Saat ini di Indonesia terjadi peningkatan kasus penderita sifilis dan salah satu penyebab kenaikan tersebut karena masih rendahnya pengobatan. Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi alat reproduksi, anus, bibir maupun mulut. Lebih jelasnya, yuk simak penjelasaannya di bawah ini!

Apa itu sifilis?
Sifilis atau raja singa adalah termasuk ke dalam penyait infeksi menular seksual (IMS) atau sexual transmitted disease (STD). Penyakit ini menjadi salah satu permasalah secara global yang dapat menyebabkan morbiditas dan juga dapat menyebabkan mortalitas.
Penyebab sifilis yaitu infeksi bakteri Treponema pallidum yang menginfeksi kelamin, mulut, bibir dan anus. Penyakit ini dapat ditularkan dari hubungan seksual maupun dari ibu ke janin. Bakteri tersebut dapat masuk melalui luka kecil, lecet pada kulit maupun selaput lendir. Sayangnya, penderita sering kali tidak menyadari bahwa dirinya terkena sifilis, sehingga potensi penularan penyakit tersebut semakin besar.
Kasus sifilis di Indonesia
Pada tahun 2016-2022 penyakit sifilis di Indonesia meningkat dari 12 ribu kasus menjadi hampir 21 ribu kasus dengan rerata penambahan kasus 17.000-20.000 kasus di setiap kasusnya. Ibu hamil yang menderita sifilis ada sekitar 60% tidak mendapatkan pengobatan yang dapat berpotensi terjadinya penularan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan.

Penanganannya
Bagi penderita yang mengalami sifilis primer dan sekunder dapat dilakukan pengobatan dengan obat antibiotik yang disuntikan dan diberikan kurang lebih selama 14 hari. Sedangkan, untuk sifilis tersier dan pada ibu hamil, pengobatan menggunakan antibiotik melalui infus dan lama pengobatan cenderung lebih dari sifilis primer dan sekunder.
Selain itu, untuk memastikan penderita sifilis telah sembuh total perlu dilakukan tes darah. Bila kondisi ini tidak segera ditangani dengan tepat, akan berpotensi menyebabkan kerusakan pada otak, jantung dan organ lain, bahkan menimbulkan kematian.
Cara pencegahannya
Cara pencegahan yang dapat kamu lakukan, yaitu tidak melakukan kontak seksual dengan penderita. Tidak bergonta-ganti pasangan juga dianjurkan untuk meminimlisir kemungkinan terjadinya penularan.
Oleh karena itu, mendiskusikan secara terbuka riwayat penyakit kelamin dengan pasangan sangat penting untuk dilakukan. Jika diharuskan berhubungan seksual dengan orang yang riwayat kondisi kesehatannya tidak diketahui, gunakanlah alat kontrasepsi (kondom).
Adanya rasa malu dan stigma merupakan salah satu faktor alasan seseorang yang menderita sifilis tidak mengobati maupun memeriksakan kondisinya ke dokter. Sahabat Sehat bisa turut serta dalam mencegah terjadinya penularan dengan memberikan dukungan kepada penderita untuk segera melakukan penanganan medis tanpa membebankan stigma buruk mengenai penyakit tersebut.
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP