Toxic Positivity pada Pemuda, Apa Penyebabnya?

Teman Sehat, selama #dirumahaja, terkadang membuat kamu jenuh hingga merasa burn out. Membuka media sosial sebagai hiburan, malah terkadang menambah ‘beban’ pikiran. Melihat aktivitas lainnya yang dilakukan seseorang yang seumuran dengan mu, terkadang membuat kamu secara ngga sadar merasakan toxic positivity. Kira-kira berbayakah bagi mental pemuda? Yuk, simak ulasannya di sini!

Kenali emosi positif dan negatif

Emosi positif dianggap sebagai emosi yang dibutuhkan. Emosi ini mampu memberikan perasaan nyaman dan bahagia sehingga sering diinginkan. Sebaliknya, emosi negatif adalah keadaan yang dirasakan kurang menyenangkan. Contohnya adalah perasaan sedih, cemas, dan kecewa. Hal ini menyebabkan emosi negatif sering ngga diinginkan.

Akibatnya, banyak yang menyangkal keberadaan emosi negatif dengan memaksa memikirkan hal positif maupun dengan memaksa tubuh melakukan hal produktif berlebihan. Tapi ternyata, kebiasaan ini salah, loh! Pasalnya, emosi negatif bukan merupakan sesuatu yang harus dihindari dan kamu bisa merubahnya menjadi toxic positivity.

Toxic positivity

Jadi, toxic positivity merupakan kecenderungan seseorang yang fokus terhadap hal-hal positif. Contohnya yaitu emosi yang positif, kegiatan positif, dan berbagai aspek positif dalam kehidupan. Toxic positivity memaksa kamu menghiraukan perasaan dan emosi negatif yang sedang dialami.

Terdapat pula kepercayaan, ketika kamu menghiraukan perasaan negatif, maka kamu akan merasa lebih bahagia. Seringkali, hal ini menyebabkan emosi negatif ngga tervalidasi dan ngga mendapatkan penanganan yang tepat. Efek jangka panjangnya, yaitu sikap menyangkal perasaan, merasa bersalah jika memiliki emosi negatif, dan kecenderungan untuk diam saat menghadapi berbagai masalah.

Tips menghindarinya

  1. Beri ruang untuk emosi positif dan negatif. Saat ini, kamu harus mampu bersikap realistis. Apabila punya masalah, terimalah emosi yang dirasakan. Ingat, kamu ngga perlu bahagia setiap saat.
  2. Ambil waktu jeda. Berikan waktu untuk istirahat. Terlebih selama pandemi, banyak hal yang ngga berjalan sesuai rencanamu dan bisa menyebabkan stres. Saat kamu mulai merasa jenuh dengan kesibukanmu, segera ambil waktu untuk istirahat.
  3. Kurangi penggunaan media sosial. Merasa stres hingga depresi, bisa berawal dari penggunaan media sosial. Sayangnya, semua hal yang terdapat di media sosial cuma menampilkan satu sisi kehidupan. Jadi, jangan lupa memberi waktu jeda dalam menggunakannya, ya!

Nah, bagaimana Teman Sehat, apakah kamu pernah mengalami toxic positivity? Jangan lupa bahwa kesehatan mental juga ngga kalah penting, ya! Jadi, mulai sekarang, hindari toxic positivity, yuk! Sebarkan informasi ini, ke orang terdekatmu, ya!

Editor & Proofreader: Firda Shabrina, STP

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.