Apa sih, Food’s Carbon Footprint?

Teman Sehat, siapa yang ngga mau ikut andil dalam pelestarian lingkungan? Yap, ikut berkontribusi untuk membuat bumi menjadi lebih baik merupakan salah satu upaya yang ingin dilakukan. Tapi, tahukah kamu bahwa menjaga alam bisa dilakukan dari piring makan dan bahan makanan yang dikonsumsi? Gimana carannya, yuk simak penjelasannya di sini!

Apa itu Food’s Carbon Footprint?

Istilah ini sepertinya masih terdengar asing bagi kamu. Yap, Carbon footprint merupakan jumlah greenhouse gases atau gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer dari berbagai aktivitas manusia. Salah satunya adalah aktivitas saat makan, yang disebut dengan food’s carbon footprint.

Food’s carbon footprint merupakan gas rumah kaca yang dihasilkan dari proses pertanian suatu bahan makanan, mulai dari penanaman tanaman, peternakan hewan, yang dilanjutkan ke produksi di area pertanian seperti penanaman dan peternakan, masa panen dan penyimpanan, pengolahan bahan makanan, distribusi makanan, konsumsi makanan, dan pembuangan makanan.

Bagaimana kontribusnya?

Makanan berkontribusi sebanyak 26% terhadap global emisi gas rumah kaca. Terdapat 4 elemen dalam proses produksi makanan secara keseluruhan yang berkontribusi terhadap emisi karbon, yaitu peternakan dan perikanan berkontribusi sebesar 31%, produksi tanaman berkontribusi sebesar 27%, dan penggunaan tanah sebagai lahan pertanian berkontribusi sebesar 24%, dan rantai pemasokan makanan berkontribusi sebesar 18%.

Makanan dengan emisi gas tertinggi

Setiap bahan makanan memiliki kandungan karbon yang berbeda. Menurut FAO, komoditas yang menghasilkan emisi karbon tertinggi adalah serealia (lebih dari 30%) dan daging sapi (20%). Beras merupakan jenis serealia yang memiliki dampak lebih tinggi karena beras mengeluarkan gan metana (CH4). Proses dekomposisi komponen organik memiliki pengaruh signifikan.

Produksi daging sapi juga mencakup emisi dari produksi satu kilogram daging dengan menghasilkan metana dari hewan pemamah biak, emisi karbon yang dihasilkan dari penyediaan pakan sapi, pupuk yang digunakan untuk produksi pakan sapi, dan emisi dari manajemen pupuk kandang.

Bagaimana cara menguranginya?

Pengurangan 70% emisi gas rumah kaca bisa kamu lakukan dengan mengganti diet dengan bahan makanan dan pola makan yang lebih ramah lingkungan dengan mempertimbangkan penggunaan tanah dan penggunaan air. Rekomendasi yang diberikan ngga cuma bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga bagi tubuh manusia, yaitu dengan meningkatkan konsumsi sayuran dan buah serta mengatur konsumsi daging.

Konsumsi sayuran dan buah lebih banyak juga bisa meningkatkan kesehatan tubuh. Diet yang tersusun dari makanan tinggi serat memiliki kontribusi yang rendah terhadap emisi karbon di lingkungan. Sebagai langkah awal, kamu bisa membatasi porsi konsumsi daging denganmencari alternatif lauk yang bisa didapatkan dari tumbuh-tumbuhan, seperti kacang-kacangan, biji-bijian, maupun jamur.

Selain itu, kamu juga dianjurkan untuk ngga mengonsumsi makanan melebihi dari kebutuhan harian. Semakin banyak makanan yang dikonsumsi, berpengaruh terhadap semakin meningkatkanya emisi gas yang dihasilkan.

Nah, Teman Sehat, ternyata melakukan pemilihan bahan makanan yang dikonsumsi lebih bijak tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga bisa membantu kamu memperbaiki pola makan dan gaya hidup yang lebih sehat.

Editor & Proofreader: Firda Shabrina, STP

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.