Kondisi berat badan (BB) lebih atau bahkan obesitas sejak prahamil, dapat berisiko mengalami masalah tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, atau penyakit komplikasi kehamilan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan manajemen berat badan (sesuai rekomendasi Institute of Medicine atau IOM tahun 2009) dengan menerapkan pola makan yang sehat selama hamil.
Berapa kenaikan berat badan yang dianjurkan selama hamil?
Cara mengetahuinya yaitu dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT) ibu. IMT merupakan BB sebelum hamil (satuan kilogram atau kg) dibagi tinggi badan (satuan meter kuadrat). Perhitungan sesuai rumus sebagai berikut :
Rekomendasi IOM untuk kenaikan BB ibu pada kehamilan 1 janin, minimal 7–11,5 kg selama hamil (atau BB naik 420 gram per minggu sejak trimester II atau usia kehamilan 13 minggu ) jika IMT pra hamil tergolong BB lebih (25–29,9 kg/m2). Selanjutnya, jika IMT pra hamil tergolong obesitas (30 kg/m2 atau lebih), maka sebaiknya BB naik secara bertahap 5–9 kg selama hamil (atau BB naik 280 gram per minggu sejak trimester II atau usia kehamilan 13 minggu ). Pada kehamilan kembar, kenaikan BB dianjurkan 14–23 kg (jika BB lebih), dan 11–19 kg (jika obesitas sejak pra hamil).
Bagaimana mengatur pola makan saat hamil untuk jaga kenaikan BB sesuai anjuran?

Menurut Xue dan rekan dalam jurnal Nutrients (2024), saat kehamilan trimester-I, tidak ada anjuran meningkatkan asupan energi harian, ibu cukup mengonsumsi makanan dalam jumlah moderat. Kemudian saat trimester-II tambah 450 kalori sehari, trimester III tambah 350 kkal per hari. Namun, dengan catatan jika kenaikan BB ibu sudah tercapai sesuai rekomendasi di atas, maka batasi asupan kalori dengan mengurangi 30 hingga 33% dari pola makan harian.
Ibu dapat meningkatkan kualitas makan selama kehamilan setiap hari. Pertama, ibu dianjurkan untuk mengonsumsi makanan sumber karbohidrat kompleks dalam jumlah kecil hingga moderat. Kedua, tingkatkan asupan sumber protein, serta variasikan sumber protein hewani dan nabati secara seimbang. Kurangi asupan sumber lemak, sebab lemak menyumbang 9 kalori per gram dan dapat meningkatkan BB ibu selama hamil sehingga berisiko menyebabkan gangguan metabolisme gula dalam tubuh.
Demi menjaga kesehatan ibu dan mencegah gangguan pertumbuhan pada janin, maka asupan karbohidrat dianjurkan minimal 175 gram sehari (Trumbo dan rekan, 2002), dan tetap utamakan sumber karbohidrat kompleks (bisa berupa nasi, kentang, ubi, singkong, sayuran, buah dan sebagainya) serta batasi karbohidrat sederhana (gula pasir, kue manis dan sebagainya).

Menurut The Endocrine Society Clinical Practice, penting untuk memerhatikan asupan karbohidrat meski ibu hamil mengalami gangguan metabolisme gula darah. Dianjurkan, minimal asupan karbohidrat dalam kisaran 35 hingga 45% dari kebutuhan energi total. Apabila kurang dari rekomendasi, dikhawatirkan tubuh ibu dalam kondisi starvasi atau lapar. Kondisi ini ditandai oleh peningkatan kadar zat keton tubuh sebagai akibat dari perombakan cadangan energi tubuh untuk mengimbangi kadar gula darah yang rendah.
Di samping itu semua, perlu diperhatikan bahwa kebutuhan setiap individu berbeda, tergantung status gizi, kondisi kesehatan (apakah ada penyakit atau komorbid), usia, dan tingkat aktivitas fisik. Oleh karena itu, untuk menentukan diet yang tepat perlu perhitungan cermat seorang Dietisien dalam mengelola komposisi zat gizi sesuai kebutuhan harian ibu. Jadi, jangan ragu untuk melakukan konsultasi dengan Dietisien ya Sahabat Sehat.
Ditulis Oleh:
Wita Rizki Amelia, SKM, MGz
Dietisien-Nutrisionis di RSUP Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo
D3 Gizi Poltekkes Jakarta II
S1 Kesehatan Masyarakat UI
S2 Ilmu Gizi UNDIP
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP