Minyak Apa yang Baik untuk Menggoreng?

Sahabat Sehat, menggoreng merupakan salah satu cara memasak yang sederhana dan menghasilkan masakan yang sedap dan renyah. Sayangnya, makan gorengan kadang menyebabkan bsia sakit tenggorokan. Selain itu, konsumsi terlalu banyak makanan yang digoreng juga dikaitkan dengan meningkatnya kadar kolesterol jahat dan risiko terjadinya penyakit jantung, hipertensi, dan kanker.

minysk untuk mengoreng
Foto: Pexels.com

Apa yang terjadi saat menggoreng?

Selama penggorengan, terjadi beberapa reaksi seperti hidrolisis dan oksidasi. Hidrolisis merupakan proses pemecahan lemak yang terjadi ketika air dari bahan yang digoreng keluar dan menyebabkan terbentuknya asam lemak bebas yang menyebabkan kolesterol. Asam lemak ini kemudian akan teroksidasi dan menyebabkan ketengikan pada minyak. Minyak yang dipakai untuk menggoreng berulang kali akan semakin rentan terhadap oksidasi. Hal ini biasanya terjadi akibat adanya pemberian panas dengan suhu tinggi maupun pada suhu ruang ketika minyak disimpan. 

Tips memilih minyak goreng

Berikut ini beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih minyak goreng.

Kandungan lemak jenuh pada minyak

Pada dasarnya, minyak punya kandungan asam lemak jenuh seperti asam palmitat dan asam stearat, dan juga asam lemak tak jenuh. Minyak goreng bisa dikatakan memiliki kualitas yang baik bila kandungan lemak jenuh yang lebih rendah dibandingkan lemak tak jenuhnya. 

Titik asap minyak

Setiap minyak punya titik asap yang berbeda-beda. Titik asap merupakan suhu ketika minyak mengalami perubahan komposisi dan membentuk akrolein, yaitu senyawa yang menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Jadi bisa dikatakan, minyak dengan titik asap yang lebih tinggi memiliki kualitas yang lebih baik karena lebih stabil terhadap panas.

penggunaan minyak untuk menggoreng
Foto: Unsplash.com

Cara menggoreng yang baik

Dalam menggoreng makanan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, hindari menggoreng dengan suhu yang terlalu tinggi. Normalnya, suhu saat menggoreng berkisar antara 150-190°C, tapi suhu pada setiap metode penggorengan juga berbeda. Menumis biasanya menggunakan suhu 117-170°C, sedangkan deep-fat frying atau penggorengan dengan seluruh bahan terendam dalam minyak cenderung menggunakan suhu yang sangat tinggi, antara 200-205°C. Suhu yang disarankan untuk deep-fat frying adalah 177-201°C.

Minyak yang sudah digunakan untuk menggoreng sebaiknya ngga digunakan kembali karena penggorengan berulang membuat titik asap lebih rendah dan meningkatkan jumlah asam lemak bebas. Selain itu, bahan yang digoreng dengan minyak bekas akan menyerap minyak lebih banyak.

Minyak yang baik untuk menggoreng

Minyak kelapa sawit punya kandungan lemak jenuh yang tinggi sehingga kurang baik untuk kesehatan. Berikut ini beberapa alternatif minyak yang baik untuk menggoreng, selain minyak kelapa sawit. 

Minyak zaitun

Minyak zaitun termasuk stabil karena punya titik asap yang tinggi, sekitar 210°C. Selain itu, minyak zaitun punya kandungan antioksidan yang dapat mencegah oksidasi minyak. Asam lemak jenuh pada minyak zaitun juga rendah, sedangkan asam lemak tak jenuhnya tinggi. Minyak zaitun murni (virgin olive oil) bisa digunakan untuk menggoreng pada suhu normal, tapi kalau ingin menggoreng dengan suhu yang lebih tinggi, sebaiknya menggunakan extra light olive oil.

Minyak biji bunga matahari, kedelai, dan kanola

Minyak biji bunga matahari, minyak kedelai, dan minyak kanola punya asam lemak tak jenuh yang lebih tinggi dibanding asam lemak jenuhnya, sehingga stabil terhadap panas dan baik digunakan untuk menggoreng.

Minyak kelapa

Minyak kelapa punya titik asap yang sangat tinggi, yaitu 232°C sehingga termasuk lebih stabil terhadap panas. Kamu bisa menggunakannya sebagai salah satu minyak yang digunakan untuk menggoreng.

Nah, itu dia beberapa tips menggoreng dan memilih minyak goreng yang baik. Budayakan gaya hidup sehat ya, Sahabat Sehat!

Editor & Proofreader: Zafira Rahrajnati, STP

Referensi

Biliaed, A. M., Ahmed, M. A., Okasha, M. M., Alwakdi, O. M., Homoud, A. M. 2016. The Effects of Frying on the Thermal Behaviour of Some Vegetable Oils. International Journal of Agriculture Research and Review. https://www.researchgate.net/publication/311102606_The_effects_of_Frying_on_the_thermal_behaviour_of_some_vegetable_oils Diakses pada 24 Juli 2021.

Brinkmann, B. dan Neusser, W. R. 2000. Quality Criteria of Industrial Frying Oils and Fats. European Journal of Lipid Sciences and Technology. https://www.researchgate.net/publication/246910792_Quality_criteria_of_industrial_frying_oils_and_fats#:~:text=Frying%20fat%20should%20be%20refined,acids%20(less%20than%205%25). Diakses pada 24 Juli 2021. 

Chiou, A. dan Kalogeropoulos, N. 2017. Virgin Olive Oil as Frying Oil. Comprehensive Review in Food Science and Food Safety. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/1541-4337.12268 . diakses pada 24 Juli 2021.

Mujadin, A., Jumianto, S. dan Puspitasari, R. L. 2014. Pengujian Kualitas Minyak Goreng Berulang Menggunakan Metoda Uji Viskositas dan Perubahan Fisis. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. https://jurnal.uai.ac.id/index.php/SST/article/view/158 diakses pada 24 Juli 2021

Rorong, J., Aritonang, H., dan Ranti, F. P. 2008. Sintesis Metil Ester dari Minyak Kelapa Hasil Pemanasan. Chemistry Progress. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/chemprog/article/view/20 Diakses pada 24 Juli 2021

Rusmalina, S. 2018. Penentuan Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Pada Nilai Asam Lemak Bebas. Jurnal PENA. https://jurnal.unikal.ac.id/index.php/pena/article/view/969/0 Diakses pada 24 Juli 2021.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.