Antioksidan Bisa Mencegah Kanker, Benarkah?

Sebelumnya, kamu telah membaca tentang radikal bebas dan antioksidan kan? Nah, pasti sekarang kamu bertanya-tanya, benarkah antoksidan bisa mencegah berbagai penyakit, termasuk kanker? Soalnya, banyak banget iklan dan isu-isu yang beredar, katanya antioksidan itu sakti banget, segala penyakit bisa diatasi. Benarkah antioksidan bisa mencegah kanker? Apakah penelitian-penelitian yang ada mendukung semua isu itu? Check it out, Teman Sehat!

Kronologis munculnya istilah ‘antioksidan’

Istilah antioksidan mulai terkenal pada tahun 1990-an, ketika para ahli sains mulai memahami bahwa radikal bebas berperan dalam tahap awal penyumbatan pembuluh darah di jantung (atherosklerosis). Mereka juga berpendapat bahwa radikal bebas mungkin berperan dalam kanker, gangguan pengelihatan, dan penyakit kronis lainnya.

Apakah hasil penelitian menunjukkan hasil positif antara antioksidan dan pencegahan penyakit?

Hingga saat ini, setidaknya ada 71.997 penelitian yang berkaitan dengan antioksidan dan kesehatan, jika kamu mencari dengan menggunakan kata kunci “antioxidant, health” di kolom pencarian The National Center for Biotechnology Information (NCBI) , terdapat 112,932 artikel penelitian yang bisa diakses. Terdapat banyak penelitian yang menunjukkan hasil berbeda. Coba simak contoh 3 penelitian besar yang pernah dilakukan di dunia berikut ini, Teman Sehat.

  1. Penelitian di wilayah Linxian, China. Penelitian yang pada awalnya dilakukan tahun 1985-1991 pada 29.584 dewasa dengan memberikan suplemen 15 miligram beta karoten, 30 mg alfa-tokoferol (salah satu jenis vitamin E), dan 50 mikrogram selenium setiap hari selama 5 tahun pada perempuan dan laki-laki sehat yang memiliki risiko kanker esofagus dan lambung. Walaupun tidak menunjukkan adanya perbedaan siginfikan antara mereka yang mendapat suplemen dan tidak, ada kecenderungan penurunan risiko kematian akibat kanker secara keseluruhan. Setelah sepuluh tahun penelitian selesai, dilakukan penelitian lanjutan. Ternyata, dampak selenium, vitamin E, dan beta karoten pada penurunan risiko kematian ‘lebih terasa’ pada mereka yang memiliki usia lebih muda, yaitu dibawah 40 tahun.
  2. Sebuah studi internasional yang bernama Heart Outcomes Prevention Evaluation-The Ongoing Outcomes (HOPE-TOO) memberikan suplementasi alfa-tokoferol (400 IU) kepada 3.994 orang yang telah didiagnosa penyakit jantung atau diabetes selama kurang lebih 7 tahun. Hasilnya? Tidak ada dampak berarti pada kejadian kanker baru, kematian akibat kanker, atau kejadian penyakit kardiovaskular.
  3. Dalam studi yang bernama Supplémentation en Vitamines et Minéraux Antioxydants (SU.VI.MAX) di Prancis, 7.876 perempuan usia 35-60 tahun dan 5.141 laki-laki usia 45-60 tahun diberikan suplemen yang terdiri atas 120 mg vitamin C, 6 mg beta karoten, 100 mikrogram selenium, dan 20 mg zink selama sekitar 7,5 tahun. Hasilnya, cukup mengejutkan Teman Sehat. Terjadi penurunan jumlah penderita kanker prostat pada laki-laki, namun terjadi peningkatan kanker kulit pada perempuan. Setelah diamati lebih jauh, ternyata suplemen itu tidak memberikan perlindungan pada laki-laki ataupun merugikan pada perempuan dalam 5 tahun terakhir menjelang berakhirnya suplementasi.

Oh iya, tapi sadarkah kamu kalau semua penelitian yang telah dilakukan di atas menggunakan suplemen sebagai sumber antioksidan?

Walaupun sebagian besar penelitian menunjukkan minimnya dampak yang ditimbulkan oleh antioksidan dalam pencegahan penyakit, perusahaan makanan dan suplemen tetap melakukan promosi dan klaim yang menyebutkan bahwa antioksidan bisa mencegah berbagai penyakit. Bahkan, sebuah penelitian menunjukkan adanya peningkatan risiko kanker paru-paru pada perokok ketika diberikan suplemen beta-karoten.

Satu hal yang wajib kamu ingat: antioksidan, mineral, serat, dan zat lain yang secara alami terdapat dalam sayur, buah, dan gandum utuh membantu mencegah berbagai penyakit kronis, namun nampaknya antioksidan dosis tinggi dalam suplemen tidak bisa melakukan hal yang sama.

Oleh karena itu, yuk pastikan sayur dan buah selalu ada setiap kali kamu makan ya. Suplemen hanya boleh digunakan setelah berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter ya, Teman Sehat!

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.