Tahukah Sahabat Sehat, salah satu hasil publikasi dalam jurnal The Lancet mengungkapkan bahwa, secara global 5-10% perempuan usia subur (14-49 tahun) mengalami endometriosis. Apakah kamu sudah tahu apa itu endometriosis? Guna mendukung event World Women’s Day, yuk mengenal pengertian, penyebab, pengobatan, dan gejala endometriosis lebih dalam.
Pengertian dan Penyebab Endometriosis
Pengertian endometriosis menurut kamus Kemenkes adalah kondisi sel atau jaringan aktif pada rahim yang juga tumbuh diluar rahim. Bisa ada di tuba fallopi, ovarium, kelenjar getah bening pelvis, dan lain-lain. Kadang bisa juga di vagina dan saluran cerna atau gastrointestinal tract.
Hingga kini, belum pasti apa penyebab endometriosis. Namun, menurut Asghari, S. (2018) dalam Bhelqis Q. (2022) dan Chantalat E (2022) dalam International Journal of Molecular Science, ada beberapa risiko penyebab terjadinya endometriosis, berikut ini di antaranya.
Faktor risiko pertama adalah adanya riwayat anggota keluarga endometriosis dari first degree relative, seperti ibu kandung, saudara kandung atau saudara kembar. Kedua, seseorang yang mengalami menstruasi pertama di bawah usia 11 tahun atau dengan siklus menstruasi kurang dari 28 dan lebih dari 6 hari dalam satu siklus juga lebih berisiko mengalaminya. Faktor ketiga yakni karena produksi hormon estrogen yang tinggi.
Gejala Endometriosis
Endometriosis bisa menyebabkan beberapa gejala, seperti nyeri ketika menstruasi. Nyeri menstruasi sebenarnya normal, namun seseorang dengan endometriosis bisa mengalami nyeri yang sangat hebat. Gejala lainnya, yaitu volume darah menstruasi sangat banyak; dispareunia atau nyeri saat bersenggama; dyschezia atau sulit buang air besar disertai nyeri, motilitas usus yang nyeri, bahkan bisa perdarahan rektum; disuria atau nyeri saat buang air kecil; hematuria atau buang air kecil disertai darah; nyeri panggul; infertil atau sulit hamil; mual atau muntah ketika menstruasi; serta kelelahan dan depresi.
Faktanya sebagian penderita endometriosis bisa menunjukkan gejala yang berbeda, bahkan menurut Parasar, P. dkk (2017) dan Lin Y-H (2018) dalam salah satu hasil publikasi dalam Jurnal Ilmu Mahasiswa Kedokteran Indonesia, penderita endometriosis bisa asimtomatis atau sudah positif endometriosis tetapi tidak bergejala.
Pengobatan Endometriosis
Dilansir dari Jurnal JIMKI, pengobatan endometriosis bisa berupa terapi obat-obatan, obat hormonal, tindakan bedah, atau kombinasi bedah dan obat. Kondisi tertentu, seperti belum menikah atau keinginan punya anak akan menjadi pertimbangan dalam pengobatan agar bisa hamil.
Apabila Sahabat Sehat merasa mengalami gejala endometriosis, segera periksa ke dokter obgyn untuk mendapat penanganan yang tepat, menghindari penyebaran, mencegah komplikasi atau kondisi kerusakan organ reproduksi yang lebih parah, dan pastinya mencegah bahaya peningkatan stadium endometriosis.
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP