Penting loh mengetahui perbedaan stunting dan wasting! Masalah gizi pada anak-anak yang sering terdengar adalah stunting. Jika kamu cek pada tren pencarian Google, grafik stunting meningkat daripada wasting. Padahal, ada masalah gizi lain yang juga perlu kamu pahami, yaitu wasting.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Indonesia menurun 2,8% dari tahun 2021 24,4% menjadi 21,6%. Namun, ada peningkatan pada anak wasting, sebelumnya tahun 2021 7,1% naik menjadi 7,7% pada tahun 2022.

Perbedaan Stunting dan Wasting
Stunting merupakan masalah gizi yang menunjukan tinggi badan rendah menurut usia anak, atau mudahnya dikenali dengan kondisi anak pendek daripada anak seusianya. Masalah gizi kronis ini terjadi akibat kekurangan gizi atau infeksi yang berkepanjangan.
Sementara itu, wasting atau juga disebut gizi kurang ataupun gizi buruk adalah masalah gizi yang menunjukkan berat badan menurut tinggi badan rendah. Mudahnya, anak akan tampak kurus atau sangat kurus. Penyebabnya juga bisa karena infeksi dan kekurangan gizi.
Mengetahui stunting dan wasting bukan secara tampilan anak, tapi perlu diketahui umur, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan, kemudian dihitung berdasarkan nilai Z-score. Dianggap stunting ataupun wasting jika nilai Z-score kurang dari -2, bahkan jika kurang dari -3 sudah termasuk severely stunted atau sangat pendek dan severely wasted atau gizi buruk.

Faktor Risiko Kejadian Stunting dan Wasting
Studi dari analisis 24 artikel ilmiah dalam Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini menunjukan kejadian stunting berhubungan dengan riwayat anak lahir dengan berat badan rendah atau <2500 g, prematur, panjang badan ketika lahir <48 cm, ISPA, diare, dan imunisasi tidak lengkap.
Hasil studi dari analisis 15 artikel ilmiah dalam Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat juga memaparkan faktor risiko yang sama, dengan tambahan faktor pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu dalam mengasuh anak, sumber air minum yang tercemar, paparan rokok, tidak ASI eksklusif, memberikan MP-ASI sebelum waktunya, serta kuantitas dan kualitas makanan anak.
Selain itu, berdasarkan studi Menalu, et al (2021) dalam Sembiring, A. C. (2024) Jurnal Kesehatan Holistic, anak yang lahir dari ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan sama sekali atau tindak lanjut ANC berisiko 2,5 dan 3 kali mengalami wasting dan underweight.
Wasting dan Stunting Saling Terkait
Anak tinggi dan tidak mengalami stunting, tapi anak wasting atau kurus, apakah aman? Faktanya stunting dan wasting saling terkait. Menurut, Dr. Siti Helmyati, DCN., M.Kes, anak stunting berisiko 1,5 kali lebih besar mengalami wasting dan anak wasting berisiko 3 kali lebih besar mengalami stunting. Jadi, anak sebaiknya tidak mengalami stunting maupun wasting.
Memang ada perbedaan stunting dan wasting secara definisi dan indikator, tapi yang pasti adalah keduanya sama-sama merugikan untuk anak. Bahkan, menurut UNICEF Indonesia, wasting memiliki risiko kematian tertinggi diantara masalah gizi anak lainnya, khususnya gizi buruk.