Kenapa Diabetesi yang Semula Gemuk Menjadi Kurus?

Sahabat Sehat, pasti pernah menjumpai diabetesi yang semula badannya gemuk menjadi kurus. Jika kegemukan atau obesitas menjadi salah satu penyebab diabetes. Kenapa hal ini bisa terjadi? 

Tidak semua diabetesi itu gemuk

Kegemukan atau obesitas menjadi salah satu penyebab diabetes, namun tidak semua diabetesi itu gemuk. Ada orang yang bisa tetap mengalami diabetes meskipun berat badannya normal. Diabetes sendiri merupakan penyakit yang erat kaitannya dengan hormon insulin. Hormon insulin itu hormon yang dihasilkan oleh sel beta pankreas dan fungsinya untuk mengatur kadar gula darah.

Foto: Freepik

Diabetes dibedakan menjadi diabetes tipe dan tipe 2. Diabetes tipe 1 ditandai dengan sel beta pankreas yang hanya mampu memproduksi hormon insulin dalam jumlah sedikit atau tidak bisa menghasilkan hormon insulin sama sekali. Berbeda dengan diabetes tipe 1, pada diabetes tipe 2 sel beta pankreas masih mampu menghasilkan hormon insulin, namun tubuh tidak bisa menggunakan hormone insulin tersebut. Kondisi ini disebut dengan resistensi insulin. 

Penurunan berat badan pada diabetesi

Penurunan berat badan diabetesi yang sedang menjalani terapi atau pengobatan diabetes dapat terjadi karena gula darahnya sudah terkontrol, baik karena menjalani diet, melakukan perubahan gaya hidup, olahraga teratur, serta efek dari obat untuk diabetes. Penurunan berat badan pada diabetesi yang tidak menjalani terapi diabetes penurunan berat badannya disebabkan oleh kurangnya hormon insulin. 

Hormon insulin dan penurunan berat badan 

Hormon insulin selain berfungsi untuk mengontrol kadar gula darah, juga berperan dalam proses anabolisme atau proses yang membuat tubuh menjadi tumbuh atau besar, sehingga jika tubuh kekurangan insulin maka berat badan akan menurun. Sel beta pankreas yang tidak bisa menghasilkan insulin pada diabetes tipe 1 atau resistensi insulin pada diabetes tipe 2 menyebabkan gula dari makanan yang dimakan tidak bisa diserap oleh sel tubuh dan hanya menumpuk di aliran darah.

Gula yang tidak bisa diserap tubuh ini kemudian akan dibawa ke ginjal untuk dibuang melalui urin. Gula yang terus dibuang melalui urin, menyebabkan tubuh menjadi kekurangan cairan dan sering merasa haus. Jika hal ini berlangsung dalam jangka panjang maka ginjal akan rusak. Tubuh yang tidak bisa menyerap gula, menyebabkan tubuh menggunakan simpanan lemak dan otot tubuh sebagai sumber energi, sehingga diabetesi yang semula gemuk menjadi kurus.

Foto: Freepik

Apakah penurunan berat badan pada diabetesi berbahaya?

Penurunan berat badan berbahaya atau tidak, bergantung pada diabetesnya terkontrol atau tidak. Penurunan berat badan yang terjadi karena pengobatan diabetes, perubahan diet, gaya hidup, dan olahraga, diketahui bermanfaat bagi diabetesi. Studi meta analisis yang dimuat Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics tahun 2015, yaitu pada orang dewasa gemuk dan diabetes tipe 2 menyebutkan bahwa penurunan berat badan sebesar 5% mampu membuat kadar gula darah lebih terkontrol, kerja insulin meningkat, dan tekanan darah menurun.

Sebaliknya, penurunan berat badan pada diabetes yang tidak terkontrol bisa berbahaya apabila tubuh terus menggunakan lemak sebagai sumber energi. Penggunaan lemak sebagai sumber energi akan menyebabkan ketoasidosis, dengan gejala khasnya yaitu bau mulut beraroma buah. Kasus ini sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1 yang melewatkan suntikan insulin. Kemungkinan terburuk dari ketoasidosis dapat menyebabkan koma hingga kematian.

Sahabat Sehat, jadi itulah penyebab kenapa diabetesi yang semula gemuk bisa menjadi kurus. Semoga informasi ini bermanfaat ya!

Ditulis Oleh:

Melda Oktaviana, SGz, MGz
Mahasiswa Pendidikan Profesi Dietisien, IPB University

 

Referensi

Castro RM. 2022. Mayo Clinic the Essential Diabetes Book, 3rd edition. Rochester (US): Mayo Clinic Press. 

Clamp LD, Hume DJ, Lambert EV, Kroff J. 2017. Enhanced insulin sensitivity in successful, long-term weight loss maintainers compared with matched controls with no weight loss history. Nutr Diabetes. 7(6):e282. doi: 10.1038/nutd.2017.31. 

Dilworth L, Facey A, Omoruyi F. 2021. Diabetes Mellitus and Its. 22(14):7644. doi: 10.3390/ijms22147644. 

Franz MJ, Boucher JL, Rutten-Ramos S, VanWormer JJ. 2015. Lifestyle weight-loss intervention outcomes in overweight and obese adults with type 2 diabetes: a systematic review and meta-analysis of randomized clinical trials. J Acad Nutr Diet. 115(9):1447-63. doi: 10.1016/j.jand.2015.02.031. 

Franz MJ. 2017. Weight Management: Obesity to Diabetes. Diabetes Spectr. 30(3):149-153. doi: 10.2337/ds17-0011.

Kong DX, Xiao YX, Zhang ZX, Liu YB. 2020. Study on the Correlation between Metabolism, Insulin Sensitivity and progressive weight loss change in Type-2 Diabetes. Pak J Med Sci. 36(7):1523-1528. doi: 10.12669/pjms.36.7.3027.

Lee SH, Park SY, Choi CS. 2022. Insulin Resistance: From Mechanisms to Therapeutic Strategies. Diabetes Metab J. 46(1):15-37. doi: 10.4093/dmj.2021.0280.

Gambar 1: https://www.freepik.com/free-vector/zoom-out-human-pancreas_5361142.htm#query =beta%20cell%20pancreas&position=1&from_view=search&track=ais&uuid=328b8a58-ec8f-49ca-b9b1-50f126bd7a57#position=1&query=beta%20cell%20pancreas

Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.