Saling Edukasi Perangi Stunting

Hai Sahabat Sehat! Di Indonesia, jumlah penduduk yang tercatat pada dukcapil 275,36 juta jiwa. Masih banyak anak di Indonesia yang mengalami stunting. Stunting merupakan masalah serius dan juga merupakan masalah gizi utama yang sedang dihadapi.

Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh WHO, Indonesia memiliki masalah stunting yang tinggi dengan jumlah 24,4 persen dari standar yang ditetapkan. Stunting merupakan keadaan gagal tumbuh pada anak yang disebabkan kurangnya asupan gizi, sehingga mengakibatkan pertumbuhan badannya berada di bawah rata-rata yang ditetapkan Kemenkes. Apabila kondisi ini sudah bersifat kronis, maka akan memengaruhi fungsi kognitif yakni tingkat kecerdasan yang rendah, sehingga berdampak pada kualitas sumber daya manusia.

penyebab terjadinya stunting
Foto: Pexels.com

Dalam studinya, Aryastami, menyampaikan bahwa masalah stunting memiliki dampak yang cukup serius; antara lain, jangka pendek terkait dengan morbiditas dan mortalitas pada bayi atau balita, jangka menengah terkait dengan intelektualitas dan kemampuan kognitif yang rendah, dan jangka panjang terkait dengan kualitas sumber daya manusia dan masalah penyakit degeneratif di usia dewasa. Penyebab terjadinya stunting pada anak sebagai berikut.

Kurangnya Pemenuhan Gizi pada Anak

Memenuhi gizi seimbang anak sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab orang tua. Salah satu alasan yang paling sering menjadikan kurangnya pemenuhan gizi pada anak adalah ketidakmampuan secara finansial. Orang tua kerap kali memberikan produk pangan alternatif tanpa memperhatikan gizi yang terkandung dalam makanan tersebut.

Kurangnya Pengetahuan Orang Tua

Orang tua adalah sosok yang paling berperan besar terhadap kesehatan anaknya. Informasi terkait cara merawat anak biasanya didapat dari turun temurun maupun dari  yang beredar di tengah masyarakat saja. Seringkali, informasi tersebut langsung diterima tanpa mengecek kembali kebenarannya. Akibatnya, ngga sedikit orang tua yang baru mengetahui bahwa hal tersebut tidak benar ketika telah terjadi efek negatif, seperti mengalami stunting.

Keterbatasan Layanan Kesehatan

Layanan kesehatan sudah seharusnya tersedia secara merata, termasuk di desa. Terkadang tempat pelayanan kesehatan tidak beroperasi dengan baik karena kekurangan tenaga ahli dan hal lainnya. Layanan kesehatan desa sangat penting karena sebagai unit terdekat yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat. Namun perlu juga sarana dan prasarana yang memadai. Tersedianya pelayanan kesehatan yang baik akan memudahkan masyarakat dalam melakukan konsultasi atau kontrol pada anaknya.

atasi stunting
Foto: Pexels.com

Sulitnya Akses Makanan Bergizi

Biasanya kesulitasn untuk mengakses makanan bergizi dialami oleh masyarakat desa yang bertempat tinggal di pelosok, sehingga perlu melawati medan yang cukup sulit dan butuh waktu yang relatif lama. Kondisi ini menjadikan masyarakat memilih makanan alternatif lain yang lebih mudah didapatkan. Akan tetapi dengan kandungan gizi yang tidak cukup baik. Perlu adanya edukasi terkait pemanfaatan pangan lokal sebagai upaya mencegah sterjadinya masalah gizi.

Sahabat Sehat, dampak dari stunting ini sendiri memberikan pengaruh pada kemajuan bangsa karena anak sebagai generasi penerus bangsa akan mengalami tingkat produktivitas yang rendah karena terhambatnya proses mereka untuk bertumbuh. Terjadinya stunting pada balita sering kali terlambat disadari oleh orang tua, setelah usia lebih dari 2 tahun barulah terlihat bahwa anak mengalami kekurangan gizi yang kronis. Oleh karena itu, itu perlu adanya upaya dari berbagai elemen masyarakat untuk sama-sama mengedukasi terkait pencegahan stunting pada anak.

Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP

Referensi

Aryastami, N. K. (2017). Kajian Kebijakan dan Penanggulangan Masalah Gizi Stunting di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan 45 (4), 233-240.

Saputri, R. A., & Tumangger, J. (2019). Hulu-hilir penanggulangan stunting di Indonesia. Journal of Political Issues1(1), 1-9.

Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia, Edisi 1 Semester 1 Tahun 2018 (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan 2018)

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.