Beras Analog, Inovasi Sumber Karbohidrat yang Kekinian

mvi_0167-mov_000042359

Halo Teman Sehat! Pasti kamu udah ngga asing dengan kata beras, tapi pernahkah kamu mendengar istilah beras analog?

Udah bukan rahasia lagi kalau Indonesia merupakan negara pemakan nasi terbanyak di dunia. Bahkan, Indonesia loh yang menentukan harga beras dunia!

Kalau persediaan beras di negeri kita banyak atau bahkan kita bisa ekspor ke negara lain, maka bisa dipastikan kalau harga beras dunia akan murah. Tapi, kalau ternyata kita kekurangan beras alias impor dari negara lain, maka harga beras dunia pasti melambung tinggi. Beuh, ternyata segitunya ya!

Yap, faktanya orang Indonesia emang ‘kecanduan’ beras!

Sebenernya, ini bisa jadi masalah di masa depan. Coba deh bayangin, gimana kalau suatu saat panen padi kita ngga bisa mencukupi kebutuhan beras nasional kita? Gimana kalau kita harus impor beras terus-terusan dari negara lain? Gimana kalau saking butuhnya kita sama beras, jadinya semahal apapun beras dari negara lain wajib kita beli?

Belum lagi banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa dengan mengonsumsi nasi terus-menerus dalam jangka panjang, bisa meningkatkan risiko penyakit Diabetes Mellitus tipe 2. Tau ngga sih? Walaupun bukan penyakit menular, Diabetes Mellitus tipe 2 ini merupakan penyakit penyebab kematian ketiga di Indonesia!

Nah karena begitu besarnya ketergantungan kita dengan beras, maka banyak banget inovasi yang sedang dilakukan oleh kaula muda dan profesor untuk mengurangi ‘kecanduan’ kita pada beras. Yup, beras analog salah satunya!

Apaan sih beras analog itu?

Beras analog adalah salah satu makanan alternatif pengganti beras yang dibuat dengan bahan baku tepung tapioka, terigu, singkong, atau tepung lainnya dengan bentuk yang mirip seperti beras. Jadi, kita seolah-olah makan beras beneran gitu Teman Sehat!

Ngga percaya? Nih coba liat gambarnya!

beras analog vs-beras-padi

Prof. Slamet Budijanto dan inovasinya

Salah satu tokoh yang berperan dalam mengembangkan beras ini adalah Prof. Slamet Budijanto. Beras analog yang dibuatnya bersama tim menggunakan tepung-tepungan lokal selain beras dan gandum yang dibentuk menyerupai beras padi. Loh kok bisa? Iya, jadi beras ini tercipta dengan bantuan teknologi canggih yang bernama teknologi ekstrusi.

Beras analog karya Prof. Slamet Budijanto ini memiliki serat yang lebih tinggi dibandingkan beras biasa, yaitu 10% pada beras analog jagung.

Apa sih fungsinya serat dalam beras analog ini?

Dengan serat yang tinggi, gula darah kamu akan lama naiknya, which is good! Bahasa kerennya sih, beras analog ini punya indeks glikemik yang lumayan rendah. Rata-rata indeks glikemik beras putih yang biasa kita makan adalah sekitar 80-an, sedangkan beras analog ini hanya memiliki indeks glikemik 62. Artinya, beras analog ini relatif lebih aman dimakan oleh para penderita Diabetes Mellitus.

Selain itu, serat juga berfungsi untuk menghindari kamu dari sulit buang air besar alias konstipasi atau sembelit. Serat juga bisa bikin perutmu kenyang lebih lama karena penyerapan di usus terjadi lebih lama.

Launching beras ini telah dilakukan dalam Dies Natalis IPB ke-53 bersama dengan PT FITS Mandiri yang berada dalam naungan Bogor Life Science and Technology.

Keren banget kan inovasi dari Prof. Slamet Budijanto dan tim ini?

Ayo kurangi kecanduan kamu pada nasi dengan mengonsumsi sumber karbohidrat lain seperti singkong, ubi, jagung, atau beras analog! (adv)

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.