Viral! Bakteri “Pemakan Daging” dan STSS, Apa Itu?

Infeksi bakteri “pemakan daging” sedang hangat dibicarakan karena telah banyak memakan korban di Jepang. Ada sekitar 1.019 orang meninggal pada tahun 2024 karena bakteri ini dan istilah STSS dikaitkan dengan kondisi infeksi itu.

Pada 2 Juni saja telah ada kasus sekitar 977 di Jepang, infeksi sangat cepat menyebar. Tidak ada kejelasan kenapa cepat sekali menyebar. Tapi, apa sih sebenarnya bakteri “pemakan daging” dan STSS? Lebih jelasnya, yuk simak artikel berikut!

infeksi bakteri kulit
Foto: Freepik.com

Bakteri “pemakan daging”

Bakteri “pemakan daging” atau penyakit pemakan daging juga disebut dengan istilah Necrotizing fasciitis. Kalau diartikan necrotizing berarti menyebabkan kematian jaringan dan fasciitissciitis merupakan jaringan dibawah kulit. Infeksi bakteri ini bisa mempengaruhi otot, kulit dan jaringan otot yang bisa menyebabkan jaringan mati.

Bakteri Streptococcus grup A, Vibrio vulnificus (bakteri yang hidup di air), staphylococcus dan beberapa jenis bekteri lainnya dapat menyebabkan penyakit ini. Ada beberapa risiko terinfeksi diantaranya diabetes, kegemukan, mempunyai luka pada kulit, luka operasi, gangguan penggunaan alkohol, kanker, dan mempunyai masalah sistem kekebalan atau sistem pembuluh darah.

Gejala paling umum, yaitu bengkak atau merah pada kulit atau area lain hingga merasakan nyeri, peradangan, mual dan demam. Penyakit ini dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitazer dan menghindari infeksi kulit,

Apa itu STSS?

Streptococcal Toxic Shock Syndrome atau yang disingkat STSS merupakan kondisi infeksi yang melibatkan bakteri Streptococcus grup A. Infeksi ini termasuk langka terjadi tapi akan sangat berkembang cepat hingga terjadi kegagalan multi-organ dengan infeksi awal disebabkan Streptococcus pyogenes. Infeksi bakteri akan berkembang menjadi STSS saat telah memasuki jaringan bagian dalam dan aliran darah.

Gejalanya meliputi mual, muntah, demam, panas dingin dan mialgia yang dapat muncul setelah 24 sampai 48 jam. Orang dengan usia 65 tahun atau lebih, mengidap penyakit diabetes, memiliki luka terbuka akibat infeksi atau cedera merupakan faktor risiko mengalami STSS.

luka terbuka
Foto: Pixabay.com

Bakteri penyebab STSS dapat menyerang jaringan darah, hati, ginjal, kulit, paru-paru dan jaringan lunak yang berada dibawah kulit dan otot. Ada cara pencegahan STSS yang dapat dilakukan, yaitu merawat infeksi jamur, merawat dan membersihkan luka, sering mencuci tangan, serta tutup saat bensin dan batuk.

Nah, itulah Sahabat Sehat sekilas tentang bakteri “pemakan daging” dan STSS. Sekarang kamu sudah mengetahui keduanya yang tengah menjadi istilah pandemi di Jepang. Tetap menjaga kesehatan dan merawat luka supaya tidak terinfeksi penyebab penyakit tersebut. 

Referensi

Cleveland Clinic. 2022. Necrotizing Fasciitis (Flesh-Eating Disease). https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23103-necrotizing-fasciitis. Diakses 24 Juni 2024.

Cdc.gov. 2024. About Streptococcal Toxic Shock Syndrome. https://www.cdc.gov/group-a-strep/about/streptococcal-toxic-shock-syndrome.html. Diakses 24 Juni 2024.

Cdc.gov. 2024. Clinical Guidance for Streptococcal Toxic Shock Syndrome. https://www.cdc.gov/group-a-strep/hcp/clinical-guidance/streptococcal-toxic-shock-syndrome.html. Diakses 24 Juni 2024.

Matt McMillen. 2023. Necrotizing Fasciitis (Flesh-Eating Bacteria). https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/necrotizing-fasciitis-flesh-eating-bacteria. Diakses 24 Juni 2024.

Sarah Oktaviani Alam. 2024. Fakta-fakta Wabah Bakteri Pemakan Daging di Jepang, Pasien Bisa Tewas dalam 48 Jam. https://www.google.com/amp/s/health.detik.com/berita-detikhealth/d-7403068/fakta-fakta-wabah-bakteri-pemakan-daging-di-jepang-pasien-bisa-tewas-dalam-48-jam/amp. Diakses 24 Juni 2024.

Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.