Stunting: Masalah 1 dari 3 Anak di Indonesia

Apa itu Stunting

Pasti banyak diantara Teman Sehat yang belum tau tentang stunting kan? Secara sederhana, stunting merupakan anak dengan tinggi badan yang lebih pendek dibanding anak normal seusianya.

Stunting terjadi akibat kekurangan gizi dalam waktu lama (kronis) pada saat anak masih di dalam kandungan hingga usia 2 tahun pertama kehidupan seorang anak.

Baca juga : Kenali 1000 HPK untuk Wujudkan Generasi yang Berkualitas

Masalah Stunting di Indonesia

Riskesdas 2013 meyebutkan bahwa 35,6% balita di Indonesia mengalami masalah stunting, artinya 1 dari 3 anak di Indonesia mengalami stunting. Paling nggak, ada 8,9 juta Balita yang menderita stunting di Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia tersebut membuat Indonesia dalam hal masalah kesehatan, sejajar dengan Kongo, Tanzania, Bangladesh dan Nigeria. Prevalensi stunting di Indonesia juga lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%).

Cara Mengukur Apakah Stunting atau Normal

Untuk mengukur apakah anak stunting atau normal, dapat menggunakan tinggi badan hasil pengukuran dengan umur anak berdasarkan tabel Z-Score Antropometri dari Kementerian Kesehatan yang bisa diunduh di sini. Alternatif cara yang lebih praktis dan mudah adalah menggunakan Cakram Ukur Tinggi Badan yang bisa didapatkan di sini.

Dampak Stunting

Stunting yang disebabkan kurangnya asupan gizi menyebabkan anak mudah sakit karena memiliki imunitas yang rendah. Bukan hanya rentan penyakit infeksi menular, penyakit tidak menular seperti diabetes, jantung koroner, stroke mudah diderita saat anak tersebut sudah berusia dewasa-lansia.

Anak yang stunting juga memiliki postur tubuh nggak maksimal saat dewasa. Tentu, anak dengan stunting secara psikilogis merasa minder dari teman-teman seusianya. Hal ini pada akhirnya akan menimbulkan hambatan untuk bersosialisasi.

Perkembangan kemampuan kognitif penderita stunting juga lebih lambat dibanding anak normal sehingga akses terhadap pendidikan akan terhambat pula. Pada akhirnya, anak stunting mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia.

Menangani Stunting

Stunting emang bahaya banget, tapi sebenernya bisa dicegah kok. Pencegahan stunting harus berlangsung sejak pasangan pengantin menikah, bahkan beberapa hal sebelum itu. Paling nggak pencegahan stunting sudah dilakukan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting.

1. Penuhi kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. 

Kekurangan zat gizi mikro terutama Zat Besi (Fe) dan Asam Folat sangat mudah dijumpai di Ibu Hamil dan sangat berisiko menyebabkan anak stunting.

Baca Juga : Seberapa Bahayanya Anemia pada Ibu Hamil?

2. Anak juga wajib mendapatkan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan.

Setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.

Baca Juga : ASI, yang Terbaik dari Ibu untuk Bayi

3. Pantau pertumbuhan dan perkembangan anak.

Upaya tersebut yang sangat penting untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan. Untuk melakukan pemantauan berat badan dan tinggi badan bisa dengan menggunakan Cakram Gizi.

4. Penuhi kebutuhan air bersih dan fasilitas sanitasi.

Air bersih dan sanitasi yang baik akan meminimalisir anak untuk menyandang penyakit yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan lainnya seperti diare, muntaber, DBD dan penyakit infeksi lainnya.

Sekian Teman Sehat artikel tentang stunting yang merupakan masalah 1 dari 3 anak di Indonesia. Harapannya artikel ini bisa membuka banyak mata calon Ayah dan Ibu di Indonesia, sehingga mengurangi kemungkinan anak dengan stunting di Indonesia.

Sayang banget kalau generasi penerus bangsa nggak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal karena stunting. Masa depan negeri ini ada di pundak-pundak mereka. Kamu punya insight tentang stunting, Teman Sehat? Sampaikan di kolom komentar ya!

Related Posts

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.