Bolehkah Diet GAPS untuk Bayi MPASI?

Halo, Teman Sehat! Masih dengan gaya diet Gut and Psychology Syndrome (GAPS) oleh Dr. Natasha Campbell-McBride? Yap, diet dengan tujuan menjaga kesehatan saraf dan fungsi kecerdasan (kognitif) pada anaknya dengan gangguan autisme. Nah, beberapa hari terakhir, metode diet GAPS kembali ramai diperbincangkan dalam penerapan MPASI. Apakah boleh? Yuk, simak penjelasannya di sini

Prinsip sebelum menerapkannya

Pencernaan bayi dalam masa MPASI, masih berkembang sesuai usianya, baik dalam hal fungsi maupun ukurannya. Sebelum menerapkan pola makan tertentu, kamu perlu memperhatikan kebutuhan dan keamanannya. Contohnya, asupan protein dan lemak pada si kecil, lebih banyak dibanding orang dewasa.

Selain itu, keamanan pangan juga perlu diperhatikan, seperti kemungkinan cemaran bakteri bakteri jahat karena makanan yang belum matang. Hal ini penting diperhatikan, mengingat pencernaan si kecil masih sangat rentan terhadap infeksi.

Prinsip penerapannya

Prinsip diet GAPS yaitu menjaga pola makan sehat untuk mencegah ‘bocornya’ bakteri jahat dari usus yang bisa berpindah ke saraf (leaky gut). Pola diet ini dilakukan dengan cara membatasi konsumsi kacang-kacangan, susu yang dipanaskan (pasteurisasi), sayuran tinggi kandungan tepung dan produk olahan karbohidrat.

Empat hal ini dipercaya bisa memperberat kerja pencernaan dan memperburuk keseimbangan bakteri baik dan jahat di dalam usus. Proses penerapannya pun, terbagi menjadi 6 tahapan untuk mengurangi masing-masing komponennya. Selengkapnya Teman Sehat bisa cek di sini ya.

Pertimbangkan 3 hal ini, sebelum menerapkannya

Lalu, kenapa kamu perlu pertimbangkannya? Ternyata ada 3 hal yang terkait dengan pola diet GAPS, yuk simak!

1. Pemberian madu untuk bayi

Salah satu menu tahap pertama diet ini yaitu pemberian teh madu bagi bayi. Sedangkan studi yang dipublikasikan oleh WHO dan IDAI, merekomendasikan untuk ngga memberikan madu bagi bayi di bawah 1 tahun. Hal ini disebabkan risiko keracunan bakteri Clostridium botulinum penyebab infeksi botulisme pada bayi. FYI, bakteri jahat ini, ini ternyata ngga bisa mati dengan pemanasan suhu tinggi, loh!

2. Pemberian telur kuning mentah

Menu pada tahap kedua, yaitu telur kuning mentah. Kamu tahu kan, segala sesuatu yang dikonsumsi bayi harus dalam keadaan matang sempurna, apalagi kuning telur berisiko mengandung bakteri Salmonella. Setengah matang saja seharusnya tidak diberikan untuk si kecil, apalagi mentah ya?

3. Pemberian jus sayur

Nah, hal lain yang perlu kamu perhatikan, yaitu pedoman isi piringku pada bayi umur 6-23 bulan. Yap, porsi sayur dan buah-buahannya ngga sebanyak orang dewasa, yaitu hanya sekitar 25%.

Hal ini disebabkan ukuran lambungnya yang masih terbatas, tapi kebutuhan zat gizinya tinggi. Oleh karena itu, konsumsi protein hewani porsinya lebih besar, yaitu 30% dengan karbohidrat sebanyak 35% dan kacang-kacangan 10%.

So, jus sayur sebaiknya ngga diberikan terlebih dahulu, ya karena mengutamakan kebutuhan proteinnya. Terlalu banyak cairan di dalam jus, juga membuat si kecil mudah kenyang duluan, bukan?

Bagi Teman Sehat yang ingin menerapkan diet ini, jangan lupa konsultasikan dulu ke dokter maupun ahli gizi, ya! Jangan lupa, setiap anak mempunyai ciri khas tersendiri dan ibu merupakan chef terbaik bagi si kecil! Lalu, bagaimana dengan pengalaman MPASI kamu? Jangan lupa bagikan di sini dan bagikan juga artikel ini ke orang terdekatmu, ya!

Editor & Proofreader: Firda Shabrina, STP

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.