Sahabat Sehat pernah mendengar tentang penyakit talasemia? Talasemia adalah salah satu penyakit kelainan darah genetik, ketika sumsum tulang penderitanya ngga mampu membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin (pengangkut oksigen dalam darah). Keadaan inilah yang membuat sel darah merah penderita talasemia mudah rusak sehingga mengalami anemia atau kurang darah.
Data terakhir menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat 10.973 kasus talasemia. Indonesia pun masuk dalam daftar negara sabuk talasemia dunia, yakni negara dengan frekuensi gen (angka pembawa sifat) talasemia yang tinggi.
Jenis Talasemia
Talasemia Mayor
Talasemia jenis ini terjadi jika kedua orang tua sebagai pembawa sifat talasemia. Anak dengan talasemia mayor tampak sehat ketika lahir, namun gejala anemia mulai terlihat menginjak usia 3-18 bulan.
Gejala lainnya, yaitu pembesaran limpa dan hati akibat anemia yang lama, perut membuncit, sakit kuning, batu empedu, borok atau luka terbuka pada kulit, sesak napas karena jantung bekerja lebih berat, lemas, lemas, lesu, pucat, kurang nafsu makan, pertumbuhan lambat (berat badan kurang), dan pembengkakan kaki. Penderita talasemia mayor memerlukan transfusi darah secara rutin seumur hidup.
Talasemia Minor
Talasemia minor mempunyai gejala yang lebih ringan dan sering hanya sebagai pembawa sifat saja. Penderita talasemia jenis ini biasanya merasa lesu, kurang nafsu makan, dan sering terkena infeksi. Penderitanya ngga memerlukan transfusi darah dalam hidupnya.
Talasemia Intermedia
Dikenal sebagai kondisi antara talasemia mayor dan minor yang dapat membuat penderitanya mengalami anemia berat, kelainan bentuk (deformitas) tulang, dan pembengkakan limpa. Bedanya dengan talasemia mayor, penderitanya membutuhkan transfusi darah, tapi ngga rutin.
Pencegahan Talasemia
Dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), penyakit talasemia belum bisa disembuhkan, tapi bisa dicegah dengan melakukan skrining pranikah untuk pasangan yang akan menikah. Setelah menikah, perlu mendapatkan prenatal diagnosis pada usia kehamilan 12-17 minggu untuk mengetahui risiko yang kemungkinan akan dialami oleh sang anak kelak dan terapi yang sesuai untuk dapat diberikan sedini mungkin. Di samping itu, skrining juga bisa dilakukan secara retrospektif atau pada semua anggoata keluarga yang mempunyai riwayat talasemia di dalam keluarga mereka.
Tapi, di atas semua itu, pencegahan pertama yang perlu kamu lakukan adalah dengan menyebarluaskan informasi tentang talasemia ini ke keluarga, sanak saudara, teman sebaya, dan masyarakat umum supaya langkah pencegahan talasemia lainnya dapat diikuti oleh banyak orang, sehingga mempercepat pemutusan mata rantai talasemia.
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP