Orang tua pastinya menanti-nantikan langkah kaki pertama si kecil yang umumnya berlangsung pada rentang usia 12-18 bulan. Banyak orang tua yang menggunakan baby walker pada tahap ini dengan harapan supaya si kecil bisa lebih cepat berjalan. Di sisi lain, penggunaan alat ini malah berdampak buruk dalam menghambat tumbuh kembang si kecil. Selain itu, adakah bahaya lain dari penggunaan baby walker?
Bisa melatih bayi berjalan?
Ikatan Dokter Anak Indonesia menjelaskan bahwa baby walker ngga bisa membantu bayi supaya lebih cepat berjalan, tetapi justru membuat si kecil malas untuk berjalan sendiri karena alternatif yang disediakan oleh alat ini, yakni roda yang bisa memudahkan bayi untuk bergerak.
Para ahli menyatakan bahwa baby walker justru berisiko memperlambat perkembangan motorik bayi yang sedang berlatih untuk berguling, duduk, merangkak, dan berjalan. Beberapa ahli berpendapat, pengunaan baby walker dari sisi medis sebenarnya ngga cukup bermanfaat, bahkan cenderung merugikan, mengingat alat ini hanya menguatkan otot betis. Padahal fungsi otot paha dan otot pinggul juga perlu dilatih agar bayi bisa berjalan dengan lancar dan benar.
Kemampuan berjalan merupakan gerakan yang diperoleh dari koordinasi antar otot besar. Jika proses pelatihan ngga tepat, bayi berisiko lebih lambat untuk berjalan. Sebaliknya, semakin tepat dan intensif simulasi fisiknya diikuti dengan asupan gizi seimbang, memperbesar potensi bayi untuk bisa berjalan di usia 9-10 bulan.
Bahaya penggunaan baby walker
Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh American Academy of Pediatrics menjelaskan bahwa sampai tahun 2014 tercatat 230.000 anak usia kurang dari 15 bulan masuk rumah sakit yang diakibatkan oleh kecelakaan saat menggunakan baby walker. Di bawah ini, berbagai kasus yang seringkali terjadi pada bayi saat menggunakan baby walker.
Bayi terjatuh dari tangga karena roda baby walker memudahkan bayi untuk meluncur ke segala tempat, bahkan melesat satu meter hanya dalam hitungan detik. Di samping itu, bayi bisa jatuh terguling ketika tubuhnya miring ke kanan atau kiri di atas baby walker, mengingat kepala bayi masih lebih berat dibandingkan tubuhnya.
Bayi yang jatuh berisiko mengalami cidera leher, patah tulang, hingga gegar otak. Selain itu, jari bayi bisa terjepit saat baby walker menabrak dinding atau perabot rumah. Kemudian, kemungkinan untuk bayi meraih bahan atau benda berbahaya yang bisa menyebabkan luka juga semakin tinggi.
Maka dari itu, sebaiknya penggunaan baby walker dihindari pada bayi yang baru belajar berjalan. Sebagai gantinya, Sahabat Sehat bisa mengajak bayi untuk bergerak aktif di lantai yang bersih dan ngga licin di dalam ruangan yang aman sehingga si kecil dapat bebas merangkak, duduk, dan berlatih berjalan. Kamu juga bisa memegang kedua tangan bayi sambil mengajaknya belajar berjalan, atau kalau orang Indonesia bilang “tatih”, ini relatif lebih aman dibandingkan menggunakan alat bantu.
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP