Kurangi Garam, Tambahkan Penggunaan MSG

Teman Sehat, Seminar Gizi Nasional NIACIN 2020 yang dilakukan secara online dengan linisehat.com mengundang beberapa narasumber ahli di bidangnya. Salah satunya yaitu Dr. Rimbawan, yang merupakan salah satu Ahli dalam bidang Gizi di IPB. Pada kesempatan ini, beliau membahas tentang prinsip konsumsi MSG dengan mengurangi asupan garam. Mau tahu gimana penjelasannya? Yuk, simak!

Garam

Garam merupakan salah satu penentu dari lima rasa dasar, yaitu manis, asin, asam, pahit, dan umami. Bahan ini memberikan rasa asin yang mengandung senyawa natrium sebesar 39,34%. Seperti yang kamu tahu, garam bermanfaat pada pengolahan makanan sebagai pengawet, komponen citarasa, pengikat, meningkatkan warna dan mempengaruhi tekstur.

Di dalam tubuh, bahan ini mengmabil peranan penting dalam proses keseimbangan elektrolit dan cairan dalam tubuh, impuls syaraf, aliran darah, kerja otot serta kerja ginjal. Konsumsinya yang berlebih akan meningkatkan risiko penyakit hipertensi dan PTM (Penyakit Tidak Menular) lainnya.

Menurut Survey Diet Total (2014), prevanlensi konsumsi garam di Indonesia sebanyak 52.7% , yang berarti konsumsinya lebih dari anjuran gizi seimbang atau melebihi 2000 mg/hari, dengan daerah konsumsi tertinggi berada di DKI Jakarta.

Asupan yang dianjurkan

Asupan yang dianjurkan dalam Tumpeng Gizi, berada di posisi paling atas. Artinya asupan garam diperlukan dengan jumlah yang sedikit, yaitu 1 sendok teh. Informasi ini juga tertuang pada Pesan Gizi Seimbang yang ke-5, yaitu batasi konsumsi makanan manis, asin, dan berlemak.

Konsep isi piringku pun, juga menunjukkan hal yang sama, dengan membatasi gula, garam, dan minyak (GGL). Edukasi yang dibuat oleh Permenkes No. 30 th 2013 memudahkan masyarakat untuk membatasi asupan GGL dengan cara G4, G1, dan L5.

G4 anjuran konsumsi gula 4 sendok makan/hari, G1 anjuran konsumsi garam 1 sendok teh/hari, dan L5 anjuran konsumsi lemak 5 sendok makan/hari. Hal ini membuat kamu lebih sadar untuk membatasi asupan konsumsi GGL per harinya. Informasi nilai gizi terkait garam pada label pangan pun harus kita perhatikan, jangan sampai natrium yang dikonsumsi melebihi anjuran Gizi Seimbang yaitu 2000 mg/hari.

Bagimana dengan MSG?

MSG (Monosodium Glutamat) memiliki nama lain vetsin, micin, dan mecin. MSG merupakan salah satu BTP (Bahan Tambahan Pangan) penguat rasa umami atau gurih.  Nah, ternyata kandungan glutamat, ada juga, loh di dalam tubuh!

Glutamat merupakan asam amino non esensial yang jumlahnya berlimpah di dalam tubuh. Rata-rata asupan glutamat seseorang adalah 10 – 20 gram/hari yang diperoleh dari berbagai macam makanan yang mengandung protein (50-100 g protein/hari).

Oleh karena itu, zat ini ngga perlu dirisaukan karena sudah biasa dikonsumsi sehari-hari. Pangan yang tinggi akan kandungan glutamat, yaitu keju parmesan (1680 mg), tomat (246 mg),  jagung (106 mg) dan sebagainya. Ternyata, komponen natrium dalam MSG yaitu 1/3 dari dari jumlah natrium dalam garam, loh atau sebesar 12.2%.

Konsumsi MSG di Indonesia

Berdasarkan data dari Balitbangkes Kemenkes (2018), 42,0% penduduk Indonesia terbiasa mengonsumsi makanan asin 1–6 kali per minggu. Sedangkan rata-rata konsumsi MSG di Indonesia masih relatif rendah (0.5 g/hari pada tahun 2018) dibandingkan dengan Jepang (2.4 g/hari, pada tahun 2000) dan Vietnam (2.2 g/hari pada tahun 2012).

Rekomendasi untuk penggunaan MSG sebagai BTP penguat rasa  adalah 0.1% -0.8% berat pangan. Uni Eropa menetapkan batas Penggunaan MSG sebesar 10 g glutamat/kg pangan olahan. Nah, untuk itulah salah satu alternatif mengurangi konsumsi garam salah satunya, yaitu dengan penambahan MSG.

Di Jepang untuk mengurangi asupan garam dengan merekomendasikan panambahan umami. Penambahan MSG untuk mengurangi asupan garam tanpa mengubah cita rasa makanan merupakan hal yang  sangat baik karena kadar natrium pangan akan berkurang.

Nah, itulah beberapa hal yang perlu kamu tahu mengenai hubungan pengurangan asupan garam, salah satunya dengan konsumsi MSG. Yuk, lebih teliti sebelum menggunakan!

Penulis: Ariningtyas Damar Hadayani

Editor & Proofreader: Firda Shabrina, STP

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.