6 Mitos Simpang Siur tentang Performa Atlet Selama PON 2016

pon 2016

Halo Teman Sehat! Ngga kerasa ya, sekarang kita udah masuk ke Pekan Olahraga Nasional alias PON 2016! Ada banyak cabang olahraga yang ditandingkan di acara bergengsi negeri ini. Makanya, atlet butuh kesiapan fisik dan mental yang prima.

Tapi, taukah kamu? Masih banyak loh mitos yang beredar terkait gizi dan kaitannya dengan performa para atlet, termasuk selama ajang PON 2016 ini.

Nah, mari kita liat, apa aja sih mitos itu dan apa yang bener?

1. Ngga boleh konsumsi gula jelang latihan. Emang iya?

Mitos pertama adalah atlet tidak boleh mengonsumsi gula menjelang latihan karena dapat membuat kadar gula darah tidak stabil dan mengganggu performa. Faktanya, atlet yang mengonsumsi gula (alias karbohidrat sederhana) menjelang latihan memang mengalami peningkatan gula darah, tapi hasil penelitian menunjukkan tidak ada dampak pada performa keseluruhan dari atlet.

2. Makan sumber protein yang banyak bisa cepet recovery?

protein

Mitos kedua adalah konsumsi protein dalam jumlah besar dapat meningkatkan recovery otot setelah latihan dan kompetisi. Benarkah? Hasil penelitian menunjukkan bahwa protein berkualitas tinggi dalam jumlah kecil (10-20 gram) dapat menstimulasi sintesis protein otot. Konsumsi protein lebih dari 20 gram tidak memberikan peningkatan efek yang bermakna pada sintesis protein otot. Malah, konsumsi protein dalam jumlah banyak justru buat protein digunakan sebagai sumber energi, bukan untuk pembentukan otot.

3. Tentang berat badan

Mitos berikutnya adalah makan sebelum, saat, dan setelah latihan dan kompetisi dapat meningkatkan berat badan. Faktanya, atlet membutuhkan kalori untuk beraktivitas. Peningkatan berat badan sangat dipengaruhi oleh keseimbangan kalori yang dikonsumsi dan digunakan sehingga makan sebelum, saat, dan setelah latihan ataupun kompetisi tidak serta-merta meningkatkan berat badan.

4. Cairan tubuh atlet yang hilang bisa diganti dengan minuman elektrolit. Hmm yakin?

Minum Air

Mitos yang lain adalah atlet hanya kehilangan air saat berkeringat dan kalium adalah elektrolit terpenting bagi atlet. Faktanya, keringat mengandung natrium (garam), klorida dan berbagai elektrolit lainnya. Ketika natrium banyak hilang lewat keringat, dapat membuat kram otot sehingga atlet sangat disarankan mengonsumsi minuman dengan elektrolit dan bukan air saja, sehingga bisa mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.

5. Jenis protein apa yang paling tepat dikonsumsi atlet?

Mitos yang banyak beredar adalah whey protein lebih efektif daripada protein susu dalam proses recovery. Apakah Teman Sehat termasuk yang meyakini mitos ini?

Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa protein dalam sport drink yang dikonsumsi saat atau sebelum latihan tidak memberikan manfaat tambahan pada performa atlet, malah sebaliknya bisa memperlambat pengosongan lambung. Di samping itu, protein susu adalah gabungan dari whey protein dan kasein, di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa protein susu juga efektif dalam menstimulasi pembentukan protein otot baru ketika dikonsumsi setelah latihan.

6. Emang iya suplemen vitamin dan mineral bisa tingkatkan energi atlet?

pharmacy-218692_640

Mitos terakhir yang juga masih banyak ditemui di kalangan atlet adalah vitamin dan mineral memberi energi tambahan untuk atlet. Faktanya, energi hanya terbentuk ketika kamu mengonsumsi sumber karbohidrat, protein, dan lemak. Vitamin dan mineral adalah salah faktor pembantu yang penting dalam proses metabolisme energi, tapi tidak menghasilkan energi.

Nah, itu dia Teman Sehat, beberapa mitos yang masih simpang siur dikalangan atlet saat PON 2016 ini. Bagaimana pendapatmu? (agt&don)

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.