
Aritmia atau gangguan irama jantung adalah kondisi ketika detak jantung yang tidak normal atau tidak teratur. Hal ini terjadi karena sinyal elektrik yang mengkoordinasikan detak jantung tidak bekerja dengan baik. Tidak teratur di sini bisa berarti lebih cepat, lebih lambat, ataupun benar-benar acak. Sahabat Sehat, ayo mengenal berbagai jenis, gejala dan faktor risiko gangguan kesehatan ini!
Jenis dan Gejala Aritmia
Ditinjau dari tingkat keparahannya, aritmia ini ada yang hanya bertahan sementara dan ngga berbahaya. Tapi ngga menutup kemungkinan bisa berakibat fatal bila kondisinya cukup parah. Berikut di bawah ini adalah beberapa jenis aritmia yang umum terjadi.
Atrial Fibrillation (AF)
Ini adalah tipe yang paling umum, gejalanya berupa detak jantung yang ngga teratur dan jadi lebih cepat dari normal. AF ini lebih sering terjadi pada orang lanjut usia, peminum alkohol, dan orang yang kelebihan berat badan.
Supraventicular Tachycardia
Kondisi ini terjadi ketika detak jantung menjadi sangat cepat walaupun tubuh sedang beristirahat.
Bradycardia
Nah, kalau bradycardia terjadi ketika detak jantung berdetak lebih lambat dari normal.
Heart Block
Juga terjadi ketika detak jantung berdetak lebih lambat dari normal, ini bisa membuat seseorang pingsan.

Ventricular Fibrillation
Ini cukup langka terjadi, yaitu ketika detak jantung meningkat secara cepat dan tidak beraturan. Bisa menyebabkan kehilangan kesadaran dan kematian mendadak jika tidak segera ditangani. Jenis aritmia yang satu ini sering terjadi pada penderita penyakit jantung atau trauma serius.
Detak Jantung Prematur
Terjadi ketika ada detak ekstra yang sesekali muncul dari jantung, terkadang bisa menjadi pola yang masuk dalam pola detak jantung normal. Ini biasanya ngga serius, tapi tetap bisa memicu aritmia, terutama pada penderita gangguan jantung. Seringkali, gejala detak jantung prematur ini dipicu karena stress, olahraga, ataupun stimulan seperti kafein dan nikotin.
Beberapa gejala lain yang sering muncul dan bisa menandakan aritmia adalah kelelahan, pusing, berkeringat, dan pingsan.
Faktor Risiko Aritmia
Kamu bisa memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena aritmia jika kamu memiliki kerusakan pada jaringan di bagian jantung. Penyebabnya bisa karena penyakit, seperti diabetes, gagal jantung, obesitas, tekanan darah tinggi, ataupun COVID-19.
Selain itu, aritmia juga bisa dipicu oleh beberapa hal lain yang berhubungan dengan pola hidup, seperti konsumsi alkohol, paparan polusi udara, merokok, perubahan postur tubuh, kebiasaan olahraga, konsumsi kafein, konsumsi obat-obatan, dan sebagainya.
Pencegahan dan Pengobatan Aritmia
Munculnya aritmia ngga selalu bisa dicegah, tapi menerapkan pola hidup yang sehat bisa menurunkan risiko untuk mengalami gangguan pada jantung yang bisa memicu aritmia. Sementara untuk pengobatannya sendiri, bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obatan, prosedur kateter, implan, ataupun operasi untuk mengontrol kembali detak jantung.
Ketika kamu merasa mengalami detak jantung mulai yang berdetak tidak normal, kamu bisa segera berkonsultasi dengan dokter ya. Apalagi kalau gejalanya diikuti dengan gejala lain yang lebih serius, seperti sesak napas, lemas, pusing, dan sakit di bagian dada.
Gimana Sahabat Sehat, sekarang sudah jadi lebih tahu kan tentang aritmia? Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP