Burnout merupakan bentuk reaksi terhadap stres yang ngga bisa ditangani. Stres dapat berasosiasi dengan pekerjaan, akademik, keluarga, atletik dan krisis global, seperti pandemik Covid-19. Setiap pelajar hampir dipastikan pernah mengalami academic burnout. Mulai dari sekolah, guru, orang tua, hingga sahabat bisa menjadi alasan langsung ataupun ngga langsung pemicu academic burnout. Pernahkah kamu merasa sangat lelah terhadap kehidupan akademik?

Definisi dan Penyebab Academic Burnout
Academic burnout didefinisikan sebagai reaksi negatif secara emosional, fisik dan mental terhadap pembelajaran sebagai dampak dari kelelahan, frustasi, serta berkurangnya motivasi dan kemampuan belajar. Ini bisa dikarenakan adanya tekanan akademik, ekspektasi, tuntutan dan persyaratan terkait pendidikan.
Academic burnout disebabkan berbagai hal, diantaranya waktu belajar sangat lama, membandingkan kesuksesan akademik dengan sejawat, terlalu banyak kursus atau matakuliah, maupun penurunan nilai tak terduga. Seringkali memprioritaskan kesuksesan akademik di atas segalanya membawa risiko pada kesehatan emosi dan fisik. Kondisi ini bisa berlangsung jangka panjang, semakin lama dibiarkan maka semakin sulit untuk keluar dari situasi ini dan bisanya berisiko membawa berbagai dampak negatif.
Gejala Academic Burnout
Academic burnout dikenal juga sebagai ‘study burnout’ yang bisanya ditandai dengan depresi, kelelahan, nilai menurun, perasaan frustasi, perubahan emosi ekstrim, perasaan hopeless, motivasi menurun, berkurangnya perhatian detail, menurunnya tingkat imunitas, hingga penyalahngunaan obat penenang.
Indikasi academic burnout adalah kurangnya ketertarikan pada isu-isu akademik, menjauhi kegiatan kelas, merasa kegiatan akademik ngga berarti, dan ketidakmampuan untuk memahami isu akademik.
Efek Negatif Academic Burnout
Academic burnout diasosiasikan dengan penurunan capaian akademik dan motivasi belajar serta membawa efek negatif pada lingkungan pergaulan dan kondisi pribadi. kondisi ini juga erat kaitannya dengan efikasi diri (kepercayaan terhadap diri sendiri dapat sukses). Ketika burnout, efikasi diri cenderung menurun, penurunan kepercayaan diri, kelelahan emosional, dan penurunan prestasi. Penurunan efikasi diri menjadikan seseorang pesimis dan apatis terhadap dunia akademik, menurunkan motivasi belajar dan academic engagement, serta berakibat pada terisolir dari lingkungan pertemanannya.
Dilansir dari vidrecruiter.com berikut beberapa langkah untuk mematahkan siklus academic burnout:
Break di tengah waktu belajar
Istirahat sejenak untuk membuat fisik dan pikiran lebih rileks. Cara ini bisa membantu membuat pikiran kamu lebih bertenaga sehingga meningkatkan fokus. Tidur adalah langkap terbaik, cara lain dengan istirahat 15-20 menit setelah belajar 1 jam. Kamu bisa mencoba teknik Podomoro untuk meningkatkan produktivitas dan mengefisienkan waktu istirahat.

Sosialiasi dengan teman dan keluarga
Bersosialisasi memberikan tenaga dan meningkatkan mood. Berkumpul dengan sahabat atau keluarga dapat menjadi pilihan yang tepat. Bagi orang dengan karakter introvert, mungkin bersosialisasi akan menguras tenaga. Coba gunakan waktu untuk re-charge lewat me time.
Berolahraga
Berolahraga ngga hanya baik bagi kesehatan tubuh, tapi juga meningkatkan mood. salah satunya dengan melakukan aerobik yang bisa memicu sekresi hormon endorfin. yang berperan dalam meningkatkan rasa senang.
Tidur cukup
Tidur cukup sangat berperngaruh pada kesehatan dan juga cara yang dapat ditempuh untuk menekan academic burnout. Tidur cukup akan meingkatkan mood, memperkuat jantung, meningkatkan fokus dan produktivitas, serta meningkatkan ingatan. Seperti yang diketahui bahwa academic burnout juga ditandai kesulitan tidur, jadi dengan mendapatkan tidur cukup maka dapat membalikkan efek.
Kehidupan akademik terkadang sangat menekan, dan bila mengalami academic burnout ngga perlu merasa malu ya, Sahabat Sehat.
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP