Sahabat Sehat, perilaku merokok memiliki banyak dampak bagi kesehatan. Salah satunya, terhadap kejadian stunting pada anak yang ditunjukkan dengan tinggi badan tidak sesuai umur dibandingkan anak normal. Bagaimana kaitan antara keduanya?
Merokok dan kejadian stunting
Stunting masih menjadi masalah gizi utama di Indonesia. Persentase anak stunting masih tinggi yaitu 21,6% berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, artinya 1 dari 4 anak mengalami stunting. Faktor penyebab stunting secara langsung adalah rendahnya asupan makanan bergizi dalam waktu lama dan infeksi berulang. Ada pula faktor penyebab tidak langsung stunting yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar.
Selain, rendahnya akses sanitasi dan air bersih, serta pernikahan muda, perilaku merokok orang tua atau keluarga juga menjadi salah satu faktor penyebab tidak langsung terjadinya stunting. Ada dua kemungkinan merokok akan mempengaruhi kejadian stunting, yaitu melalui asap rokok dan biaya belanja rokok.
Pengaruh asap rokok terhadap stunting
Asap rokok diketahui dapat berefek langsung pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Asap rokok yang terhirup oleh anak akan mengganggu proses penyerapan zat gizi yang berdampak pada tumbuh kembangnya.
Hasil penelitian Tim Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) tahun 2018 di Jakarta, menyebutkan bahwa orang tua yang mengkonsumsi rokok dapat mengakibatkan anak stunting. Anak yang tinggal dengan orang tua tidak merokok memiliki pertumbuhan 1,5 kg lebih berat dan 0.34 cm lebih tinggi dibandingkan anak yang tinggal dengan orang tua perokok kronis. Anak dari orang tua perokok kronis memiliki kecenderungan mengalami stunting 5,5% lebih tinggi dibandingkan anak dari orang tua bukan perokok dengan memperhitungkan faktor keturunan dan lingkungan.
Paparan asap rokok pada perokok pasif
Ibu hamil yang terpapar asap rokok, baik secara aktif maupun pasif, berpotensi melahirkan bayi stunting. Penelitian kohort telah dilakukan di Rumah Sakit Persahabatan pada tiga kelompok bayi yang dilahirkan dari ibu tidak merokok, ibu perokok pasif, dan ibu perokok aktif. Hasilnya, ditemukan nikotin pada plasenta bayi dari ibu perokok, baik perokok aktif maupun pasif. Ini berarti, sejak hamil paparan asap rokok sudah bisa mempengaruhi kondisi kehamilan. Kondisi ini berpotensi menyebabkan bayi lahir memiliki panjang badan lebih pendek.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pengaruh paparan asap rokok dapat berdampak pada perokok aktif maupun pasif. Paparan rokok pasif terdiri dari paparan secondhand smoke dan thirdhand smoke. Secondhand smoke adalah asap rokok yang dihirup oleh mereka yang ada di sekitar perokok. Sedangkan, thirdhand smoke adalah sisa bahan kimia dari asap rokok, misalnya sisa asap rokok yang menempel di pakaian, karpet, gorden dan sofa.
Asap dalam thirdhand smoke ini mengandung zat kimia berbahaya jika terhirup oleh orang-orang yang ada di rumah, termasuk anak balita. Kondisi ini akan berakibat pada terganggunya kesehatan anak yang juga menjadi faktor risiko terjadinya stunting.
Tingginya pengeluaran untuk beli rokok
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2021 menyebutkan bahwa pengeluaran keluarga untuk konsumsi rokok tiga kali lebih banyak daripada pengeluaran untuk kebutuhan protein keluarga, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Bahkan, konsumsi rokok menempati peringkat kedua terbesar, yakni sebanyak 11,9%, dari total pengeluaran keluarga. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan biaya konsumsi makanan sumber protein, seperti telur, ikan, daging, dan ayam.
Pengaruh perilaku merokok ini membuat orang tua perokok mengurangi biaya belanja makanan bergizi, biaya kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Padahal anak sangat membutuhkan makanan bergizi, termasuk protein hewani seperti telur, ikan, daging dan ayam untuk mendukung tumbuh kembangnya dan terhindar dari stunting.
Oleh karena itu, orang tua perlu lebih bijak mengenai penggunaan rokok dan sebisa mungkin menghindarinya. Selain itu, mengutamakan pemberian makanan sumber protein hewani juga bisa dilakukan untuk mencegah stunting.
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP
wnwqny