
Anak-anak berusia 6 tahun dan yang lebih tua juga perlu durasi mengakses gadget yaitu 1-2 jam sehari. Lengkapi gadget dengan fitur age-restricted untuk memilih jenis aplikasi atau tontonan yang diakses.
Menentukan Jadwal
Di samping durasi, tetapkan jadwal bermain gadget. Pastikan waktunya agar tidak mengganggu waktu tidur, ibadah, aktivitas fisik, dan aktivitas penting lainnya. Untuk membentuk kepribadiannya, jangan biarkan si kecil bermain gadget saat makan, belajar, berkendara, juga berbicara dengan orang lain.
Mendorong Anak Melakukan Aktivitas Fisik
Ajaklah anak bergerak aktif melakukan permainan fisik, seperti berlari, petak umpet, dsb. Luangkan waktu untuk mengajaknya melakukan kegiatan bersama, seperti memasak, menyiram tanaman, belajar, dll.
Memberikan Contoh Perilaku Positif untuk Anak
Anak banyak belajar dari perilaku orang tuanya, oleh karena itu Sahabat Sehat bisa mencontohkan perilaku tersebut dibanding hanya menetapkan aturan-aturan tersebut. Berilah contoh dengan tidak selalu mengutamakan gadget dan membatasi waktu aksesnya. Anak akan termotivasi dan mengikuti nasihat yang diberikan.
Anak boleh saja bermain gadget, namun perhatikan durasinya agar tidak kecanduan dan berdampak negatif pada tumbuh kembangnya. Berbagai cara di atas membantu mencegah sekaligus mengatasi popcorn brain pada anak akibat gadget.