Impaksi Gigi Bungsu, Mengapa Bisa Terjadi?

Sahabat Sehat, impaksi gigi bungsu merupakan istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi pertumbuhan wisdom teeth yang tidak normal. Kondisi ini menimbulkan rasa tidak nyaman pada rongga mulut bahkan menimbulkan sakit kepala. Tindakan operasi minor menjadi rekomendasi dokter gigi untuk mengatasi kondisi ini. Mari simak berbagai fakta tentang impaksi gigi bungsu dan cara menanganinya!

Apa itu wisdom teeth?

Wisdom teeth merupakan gigi geraham ke tiga yang tumbuh terakhir dibandingkan set gigi lainnya, biasanya terjadi di umur 20-an. Letaknya ada di ujung set gigi bagian belakang. Para pakar meyakini bahwa di era konsumsi manusia modern, fungsi wisdom teeth tidak lagi diperlukan sama halnya dengan usus buntu. Oleh karena itu, wajar jika sebagian orang tidak memiliki bagian gigi ini.

Foto: Pexels.com

Sebuah penelitian menunjukkan sebanyak 53% orang berumur 25 ke atas setidaknya memiliki satu buah wisdom teeth, sebagian besar dimiliki oleh laki-laki. Akan tetapi, sering kali tumbuhnya gigi ini menimbulkan masalah dan harus dilakukan tindakan operasi minor pencabutan.

Mengapa bisa terjadi impaksi?

Seiring perubahan zaman, manusia semakin berpostur tubuh kecil, sementara volume otak semakin membesar. Hal ini menyebabkan bagian rahang manusia mengecil sebagai dampak susunan kepala yang berubah akibat semakin besarnya otak manusia. Akibatnya, rahang tidak mampu menyediakan ruang bagi gigi terakhir yang tumbuh.

Impaksi merupakan kondisi gigi yang tidak tumbuh dengan baik sehingga mengganggu gusi atau gigi lainnya. Terdapat empat jenis impaksi gigi bungsu, yaitu impaksi mesial (gigi geraham tumbuh ke depan rahang); impaksi distal (gigi geraham tumbuh ke belakang rahang); impaksi vertikal (posisi gigi geraham tumbuh sesuai arah, namun tidak berhasil menembus gusi); dan impaksi horizontal (posisi gigi miring (horizontal) sempurna dan tidak berhasil menembus gusi, sehingga menimbulkan rasa sakit luar biasa).

Sering kali impaksi ini menimbulkan infeksi karena letaknya paling belakang dan posisinya tidak normal. Hal ini membuat makanan mudah terjebak dan susah untuk dibersihkan. Hasilnya, banyak bakteri tumbuh dan menyebabkan infeksi. Ciri terjadinya infeksi saat impaksi, di antaranya terasa nyeri atau sensitif, gusi lunak atau bengkak, gusi kemerahan atau berdarah, cairan putih muncul di sekitar gigi, bau nafas dan mulut, rahang nyeri, rahang bengkak atau kaku, dan kesulitan untuk bernafas, membuka mulut, menelan makanan, atau berbicara.

Gejala di atas akan muncul dan hilang, namun tidak berarti bisa diabaikan. Saat gejala mereda atau hilang, maka itu merupakan pertanda infeksi mereda. Pada saat ini  penderita impaksi justru disarankan melakukan operasi minor pencabutan gigi sesuai saran dokter gigi.

Free Close-up of a child undergoing a dental examination at a clinic. Stock Photo
Sumber: Pexels.com

Apa yang harus dilakukan?

Sebagain besar dokter gigi menyarankan pencabutan gigi sesuai dengan kondisi penderita impaksi. Saran ini untuk menghindari infeksi lebih lanjut dan kerusakan gigi di sekitarnya. Pasalnya, wisdom teeth yang tumbuh tidak normal dapat mengganggu posisi gigi normal di sampingnya. Operasi ini dikenal dengan sebutan odontektomi yang dilakukan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut.

Penyembuhan pasca operasi membutuhkan waktu lebih dari satu minggu. Biasanya, dokter menyarankan untuk menjaga luka jahitan tetap bersih dan terbebas dari infeksi. Caranya, yaitu dengan menghindari merokok, mencuci mulut menggunakan air garam, hindari makanan bertekstur keras, dan menghindari makanan berukuran kecil yang berisiko menyangkut di bagian operasi seperti biji-bijan.

Referensi

Healthline. 2022. Why Do We Have Wisdom Teeth: What Are They, Growing In, and More. healthline.com. Diakses 25 November 2024.

Cleveland Clinic. 2022. Impacted Wisdom Teeth: Symptoms, Signs, Removal & Recover. my.clevelandclinic.org. Diakses 25 November 2024.

Universita Kristen Indonesia. 2014. Odontektomi, Tatalaksana Gigi Bungsu Impaksi. E-Journal Widaya Kesehatan dan Lingkungan. Diakses 25 November 2024.

Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.