Mengenal Istilah Self Healing dan Penerapannya!

Hai Sahabat Sehat! Mungkin kamu yang remaja atau dewasa muda sudah nggak asing lagi sama istilah self healing. Usia remaja dan dewasa muda menjadi masa saat kamu seringkali menghadapi masalah seperti tuntutan untuk segera lulus, tuntutan kerja dan masalah yang berkaitan dengan asmara. Oleh karena itu kelompok remaja biasanya sering mengeluhkan kalau mereka mengalami stress. Banyak anak muda yang mengalami gagal dalam mengendalikan emosi karena ngga mampu membagi waktu antara urusan akademik, sosial dan kebutuhan untuk merelaksasi dirinya.

menerapkan self healing
Foto: Pexels.com

Hal ini bisa memunculkan emosi negatif yang pada akhirnya memicu penyimpangan perilaku yang buruk di kalangan remaja. Permasalahan pengendalian emosi ini menjadi masalah yang serius, diperlukan sebuah manajemen emosi untuk mengurangi tingkat stress sehingga dapat membenahi kinerja di aspek akademi dan membangun relasi positif di lingkup sosial.

Self healing menjadi salah satu metode yang biasa digunakan karena dianggap bisa membantu seseorang untuk mengendalikan emosi dan amarah. Self healing bermakna sebagai suatu proses penyembuhan yang dilakukan sendiri melalui proses keyakinannya sendiri dan didukung juga lingkungan eksternal. Ini biasanya berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan sendiri atau intrapersonal dalam memotivasi dirinya sendiri. Berikut bentuk penerapan self healing yang bisa kamu lakukan.

Tanamkan Pikiran Positif

Pikiran positif menjadi seakan mantra yang mampu mengarahkan kamu menuju ke hal-hal baik. Seseorang yang lagi stress atau kalut dihantui dengan pikiran negatif dan biasanya akan terjadi overthinking. Menanamkan pikiran positif bertujuan melawan pikiran negatif yang ada supaya ngga memperburuk keadaan. Berusaha untuk berada pada kondisi yang tenang, kemudian memikirkan segala bentuk pikiran positif. Mengambil hikmah dari semua hal.

Buat Jarak dengan Sesuatu yang Menganggu

Identifikasi apa saja yang sudah mengganggu pikiranmu? Teman atau pacar yang toxic? Bukan ide yang buruk, jika kamu memilih untuk membatasi lingkungan yang toxic sekalipun itu teman dekat atau pacarmu. Menciptakan jarak pada hal-hal yang menganggu pikiran, dapat membantu usaha dalam self healing. Sayangi dirimu karena kamulah yang paling mengerti siapa kamu.

menerapkan self healing
Foto: Unsplash.com

Berdamai dengan Orang Lain

Terkadang kamu menaruh dendam yang sangat dalam terhadap seseorang. Penyakit hati inilah yang bisa memenuhi pikiran. Berharap dia segera meminta maaf adalah hal yang kurang tepat. Hal ini akan memperlambat proses self healing. Luaskan hatimu dan jadilah seseorang yang pemaaf walaupun dia belum meminta maaf. Memaafkan seseorang bisa menjadikan diri menjadi lebih tenang.

Cari Bantuan Profesional

Terkadang kamu ngga bisa menyelesaikan semuanya sendiri, jadi ngga ada salahnya untuk melakukan konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Seorang professional tentu lebih paham dan bisa membantu kamu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Semakin cepat berkonsultaasi dengan profesional, semakin cepat juga mendapat solusi atau penanganan menghadapi masalah tersebut sehingga kamu akan segera merasa membaik.

Nah, Sahabat Sehat sekarang sudah mengenali apa itu self healing dan beberapa bentuk penerapannya. Sebelum mengenali orang lain, yuk kenali diri sendiri. Jangan sampai terlalu sibuk mengenali orang lain hingga lupa mengenali diri sendiri.

Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP

Referensi
Chan, E. S., Koh, D., Teo, Y. C., Hj Tamin, R., Lim, A., & Fredericks, S. (2013). Biochemical and psychometric evaluation of Self-Healing Qigong as a stress reduction tool among first year nursing and midwifery students. Complementary Therapies in Clinical Practice, 19(4), 179–183.
Crane, P. J., & Ward, S. F. (2016). Self-healing and self-care for nurses. AORN Journal, 104(5), 386–400. https://doi.org/10.1016/j.aorn.2016.09.007
Eltink, E. M. A., Ten Hoeve, J., De Jongh, T., Van der Helm, G. H. P., Wissink, I. B., & Stams, G. J. J. M. (2018). Stability and change of adolescents’ aggressive behavior in residential youth care. Child & Youth Care Forum: Journal of Research and Practice in Children’s Services, 47(2), 199–217.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.