Sahabat Sehat, fenomena doom spending sangat mudah ditemukan di sekitar kamu akhir-akhir ini. Keputusan impulsif tersebut memicu kemiskinan jika dilakukan dalam jangka panjang. Milenial dan gen Z menjadi generasi yang rawan akan ketidakmampuan mengontrol diri secara finansial. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mari simak penjelasan berikut ini!
Mengenal doom spending
Doom spending merupakan keadaan di mana seseorang membeli barang atau jasa dengan tujuan agar membuat dirinya merasa lebih baik di masa sekarang. Keinginan impulsif tersebut biasanya bersifat jangka pendek tanpa mempedulikan efek buruk keuangan di masa depan. Doom spending dipicu masalah psikologi finansial yang berujung pada pengeluaran kebutuhan yang akan membludak di kemudian hari.

Tidak hanya di Indonesia, fenomena ini juga banyak terjadi di Amerika pada generasi milenial dan gen Z. Menurut survei di Amerika, pembelian barang-barang tidak berguna yang dilakukan saat stres terjadi pada 43% milenial dan 35% gen Z. Begitu pula dengan anak muda di Indonesia yang diprediksi akan lebih miskin dibandingkan generasi sebelumnya. Doom spending pada anak muda sering kali alibi dibalik kata self reward.
Mengapa bisa terjadi?
Doom spending terjadi karena munculnya stres finansial. Sementara, stres finansial bisa dipicu banyak hal, seperti tuntutan kebutuhan hidup yang semakin tinggi, inflasi, kecemasan kehilangan pekerjaan, ketidakstabilan ekonomi dan politik, kecemasan hari tua, tuntutan generasi sandwich, serta tuntutan pasangan. Hal ini semakin dipicu oleh arus masuk tren gaya hidup tinggi yang berasal dari media sosial, FOMO (Fear of Missing Out), kemudahan pinjaman uang, prinsip YOLO (You Only Live Once) pada generasi milenial dan gen Z.
Stres memengaruhi kondisi fisik dan emosi manusia, termasuk keputusan terhadap keuangan. Pikiran yang tidak jernih saat kondisi stres membuat manusia merasa semakin gelisah dan kehilangan kontrol diri. Otak akan memilih keputusan jangka pendek dan bias tanpa analisis mendalam. Oleh karena itu, muncullah keputusan keuangan yang impulsif dan mengabaikan dampak jangka panjang.
Bagaimana cara mengatasinya?
Doom spending akan memengaruhi kesehatan mental jangka panjang bahkan meningkatkan risiko sakit dan bunuh diri. Berikut tips mengatasi kecemasan finansial agar terhindar dari fenomena doom spending.

Lakukan perencanaan finansial
Lawan dari kecemasan yaitu sadar penuh atau mindful. Hilangkan perasaan impulsif dan fokus pada kondisi yang ada saat ini, baik secara jiwa atau raga. Dengan demikian, kamu bisa mengambil keputusan matang berdasarkan analisis keuangan yang baik.
Lakukan detoks media sosial
Media sosial menjadi pemicu kecemasan. Realita hidup influencer atau pengguna sosial media lainnya tidak seindah yang dilihat. Sebagian besar merupakan topeng kamuflase indah sehingga tidak jarang membuat iri dan cemas akan tujuan yang belum tercapai. Hal ini menjadi cikal bakal doom spending.
Hindari menunda aktivitas
Menunda aktivitas menciptakan waktu luang yang membuat pikiran melanglang buana mengerjakan hal yang tidak efektif, termasuk scrolling media sosial dan membuat keputusan impulsif. Lakukan list aktivitas berdasarkan hasil perenungan mindfulness yang telah kamu lakukan sebelumnya.
Temukan teman yang memiliki aktivitas keuangan sehat
Lingkungan pertemanan menjadi faktor yang memengaruhi keputusan finansial generasi milenial dan gen Z, selain media sosial. Memiliki lingkaran pertemanan yang sadar penuh akan keputusan finansial dan berhemat akan membuat kamu mencoba mengikuti flow tersebut.
Temukan pelatih keuangan profesional
Literasi keuangan anak muda Indonesia masih cenderung rendah. Ketidaktahuan membuat keputusan impulsif meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan pelatih keuangan profesional untuk mengetahui fakta kondisi keuangan dan cara mengaturnya. Jika dirasa keberatan, maka alternatif edukasi keuangan juga bisa diakses secara online.