Benarkah Diabetes Dapat Berujung Amputasi?

Diabetes Melitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global maupun lokal. Penyakit ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun khususnya di negara berkembang. Tahukah kamu bahwa dampak negatif yang ditimbulkannya DM cukup besar dan sangat mengerikan? Salah satunya, bisa berujung pada amputasi.

Pasien yang mengalami diabetes dalam jangka waktu lama dapat mengalami kerusakan jaringan, organ, disfungsi mata, ginjal, sistem saraf, dan pembuluh darah. Namun, dalam kondisi apakah pasien diabetes harus diamputasi?

Foto: Freepik

Kerusakan saraf (Neuropati diabetik)

Diabetes dapat merusak sensor saraf karena kurangnya aliran darah yang mengalir salah satunya di bagian kaki sehingga, kurangnya peredaran darah ini lah yang akan menyebabkan luka susah sembuh dan seringnya pasien tidak akan menyadari bahwa dirinya terluka. Jika terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan luka mengalami infeksi dan kematian jaringan. Hal ini dapat berujung pada amputasi. 

Penyempitan saraf (Arteri perifer)

Pasien yang mengalami diabetes dapat mengalami kondisi tidak dapat merasakan sakit jika terluka. Hal ini dikarenakan menyempitnya pembuluh darah, sehingga mengurangi aliran darah ke bagian tubuh yang terluka, seperti kaki. Oleh karena itu, saat pasien yang mengalami diabetes terkena luka kecil maupun luka besar mereka tidak akan menyadarinya. Lama-kelamaan luka tersebut akan mengalami infeksi dan amputasi menjadi salah satu tidakan yang perlu dilakukan bila infeksi tersebut sudah dalam keadaan yang parah dan tidak dapat diobati. 

Luka diabetes seperti apa yang berisiko diamputasi?

Luka diabetik atau yang disebut juga ulkus diabetik merupakan luka yang terjadi pada penderita diabetes sebagai akibat dari adanya gangguan perfusi pada jaringan, gangguan persarafan peripheral, dan proses inflamasi yang memanjang, serta infeksi kuman yang berlebih sehingga menyebabkan kematian jaringan yang luas. Yuk catat, luka seperti apa yang bersiko untuk di amputasi!

Foto: Freepik

Beberapa jenis luka yang berisiko besar dapat berakhir diamputasi apabila tidak ditangani dengan benar, yaitu luka yang melepuh, luka terbuka atau berdarah yang tak kunjung mengering, luka yang mengalami pembengkakan, dan kemerahan. Kehangatan di satu area dan kulit yang berubah warna juga dapat berisiko infeksi dan berakhir diamputasi. Selain itu, kuku yang mengalami cantengan, timbul kutil dalam jumlah yang cukup banyak pada telapak kaki, dan timbul benjolan berwarna daging dengan bintik hitam di area yang terluka juga memiliki risiko untuk diamputasi. 

Perawatan luka pada pasien diabetes

Perawatan luka yang tepat adalah dengan tiga cara yaitu, memperhatikan kebersihan luka, tindakan pembuangan jaringan nekrotik, dan cara pemilihan jenis dressing (perban/plester) yang sesuai dengan kondisi luka pasien. Luka yang terlalu lembab atau basah akan menimbulkan maserasi pada tepi luka. Sedangkan, luka tidak lembab atau kering dapat menyebabkan kassa lengket sehingga mudah terjadi trauma ulang yang menyebabkan bertambahnya masa perawatan.

Salah satu metode perawatan yang paling baik untuk digunakan, yaitu dengan moderen dressing yang berupa hydrogel dan foam dressing. Hydrogel merupakan bahan yang mengandung air dan mampu menurunkan suhu pada luka sehingga luka tetap terhidrasi dengan baik, tercipta suasana lembab, dan sebagai debridemen alami melalui proses autolitik. Foam dressing adalah bahan yang mampu menyerap eksudat dari sedikit hingga banyak. Mampu menciptakan suasana lembab, dapat melindungi jaringan yang luka, tonjolan tulang, dan granulasi jaringan. Kedua dressing tersebut mampu digunakan bersamaan dengan antibiotik ataupun obat topical.

Cegah diabetes dengan selalu menerapkan pola hidup sehat dan selalu menjaga kadar gula darah dalam tubuh tetap dalam keadaan normal. Jika kamu mengalami luka diabetes yang tak kunjung sembuh, segera periksakan diri ke dokter! 

Ditulis Oleh:

Andi Nur Damaiyanti
Lulusan S1 Ilmu Gizi Universitas Tadulako. Penulis berasal dari Palu, Sulawesi Tengan. Penulis saat ini sedang melanjutkan Pendidikan Profesi Dietisien di IPB University, Kabupaten Bogor.

Referensi

Hardianto, D. (2021). TELAAH KOMPREHENSIF DIABETES MELITUS: KLASIFIKASI, GEJALA, DIAGNOSIS, PENCEGAHAN, DAN PENGOBATAN. Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI), 7(2), 304–317. https://doi.org/10.29122/jbbi.v7i2.4209

Mardastuti, Y., Asmedi, A., Gofi, A., Margono Soekarjo, R., Neurologi, B., & Kedokteran UGM, F. (n.d.). Diabetic Neuropathy Symptom-versi Indonesia dan.

Primadani, A. F., & Safitri, D. N. P. (2021). Proses Penyembuhan Luka Kaki Diabetik Dengan Perawatan Luka Metode Moist Wound Healing. Ners Muda, 2(1), 9. https://doi.org/10.26714/nm.v2i1.6255

Rachmantoko, R., Afif, Z., Rahmawati, D., Rakhmatiar, R., & Nandar Kurniawan, S. (2021). DIABETIC NEUROPATHIC PAIN. JPHV (Journal of Pain, Vertigo and Headache), 2(1), 8–12. https://doi.org/10.21776/ub.jphv.2021.002.01.3

Sholikah, T. A., Febrinasari, R. P., & Pakha, D. N. (2021a). Edukasi Penyakit Diabetes Melitus dan Cara Pemeriksaan Glukosa Darah Secara Mandiri. In SSEJ (Vol. 1, Issue 2). https://youtu.be/EuMhW2upLCA

Sholikah, T. A., Febrinasari, R. P., & Pakha, D. N. (2021b). Edukasi Penyakit Diabetes Melitus dan Cara Pemeriksaan Glukosa Darah Secara Mandiri. In SSEJ (Vol. 1, Issue 2). https://youtu.be/EuMhW2upLCA

Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.