Sahabat Sehat, wabah virus Marburg menginfeksi Rwanda, Afrika Tengah. Penyakit ini ditandai dengan pendarahan mata hingga menyebabkan kematian. Pemerintah Rwanda khawatir sebab infeksi virus Marburg memiliki rata-rata kematian yang cukup tinggi sebesar 50%. Sampai saat ini status wabah masih belum dicabut. Kira-kira apakah virus ini bisa menyebar ke Indonesia? Yuk, simak penjelasannya di sini!
Bagaimana kondisinya?
Pada bulan September 2024, pemerintah Rwanda mengumumkan kasus pertama virus Marburg, kemudian pada bulan November 2024 dilaporkan terdapat 66 kasus dan 15 kematian akibat virus tersebut. Setelah itu, tidak dilaporkan adanya kasus virus Marburg sehingga pemerintah menunggu 42 hari setelahnya untuk mengumumkan bahwa wabah telah benar-benar hilang. Sampai saat ini belum ada vaksin yang mampu mencegah perkembangan virus sehingga pengobatan difokuskan untuk mengurangi gejala kesakitan pasien.

Marburg Virus Disease atau MVD disebabkan oleh virus Marburg dan virus Ravn. Penyakit ini mirip dengan Ebola karena kedua virus berasal dari famili yang sama sehingga risiko penyebaran dan tingkat rata-rata kematiannya pun sama. Faktanya, MVD pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg dan Frankfurt, Jerman sehingga penamaannya disesuaikan dengan nama tempat pertama kali ditemukan. Kasusnya pernah memakan banyak korban pada tahun 2005 di Angola dengan total kematian 329 jiwa atau rata-rata kematian 88%. Pada tahun 2003 pernah juga menjadi wabah di Equatorial Guinea dengan kematian 35 jiwa atau rata-rata kematian 88%.
Tanda dan gejala
MVD menyebar melalui hewan dan manusia. Secara alami, virus ini disebarkan oleh kelelawar Egyptian yang ditularkan ke inang lainnya melalui air liur, urin, dan feses. Manusia yang terinfeksi juga berisiko menularkan ke manusia sehat melalui darah dan cairan tubuh, seperti air liur, urin, feses, serta barang-barang kontaminan yang bersentuhan dengan pasien. Masa inkubasi virus ini berkisar antara 2 hingga 21 hari.
Tanda dan gejala MVD di antaranya demam, badan menggigil, sakit kepala, nyeri otot, ruam dengan benjolan, nyeri dada, nyeri tenggorokan, mual, muntah, dan diare. Tanda dan gejala pada kondisi parah di antaranya pendarahan pada mata dan gusi sehingga menyebabkan mata merah dan gusi berdarah, kerusakan hati, delirium, dan kegagalan fungsi organ.

Sehubungan belum ditemukannya vaksin MVD, maka tracing dan diagnosis sangat penting dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus. Diagnosis yang dilakukan pemerintah Rwanda antara lain PCR, pengecekan antibodi, tes antigen, dan isolasi virus di laboratorium. Tindakan utama yang dilakukan pemerintah untuk mencegah tingginya kematian adalah mengobati tanda dan gejala yang muncul, istirahat, hidrasi yang cukup, serta pemantauan oksigen dan tekanan darah. Langkah-langkah yang diambil tampaknya mirip dengan penanganan kasus Covid-19.
Apakah bisa menyebar ke Indonesia?
Sampai saat ini belum dilaporkan adanya wabah virus Marburg 2024 di luar wilayah Rwanda, termasuk Amerika Serikat dan Indonesia. Risiko penyebarannya pun tergolong rendah, sehingga masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir berlebihan. World Health Organization (WHO) dan CDC (Centers of Disease Control and Prevention) siaga memantau penyebaran wabah ini hingga dinyatakan selesai pada akhir Desember 2024 nanti.
Sahabat Sehat, wabah seperti MVD atau Covid-19 berisiko terjadi kembali di negara mana pun, sehingga kewaspadaan tetap harus dilakukan. Pentingnya menjaga imunitas tubuh sebaiknya juga terus dilakukan. Jangan lupa bagikan informasi ke orang-orang sekitar kamu, ya!
