Sahabat Sehat, setiap orang tua tentu memiliki keinginan untuk memastikan kecukupan kebutuhan gizi harian anak. Zat gizi sangat penting kontribusinya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satu zat gizi yang vital untuk membangun tubuh yang kuat adalah protein. Lantas, bahaya apa yang dapat terjadi jika anak ngga mendapatkan asupan protein secara adekuat? Artikel ini akan membahas tentang tanda defisiensi protein pada anak, efeknya, dan cara mencegahnya.

Apa itu kekurangan protein?
Jumlah protein yang dibutuhkan setiap orang bervariasi, dan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk usia, berat badan, dan aktivitas fisik. Namun, kebutuhan protein rata-rata setiap orang adalah 0,8–1 g/kgBB, atau sekitar 15–20 persen dari total kalori yang dikonsumsi setiap hari.
Kekurangan protein atau biasa dikenal dengan istilah defisiensi protein menggambarkan suatu malnutrisi protein-energi, dan dapat memiliki konsekuensi serius jika ngga segera diatasi.
Tanda defisiensi protein pada anak
Ada beberapa tanda yang muncul bila anak mengalami kekurangan protein, seperti nafsu makan menurun atau mengalami penurunan berat badan, meskipun nafsu makan normal. Anak biasanya akan kesulitan bergerak disertai lemah, lesu, dan perasaan lelah.
Selain itu, anak yang mengalami defisiensi protein memiliki pertumbuhan yang lambat baik dalam tinggi badan maupun berat badan; rambut rontok, rambut kering, atau perubahan warna rambut; perut bengkak akibat edema (retensi cairan); serta mengalami masalah kulit, contohnya kulit kering, ruam, dan jerawat.
Efek defisiensi protein pada kesehatan anak
Defisiensi protein dapat memiliki efek serius dan permanen pada kesehatan anak, yaitu: (1) gangguan fungsi kognitif yang dapat mempengaruhi perkembangan otak dan kesulitan belajar; (2) menurunnya daya tahan tubuh yang menyebabkan anak lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit; dan (3) meningkatnya risiko infeksi, terutama infeksi pernapasan dan gastrointestinal.

Cara mencegah defisiensi protein pada anak
Defisiensi protein pada anak dapat dicegah dengan memastikan anak mengonsumsi zat gizi yang seimbang dan kaya akan sumber protein. Beberapa contoh sumber protein yang bisa dikonsumsi, yaitu daging (sapi, ayam, ikan); kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah); susu dan produk olahannya (keju, yoghurt); telur; serta biji-bijian ( chia).
Sahabat Sehat, proses pemasakan juga dapat mengurangi jumlah protein dalam makanan, misalnya suhu yang leih tinggi. Oleh karenanya, sebaiknya memilih proses masak dengan suhu yang tidak terlalu tinggi atau gunakan minyak dengan jumlah yang sedikit, misalnya untuk ditumis, dikukus, dipanggang, atau direbus. Selain itu, gunakan minyak dengan hati-hati dan sesuaikan dengan jumlah lemak yang dibutuhkan setiap hari.