Apakah Masker Buatan Sendiri Efektif Mencegah Penyebaran COVID-19?

Teman Sehat, langkanya masker yang biasa digunakan untuk menangkal penyebaran bahaya fisik, kimia maupun mikroba (kuman jahat), khususnya dalam keadaan penyebaran wabah COVID-19 membuat para ahli berpikir ulang mengenai pengunaan salah satu alat pelindung diri ini. Yap, banyak yang menyatakan bahwa masker buatan sendiri (home made) bisa digunakan dalam keadaan seperti ini. Tapi, apakah masker ini efektif mencegah penyebaran virus? Yuk, simak penjelasannya di sini!

Seberapa efektifkah pencegahannya?

Tahukah kamu, penggunaan masker buatan sendiri, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merupakan salah satu pilihan paling akhir yang bisa digunakan? Yap, hal ini dikarenakan ngga tercukupinya stok masker bedah (surgical mask) dan masker N-95 yang diutamakan untuk digunakan para tenaga medis dalam melakukan tugasnya.

Jika dibandingkan dengan masker bedah yang biasa digunakan, keefektifan masker buatan sendiri ini, jauh lebih rendah. Dilansir dari studi yang dilakukan oleh Cambridge University baru-baru ini, menyatakan bahwa keefektifan penggunaan masker bedah lebih baik dibandingkan dengan masker buatan sendiri. Hal ini dikarenakan pada saat percobaan menggunakan bakteri yang berukuran 0,95-1,25 mikrometer dan 23 nm yang setara dengan virus influenza, kemampuan tertinggi menahan partikel agar ngga mudah terinfeksi yaitu pada masker bedah (89-96%).

Fungsi utamanya

Tapi kamu ngga perlu kecewa, karena menurut para ahli, lebih baik menggunakan masker buatan sendiri sebagai proteksi awal daripada ngga menggunakannya sama sekali. Selain itu menurut Kepala Editor International Journal of Tuberculosis and Lung Disease (IJTLD), ada dua fungsi utama dari pengunaan masker jenis ini.

Pertama yaitu untuk mengontrol infeksi pada sumbernya. Kedua untuk membatasi penyebaran pada seseorang yang tanpa gejala (asimptomp) dari cairan yang dikeluarkan saat bersin, batuk maupun berbicara dan ketika berada dikerumunan.

Sebaiknya bahan apa yang digunakan?

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Cambridge University, bahan yang baik digunakan adalah bahan vacuum cleaner bag dengan keampuhan menahannya sebesar 85-94%, tea towel (sejenis kain serbet) sebesar 72-83%, cotton mix sebesar 70-74%, dan 100% cotton T-sirt sebesar 50-69%.

Untuk model pembuatannya, belum ada peraturan spesifik yang mengaturnya untuk masker buatan sendiri ini. Tetapi kamu bisa melihat cara pembuatannya yang dilansir dari tulisan LeadingAge Washington. Selain itu, menurut tulisan yang dipublikasikan oleh Minnesota Departement of Health, menyarankan untuk membuat masker berlapis dan memperhatikan sirkulasi udara untuk pengguna bernafas.

Bagaimana cara penggunaannya?

Rekomendasi dari Pemerintahan China yang dilansir pada laman websitenya, menyatakan bahwa penggunaan masker jenis ini bisa digunakan pada golongan low-risk. Golongan ini merupakan masyarakat yang melakukan aktivitas di dalam rumah, aktivitas di luar bagi pelajar dan anak-anak yang berada di luar area rumah, serta pekerja yang tempat kerjanya memiliki ventilasi udara baik.

Ramahnya penggunaan masker ini, selain ngga menimbulkan banyak sampah medis, juga bisa dicuci. Kamu bisa mencuci jenis masker ini minimal sehari setelah penggunaanya, seperti di malam hari. Ketika ingin mencuci, pisahkan dengan pakaian yang lain. Gunakan air panas dan detergen untuk membersihkannya, kemdian keringkan agar bisa digunakan kembali.

Nah, itulah beberapa hal yang perlu kamu tahu ketika menggunakan masker buatan sendiri ini, Teman Sehat! Walaupun ini adalah pilihan terakhir yang digunakan, setidaknya kamu memiliki pertahanan awal dari penyebaran virus ini. Yuk, cermat dalam menghadapi pandemi ini! Just stay at home, ya!

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.