Setiap individu pasti punya tujuan hidupnya masing-masing. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, banyak hal perlu dilakukan. Tidak sedikit orang menjadi terlalu produktif yaitu gemar menyelesaikan banyak pekerjaan seefektif mungkin.
Tidak salah dengan menjadi produktif, tetapi yang salah adalah memaksakan diri terlalu produktif atau dikenal dengan toxic productivity. Fenomena ini menggambarkan seseorang merasa tidak cukup jika mengerjakan satu pekerjaan saja dan merasa bersalah jika tidak mampu menyelesaikan banyak hal. Faktor yang memicunya sangat banyak, termasuk target diri sendiri, kondisi pribadi, dan tekanan sosial. Untuk meredam itu semua, seseorang perlu memiliki self-compassion. Apakah itu?

Self-Compassion dan Manfaatnya
Self-compassion berarti empati, belas kasih, dan penerimaan pada diri sendiri. Tentu saja sikap ini sangat bermanfaat untuk kesehatan mental. Mencintai diri dengan apa adanya dan tidak memaksa, mampu menjaga diri dari tekanan yang memicu stres.
Seseorang yang mempunyai self-compassion akan berpandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan semua yang terjadi dalam kehidupan adalah bagian dari pembelajaran. Dengan menerima ketidaksempurnaan, seseorang bisa menjalani kehidupan dengan lebih tenang dan tidak menyalahkan diri sendiri jika ada ketidaksesuaian atau kegagalan yang dialami.
Tekanan Toxic Productivity
Tuntutan untuk menjadi lebih baik dan mencapai tujuan secepat mungkin, pasti dialami setiap orang. Hal tersebut mendorong seseorang untuk selalu produktif. Jika hal ini terus terjadi, maka akan mengalami toxic productivity. Setelah itu, muncullah stres yang justru menurunkan motivasi dan produktivitas. Hal ini tidak baik untuk kesehatan mental yang jika dibiarkan bisa berpengaruh pada kesehatan fisik.
Self-Compassion sebagai Peredam Toxic Productivity
Toxic productivity yang muncul karena keinginan mencapai sesuatu sebanyak atau secepat mungkin, dapat diredam dengan self-compassion. Solusi ini sangat tepat karena toxic productivity yang bernilai negatif bisa diredam dengan self-compassion yang memberikan energi positif. Dilansir dari laman Hello Sehat, studi di Jurnal Frontiers in Psychology tahun 2018 mengungkap bahwa self-compassion membantu mengurangi gejala stres dan burnout karena pekerjaan.

Penerimaan dan pemakluman ini mendorong seseorang untuk lebih tenang karena berpikir bahwa segala sesuatu tidak melulu harus segera dicapai. Kemampuan setiap orang juga berbeda-beda. Titik mulainya juga berbeda-beda. Tidak salah jika melakukan sesuatu secara pelan tapi pasti. Jangan sampai terlalu menuntut diri sendiri hingga stres sendiri. Bahkan, jangan sampai ingin produktif untuk menjadi seperti orang lain. Berikut ini bentuk nyata self-compassion untuk meredam dirimu yang terkena toxic productivity.
Meluangkan Waktu untuk Diri Sendiri
Me time sangat dibutuhkan untuk merenung, mengevaluasi, dan mengembalikan motivasi. Saat me time, lakukan apapun yang membuatmu tenang, misalnya bermain musik, bernyanyi, membaca buku, menikmati alam, dll.
Memberi Apresiasi kepada Diri Sendiri
Apapun yang kamu upayakan, pasti ada dua kemungkinan, yaitu berhasil dan tidak. Apapun hasilnya, kamu sudah melawan rasa malas untuk melakukan itu semua. Jadi, jangan lupa apresiasi dirimu!
Menyediakan Ruang untuk Kegagalan
Jika realita kurang atau tidak sesuai dengan ekspektasi, maka itulah sumber kekecewaan. Jadi, sediakan ruang untuk kegagalan agar kecewamu tidak berlebihan. Dengan cara ini, kamu terhindar dari tekanan yang memunculkan toxic productivity.

Journaling
Cara ini tepat untuk mengatur jadwalmu agar produktif, tetapi punya cukup waktu untuk beristirahat. Hilangkan segala pikiran negatif dengan melakukan kegiatan positif. Segala emosi negatif bisa teralihkan dengan baik untuk mencapai tujuanmu.
Meditasi
Meditasi menjadi slah satu upaya menenangkan diri dan melepaskan beban. Lakukan meditasi sambil mempraktikkan butterfly hug. Silangkan tangan di dada, lalu tepuk bahu secara bergantian. Setelah itu, kembali ke posisi duduk bersila dan tarik napas dalam dan hembuskan. Bisikkan kalimat baik atau afirmasi positif untuk memotivasi diri sendiri.
Hindari Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Pernahkah merasa iri atau insecure dengan pencapaian orang lain? Hal ini wajar terjadi dan umumnya memicu diri sendiri untuk bisa melakukan banyak hal seperti orang lain. Muncullah pemikiran, “kalau dia bisa, saya juga harus bisa.” Keharusan inilah yang menekan diri sendiri dan menimbulkan toxic productivity. Jadi, hindarilah membandingkan kemampuan atau pencapaian diri dengan orang lain. Setiap orang punya start and finish-nya masing-masing. Kamu juga punya kelebihan yang orang lain tidak punya.
Itulah penjelasan bahwa toxic productivity sangat mengancam kesehatan mental. Berbagai tekanan dari dalam diri dan lingkungan sosial, bisa memicunya. Solusi untuk meredam toxic productivity ternyata berasal dari dalam diri yaitu melakukan berbagai tindakan self-compassion seperti yang direkomendasikan di atas. Produktif boleh, tapi ada waktu istirahatnya. Yuk, sayangi dirimu!