Studi: Aspartam Mengganggu Sistem Reproduksi

Aspartam mengganggu sistem reproduksi? Kesimpulan ini muncul dari beberapa studi. Padahal menurut aspartam menjadi salah satu pemanis buatan yang paling umum digunakan pada produk minuman kemasan dari berbagai merek internasional (Halldorsson dkk, 2010). 

200 Kali Lebih Manis daripada Gula 

Tahukah Sahabat Sehat, jika aspartam memiliki rasa manis 200 kali lipat dibandingkan gula? Aspartam merupakan pemanis buatan yang rendah kalori, tapi rasanya bisa 200 kali lebih manis daripada gula.

pemanis aspartam gula
Foto: Freepik.com

Namun, dibalik keunggulannya yang semula dianggap tepat sebagai pengganti gula, terdapat beberapa studi yang mengkaji seputar dampak negatif konsumsi aspartam. Konsumsi apartam dalam jumlah berlebihan dapat menimbulkan risiko gangguan kesehatan lain, seperti risiko kanker, diabetes, dan risiko bahaya untuk penderita kejang atau fenilketonuria.

Studi: Aspartam Mengganggu Sistem Reproduksi

Selain masalah kesehatan yang disebutkan di atas, konsumsi aspartam melebihi jumlah yang dianjurkan juga dapat mengganggu kesehatan sistem reproduksi. Berdasarkan hasil penelitian Ali dkk (2024) yang dimuat dalam Ain Shams Journal of Forensic Medicine and Clinical Toxicology, penelitian menggunakan hewan coba menunjukkan konsumsi aspartam sebanyak 50 dan 100 mg/kg berat badan per hari berdampak pada kerusakan jaringan ovarium.

Hasil penelitian dalam International Journal of Molecular Science pada percobaan hewan, sel, dan klinis menunjukkan konsumsi aspartam meningkatkan risiko infertilitas 1,79 kali lebih besar dan mengganggu pematangan sel telur oosit. Efek jangka panjangnya dapat mengakibatkan gangguan aktivitas antioksidan dan stress oksidatif pada ovarium.  

Penelitian lain pada hewan coba dalam Reproductive Biology and Endocrinology, pemberian aspartam 30 dan 60 hari berdampak negatif pada fungsi ovarium dan mekanisme hormon. Ada penurunan gonadotropin yang berisiko pada infertilitas. 

Salah satu penelitian yang dimuat dalam Reproductive Biomedicine Online menunjukkan pemanis buatan termasuk aspartam banyak pada soda. Konsumsi soda lebih dari 3 porsi berhubungan dengan kelainan oosit. Konsumsi kopi dan kualitas embrio juga menunjukkan hubungan negatif, artinya semakin banyak konsumsi kopi maka semakin rendah kualitas embrio, begitupun sebaliknya. Lalu, berapa banyak jumlah aspartam yang bisa dikonsumsi per harinya?

aspartam
Foto: Freepik.com

Acceptable Daily Intake Aspartam 

Acceptable Daily Intake (ADI) merupakan batasan yang bisa kamu konsumsi setiap hari tanpa menyebabkan efek negatif atau merugikan untuk kesehatan. Acceptable Daily Intake untuk aspartam ditetapkan oleh Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JEFCA) dan European Commission’s Scientific Committee on Food

Batasan konsumsi aspartam per hari adalah 40 mg/kg berat badan. Namun, FDA memiliki batasan yang berbeda, yaitu 50 mg/kg berat badan per hari. Indonesia sendiri sesuai Per BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan juga mengatur ADI aspartam adalah maksimal 40 mg/kg per hari. Jadi, jika berat badan kamu 60 kg, maka batas maksimal aspartam yang bisa kamu konsumsi dalam sehari adalah 2400 mg. 

Aspartam Aman Selama Sesuai ADI

Terlepas dari berbagai hasil studi yang menunjukkan gangguan sistem reproduksi akibat aspartam, regulasi Indonesia mengacu pada CODEX sebagai organisasi standar pangan internasional yang menyatakan aspartam aman, tapi tetap harus sesuai batasan maksimumnya. 

Selain itu, belum banyak penelitian yang menganalisis kandungan aspartam pada berbagai pangan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, Sahabat Sehat perlu bijak dalam memilih dan mengonsumsi makanan minuman yang manis.

Referensi

Halldorsson, T. I., M. Strøm, S. B. Petersen, S. F. Olsen. 2010. Intake of artificially sweetened soft drinks and risk of preterm delivery: a prospective cohort study in 59,334 Danish pregnant women123. The American Journal of Clinical Nutrition. 92(3), 626-633. https://doi.org/10.3945/ajcn.2009.28968

Chen, Y. C., Yeh, Y. C., Lin, Y. F., Au, H. K., Hsia, S. M., Chen, Y. H., & Hsieh, R. H. (2022). Aspartame consumption, mitochondrial disorder-induced impaired ovarian function, and infertility risk. International journal of molecular sciences, 23(21), 12740. https://www.mdpi.com/1422-0067/23/21/12740. Diakses 11 Juli 2024

Ali, W. A. G., Mohamed, M. A., Ali Salama, E. H., Ahmed, N. A. E. S., & Said, A. M. (2024). Long Term Toxicity of Aspartame on Ovaries and Blood Components of Adult Female Albino Rats. Ain Shams Journal of Forensic Medicine and Clinical Toxicology, 42(1), 87-93. https://ajfm.journals.ekb.eg/article_336399.html. Diakses 11 Juli 2024

Setti, A. S., Braga, D. P. D. A. F., Halpern, G., Rita de Cássia, S. F., Iaconelli Jr, A., & Borges Jr, E. (2018). Is there an association between artificial sweetener consumption and assisted reproduction outcomes?. Reproductive biomedicine online, 36(2), 145-153. https://fertility.com.br/wp-content/uploads/2018/12/18-rev-02-2.pdf. Diakses 11 Juli 2024

Naik, A. Q., Zafar, T., & Shrivastava, V. K. (2023). The impact of non-caloric artificial sweetener aspartame on female reproductive system in mice model. Reproductive Biology and Endocrinology, 21(1), 73. https://rbej.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12958-023-01115-4. Diakses 11 Juli 2024.

Shaher, S. A. A., Mihailescu, D. F., & Amuzescu, B. (2023). Aspartame safety as a food sweetener and related health hazards. Nutrients15(16), 3627. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10459792/. Diakses 11 Juli 2024.

Badan POM. 2023. Penjelasan BPOM RI Nomor HM.01.1.2.07.23.24 Tanggal 25 Juli 2023 Tentang Keamanan Pemanis Buatan Aspartam. https://www.pom.go.id/penjelasan-publik/PENJELASAN-BPOM-RI-NOMOR-HM.01.1.2.07.23.24-TANGGAL-25-JULI-2023-TENTANG-KEAMANAN-PEMANIS-BUATAN-ASPARTAM.  Diakses 11 Juli 2024.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Bahan Tambahan Pangan. https://standarpangan.pom.go.id/dokumen/peraturan/2019/PerBPOM_No_11_Tahun_2019_tentang_BTP.pdf. Diakses 11 Juli 2024.

Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.