Sahabat Sehat, bagi banyak orang soda masuk dalam daftar minuman favorit. Fast food chain seringkali menawarkan soda dalam menu bundling. Hal ini juga menjadi pendorong tingginya konsumsi soda. Di pasaran, orang mengenal soda reguler dengan pemanis gula dan soda “diet” dengan gula artifisial. Asumsinya soda diet lebih sehat karena mengandung lebih sedikit kalori. Tapi, benarkah demikian?
Ingredien dalam minuman soda
Minuman soda yang banyak ditemukan berupa air berkarbonasi yang sebenarnya nggak memberikan ancaman potensial terhadap kesehatan, selain kemungkinan kembung dan gas. Namun, kandungan sirup jagung fruktosa tinggi sebagai pengganti gula dalam soda terindikasi memicu peningkatan obesitas. Mayoritas soda ngga mengandung kafein dalam jumlah besar, tetapi adanya stimulan ini memberikan perasaan lebih berenergi. Meskipun bagi sebagian orang justru dan menyebabkan efek samping seperti kecemasan dan kegelisahan.
Soda biasanya dibuat dengan tambahan perasa alami yang variatif, mulai dari vanila hingga ekstrak kakao dengan tambahan gula yang cukup tinggi. Meskipun begitu, jumlahnya bisa saja berbeda antara satu merk dengan merk yang lainnya. Mengambil contoh, salah satu merk minuman bersoda berukuran 350 ml bisa mengandung 39 gram gula, sedangkan merk lainnya dengan ukuran yang sama memiliki kandungan 42 gram gula. Jika dibandingkan dengan rekomendasi asupan gula harian bagi orang dewasa yang hanya sebesar 50 gram dalam sehari, bisa dilihat betapa besarnya kandungan gula dalem sekaleng minuman soda.
Oleh karena itu, saat ini banyak yang beralih ke soda “diet” dengan anggapan minuman bersoda ini lebih sehat. Tapi, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa penelitian terbaru, soda “diet” ngga memberikan efek yang berbeda jauh dari soda reguler. Sebuah studi tahun 2018 yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah, Current Developments in Nutrition, menemukan bahwa beralih ke soda diet sama sekali ngga mengurangi risiko seseorang terkena diabetes.
Kenapa soda sangat addictive?
Sal Raichbach, direktur layanan klinis di Ambrosia Treatment Center di Florida, menyatakan bahwa konsumsi makanan dan minuman manis merilis dopamin. Dopamin adalah hormon yang secara langsung terkait dengan perasaan bahagia. Saat minum soda, dopamin akan diproduksi dan menyebabkan perasaan lebih baik dan senang, yang mendorong keinginan mengonsumsi soda. Dikarenakan tak hanya mengobati rasa haus, tapi efek yang dibawa soda pada mood.
Masalah kesehatan terkait minuman bersoda
Soda regular maupun diet, umumnya mengandung asam yang bisa menyebabkan masalah gigi. Penelitian menunjukkan bahwa diet soda dapat mempengaruhi kerja ginjal dan mikrobioma usus. Ngga sedikit pula penelitian yang menunjukkan bahwa diet soda dapat meningkatkan risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular. Minum soda diet selama kehamilan juga dikaitkan dengan peningkatan risiko anak menjadi kelebihan berat badan. Bahkan, juga bisa meningkatkan kemungkinan terkena osteoporosis pada perempuan.
Adakah alternatif penggantinya?
Ngga bisa dipungkiri, soda memberikan rasa segar yang khas setelah diminum. Para ahli di The Cleveland Clinic merekomendasikan untuk membekukan mentimun, raspberry, lemon, jeruk nipis, atau mint dan gunakan sebagai bahan infuse water. Selain itu, Sahabat Sehat juga bisa beralih ke minuman lain yang ngga kalah meyegarkan.
Sekian informasi mengenai fakta di balik minuman bersoda. Semoga dengan mengetahui fakta tersebut, Sahabat Sehat bisa lebih bijak dalam mengonsumsinya. Jangan lupa bagikan artikel ini ke teman dan keluarga kamu, ya!
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP