Apakah Perempuan Lebih Tahan Nyeri dari Laki-Laki?

Halo Sahabat Sehat! Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik atau emosional yang kurang menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan. Rasa sakit menggambarkan adanya perasaan ngga nyaman, sebagaii penanda bahwa terdapat suatu gangguan dalam tubuh.

Teori yang berkembang saat ini beranggapan bahwa proses nyeri yang dialami oleh setiap orang adalah sama. Lantas bagaimana dengan jenis kelamin yang berbeda? Apakah perempuan dan laki-laki merasakan rasa sakit yang sama?

rasa nyeri pada perempuan dan laki laki
Foto: Pexels.com

Perbedaan menahan rasa nyeri 

Kemampuan seseorang dalam menahan nyeri bisa saja berbeda, tergantung pada setiap toleransi dan ambang batas nyeri. Toleransi mengacu pada berapa jumlah rasa nyeri tanpa membuat seseorang tak sadarkan diri. Sedangkan ambang batas nyeri adalah titik ketika adanya stimulus atau rangsangan baik mekanis, suhu atau kimiawi akan menyebabkan rasa sakit pada tubuh.

Konon kabarnya, perempuan memiiki toleransi nyeri yang lebih tinggi daripada laki-laki? Contohnya saat seorang perempuan mengalami nyeri haid dan melahirkan. Nyeri muncul akibat interaksi antara jaringan saraf dan otak. Ketika ada stimulus, maka saraf akan menyampaikan sinyal ke otak yang kemudian otak mempersepsikannya sebagai nyeri, dan tubuh bisa meresponnya dengan refleks menghindar.

Perempuan dan laki-laki dalam menahan rasa sakit juga bergantung pada interaksi tersebut. Faktor lainnya adalah usia, jenis kelamin, genetik, penyakit kronis, gangguan psikologi, sugesti, dan pengalaman.

rasa nyeri menstruasi
Foto: Pexels.com

Alasan di balik menahan rasa nyeri

Adanya perbedaan faktor biologis, psikologis, dan sosial menjadikan rasa nyeri tertahan yang dialami laki-laki dan perempuan pun berbeda. Pertama, faktor biologis menunjukkan keberadaan hormon seks (estrogen dan testosteron) berpengaruh terhadap kemampuan menahan rasa nyeri.

Kedua, faktor psikologis dan sosial. Nyeri yang muncul tentu akan membuat seseorang ingin segera mendapatkan perawatan medis supaya nyeri bisa tertangani dengan baik. Perempuan memiliki banyak cara untuk mengelola rasa nyeri dan mengalihkan perhatian daripada laki-laki.

Nyeri memang subyektif, beragam penelitian yang pun mengalami kendala mengenai faktor ini. Hasil penelitian dari berbagai studi melaporkan bahwa perempuan memiliki sensitivitas yang lebih besar terhadap rasa nyeri. Sedangkan, secara ilmiah, laki-laki lebih toleran daripada perempuan, karena laki-laki banyak melepaskan senyawa biokimia sebagai penghilang rasa sakit, misalnya beta endorfin.

Kepekaan terhadap rasa sakit yang dialami perempuan memiliki banyak faktor yag terlibat. Menurut penelitian di Stanford University School of Medicine, nyeri yang pernah dialami oleh perempuan, baik melahirkan atau menstruasi, bisa meningkatkan kepekaan perempuan dalam menahan nyeri. Hal ini bisa menjadi alasan mengapa perempuan lebih tahan terhadap nyeri.

Meskipun begitu, Sahabat Sehat perlu mengingat kembali bahwa penilaian terhadap nyeri bersifat sangat subyektif.

Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP

Referensi

Lestari DA. 2019. Wanita lebih bisa menahan nyeri daripada pria, mitos atau fakta? https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/menahan-sakit-nyeri-pria-wanita/. Diakses 26 Juli 2022

Dwiputra KO. 2020. Benarkah Wanita lebih dapat menahan sakit disbanding laki-laki? https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3637523/benarkah-wanita-lebih-dapat-menahan-sakit-dibanding-laki-laki. Diakses 26 Juli 2022

CPC Doctors. 2021. Why men and women experience pain differently. https://www.cpcdoctors.com/blog/why-men-women-expereince-pain-differently. Diakses 26 Juli 2022

Dedek et al. 2022. Sexual dimorphism in a neuronal mechanism of spinal hyperexcitability across rodent and human models of pathological pain. https://academic.oup.com/brain/article/145/3/1124/6551129. Diakses 26 Juli 2022

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.