Tanaman Pangan Liar : Solusi Atasi Kerawanan Pangan

Tahukah kamu, Teman Sehat, Peta Kerawanan Pangan yang dikeluarkan oleh World Food Programme tahun 2015 menyebutkan:

sebanyak 15% atau sekitar 60 dari 398 kabupaten di Indonesia mengalami kerawanan pangan.

Data tersebut diprediksi para ahli belum akan membaik. Penyebabnya? inflasi tahunan, laju pertumbuhan penduduk dan perubahan iklim.

Keadaan tersebut membuat Dr. Ir. Annis Catur Adi, M.Si, dosen dan peneliti Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, mencari alternatif jalan keluar bagi daerah rawan pangan, di dekat dengan tempatnya mengabdi: Pulau Madura.

Sejak tahun 2014, Dr Annis bersama mahasiswa melakukan penelitian dengan di wilayah Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan yang merupakan kabupaten di Pulau Madura. Dari penelitian tersebut ditemukan 37 jenis bahan pangan dari tanaman liar yang terdiri dari 16 spesies pada kelompok sayur-sayuran, 14 pada kelompok buah-buahan, dan 7 pada kelompok umbi-umbian.

Sayuran yang ditemukan antara lain kecipir, blunthas, daun katuk, bayam alas, bletah, blincong, dan sembukan. Sedangkan untuk buah-buahan, yakni rambusa, mundu, kelapa, sirsak, bengkuang, dan sanek. Juga ada tamanan liar yang masuk kelompok umbi-umbian, seperti gadung, sobeg, talas, obih, jarud, kaburan, dan larbe. Pasti banyak Teman Sehat yang belum pernah mendengar nama-nama itu kan?

Memang, nggak semua jenis tanaman liar selalu tersedia sepanjang tahun. Namun, saat sebagian tanaman liar nggak tumbuh, tanaman liar yang lain tetap tumbuh. Contohnya bayam alas, kondur, sembukan, dan rakarah, nggak tumbuh pada musim kemarau, namun kecipir, klandingan, blunthas, daun katuk, dan merongkih yang tetap tumbuh sepanjang tahun

Dari siklus tumbuh tersebut Dr Annis, yang juga merupakan Ketua Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (PERGIZI PANGAN) Jawa Timur ini membuat kalender musiman tanaman pangan liar. Dengan kalender tersebut masyarakat memiliki alternatif dan memanfaatkan tanaman pangan liar sehingga nggak khawatir sewaktu-waktu kehabisan.

“Kami ingin mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa ada banyak bahan pangan yang ada di sekitar kita yang bisa dimanfaatkan tanpa harus membeli” tutur peneliti yang tertarik di bidang ketahanan pangan, gizi masyarakat dan pengembangan produk ini.  

Tanaman liar juga memiliki kandungan gizi yang nggak bisa dipandang sebelah mata loh. Daun, tunas, buah, umbi dari sayur-sayuran tanaman liar tersebut ternyata mengandung zat gizi dan bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Kandungan zak aktif yang termasuk plavonoid membantu tubuh untuk menangkal kanker (karsinogenik). Umbi-umbian liar juga merupakan alternatif sumber energi selain beras.

Saat ini, Dr Annis dan tim sedang menganalisis dan menyusun kandungan gizi dari masing-masing tanaman liar tersebut. Hal ini dilakukan untuk memilah mana pangan liar yang layak untuk lebih diangkat dan diperkenalkan kepada masyarakat karena memiliki keunggulan gizi. Selain itu, Dr Annis juga melakukan pengenalan macam-macam cara pengolahan pangan liar, sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Inspiratif bukan Teman Sehat? Lalu, sudahkah kamu mengenal pangan liar lokal daerah mu? Ceritakan kepada kami di kolom komentar ya!

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.