Pernahkah kamu mendengar istilah body dysmorphic disorder? Gangguan psikis tersebut disebut juga gangguan dismorfik tubuh. Dilansir dari laman Universitas Gadjah Mada, menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang merupakan panduan diagnostik utama para profesional kesehatan mental, body dysmorphic disorder (BDD) adalah persoalan psikis berupa kekhawatiran berlebihan pada suatu kekurangan atau ketidaksempurnaan dari penampilan fisik.

Seseorang yang mengalami hal ini mempunyai rasa cemas berlebih pada penampilannya. Ia cenderung menilai penampilan fisiknya buruk. Faktanya, tekanan sosial bisa memengaruhi persepsi individu hingga mengalami BDD.
Tekanan Sosial Pemicu Body Dysmorphic Disorder
Sebenarnya, penyebab BDD bukan hanya tekanan sosial. Pengalaman negatif di masa lalu, faktor genetik keluarga yang mengalami gangguan BDD, serta gangguan mental, seperti cemas dan depresi adalah pemicu seseorang mengalami BDD. Akan tetapi, tekanan sosial juga sangat berpengaruh.
Jika awalnya seseorang dalam kondisi baik, maka dimungkinkan psikisnya bisa terganggu setelah mengalami tekanan sosial. Tekanan sosial dapat berupa perundungan, penilaian atas penampilan, tuntutan berpenampilan dari lingkungan sekitar, hingga adanya norma penampilan yang tidak realistis atau terlalu mengutamakan penampilan fisik.

Gejala Body Dysmorphic Disorder
Seseorang dapat terindikasi mengalami BDD jika timbul beberapa gejala. Pertama, seseorang menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengamati wajah dan tubuhnya di cermin. Jika ada bagian tubuh yang menurutnya tidak simetris atau kurang bagus, maka akan melakukan berbagai cara demi menutupi bagian tubuh yang menurutnya negatif tersebut. Kedua, ia seringkali bertanya kepada orang lain tentang bagian tubuhnya untuk meyakinkan bahwa ada bagian tubuh yang tidak sempurna.
Berbagai persepsi negatif tentang kondisi fisik hingga kecemasan berlebih, menyebabkan berkurangnya konsentrasi atau fokus. Tanda lainnya adalah menjalankan prosedur kecantikan untuk memperbaiki penampilan yang cenderung berlebihan, seperti diet ekstrim. Jika sudah parah, fokusnya mulai terkuras untuk memikirkan penampilan, kemudian melakukan operasi plastik atau berdiskusi ke dokter berulang kali demi memperbaiki penampilan. Seiring dengan itu semua, ia akan terus menerus membandingkan dirinya dengan orang lain dan menjadi sangat perfeksionis.
Diagnosis dan Langkah Penanganan
Kondisi BDD harus segera ditangani agar tidak semakin parah dan menyebabkan penderitanya bertindak berlebihan. Jika mengalami beberapa gejala di atas, periksakan ke dokter. Jika menurut hasil pemeriksaan terdapat gangguan pada mental, maka dokter memberikan rujukan ke dokter spesialis jiwa untuk memastikan kondisi kesehatan pasien.
Diagnosis dokter diperoleh berdasarkan beberapa hal. Pertama, evaluasi psikologis tentang penilaian fisik, perasaan, dan emosi pasien saat menggambarkan citra tubuhnya. Kedua, riwayat kesehatan secara keseluruhan, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kondisi sosial, dan persoalan kepribadian. Ketiga, mengenali tanda atau gejala BDD yang dialami pasien.
Apabila berdasarkan pemeriksaan dinyatakan mengalami BDD, maka dilakukan pengobatan untuk menurunkan gejala yang dialami. Perawatan pasien gangguan dismorfik tubuh meliputi kombinasi terapi perilaku dan pemberian obat-obatan.
Terapi perilaku kognitif berfokus pada beberapa hal, yaitu membantu pasien mempelajari reaksi yang sebaiknya dilakukan, menurunkan persepsi negatif tentang citra tubuhnya yang buruk, mempelajari cara untuk membatasi keinginannya dalam mencari validasi dari orang lain, membantu meningkatkan keterlibatannya dalam kegiatan sosial, serta membentuk pola pikir positif dan lebih baik.
Obat-obatan yang diberikan adalah obat antidepresan agar menurunkan rasa cemas berlebihan dan stres yang memicu depresi. Untuk melepaskan rasa cemas dan stres, imbangi dengan rutin berolahraga.
Itulah penjelasan lengkap tentang body dysmorphic disorder. Setiap orang bisa berpotensi mengalami gangguan psikis tersebut. Mengenali gejala di atas bisa membantu mengetahui apakah mengalami gangguan dismorfik tubuh.