Antasida merupakan obat yang sering digunakan untuk mengatasi permasalahan lambung dan sangat mudah untuk didapatkan. Antasida yang banyak dipasaran adalah DOEN atau kombinasi antara alumunium dan magnesium hidroksida yang digabungkan untuk menghindari efek konstipasi atau diare.
Aksesnya yang mudah seringkali membuat antasida banyak digunakan secara mandiri tanpa adanya pengawasan dokter. Hal ini bisa menimbulkan risiko terjadinya masalah terkait obat (drug related problem), salah satunya terkait ketidak pahaman interaksi antara antasida dengan obat atau zat gizi lainnya yang bisa mempengaruhi kerja obat tersebut, bahkan bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Nah, Shabat Sehat, yuk kenali interaksi antasida dengan senyawa lainnya berikut ini!

Antasida dan Ranitidin
Antasida seringkali dikombinasikan dengan ranitidin untuk mengatasi gangguan pencernaan, namun pemberiannya tentu ngga bisa dilakukan secara sembarangan. Antasida dapat menurunkan konsentrasi ranitidin atau AH2 dalam plasma, karena kandungan alumunium, magnesium, dan kalsium pada antasida dapat menetralkan asam lambung sehingga AH2 menurun. Hal lain juga menujukkan bahwa alumunium fosfat bisa menurunkan konsentrasi ranitidin sampai 56%. Salah satu cara menghindari interaksi kedua obat ini yaitu dengan mengonsumsinya secara terpisah dan memberikan jeda 2 jam.
Antasida dan Ibuprofen (NSAID)
Ibuprofen yang digunakan sebagai analgetik atau meredakan nyeri dapat terganggu efeknya saat dikonsumsi secara bersamaan dengan antasida. Kandungan magnesium pada antasida dapat berperan dalam menurunkan bioavailabilitas ibuprofen, sehingga disarankan untuk memberikan jeda makan antara konsumsi antasida dengan ibuprofen atau dikonsumsi pada waktu yang berbeda.
Antasida dan Deksametason
Deksametason merupakan obat yang biasa digunakan untuk mengatasi penyakit yang berkaitan dengan alergi dan peradangan. Ternyata, penyerapan deksametason akan menurun jika dikonsumsi bersamaan dengan antasida yang mengandung magnesium trisiklat. Berdasarkan riset klinis pemberian deksametason pada 6 orang sehat bersamaan dengan magnesium trisiklat dosis 5 g dapat menurnkan bioavailabilitas 1 mg deksametson. Cara untuk mengurangi efek interaksi ini yaitu memberikan jeda konsumsi antasida dengan deksametason yaitu 2-3 jam.
Antasida dan Zat Besi (Fe)
Antasida yang juga mengandung kalsium jika dikonsumsi bersamaan dengan Fe secara oral bisa mempengaruhi penyerapan dari Fe yang menyebabkan penurunan kadar zat besi yang ada di dalam darah dan saluran cerna. Hidari konsumsi antasida bersamaan dengan Fe dengan memilih waktu yang jauh berbeda.

Antasia dan Vitamin C
Asam askorbat atau vitamin C saat bertemu dengan alumunium dalam antasida akan meningkatkan jumlah alumunium dalam hati, darah, otak, dan tulang. Uji klinis juga menujukkan 13 orang yang diberikan alumunium hidroksida 900 mg 3 kali sehari dan vitamin C 2 g/hari terbukti meningkatkan kadar ekskresi alumunium dan hal ini sangat berbahaya untuk orang yang mengalami gangguan ginjal, serta berpotensi menyebabkan ensefalopati atau kelainan fungsi dan struktur otak. Pemberian atasida yang mengandung alumunium bersamaan dengan vitamin C secara bersamaan sangat dihindari bagi orang dengan gangguan fungsi ginjal.
Meskipun antasida merupakan obat yang bisa dibeli dengan mudah, bukan berarti penggunaannya dapat kamu lakukan sesuka hati. Perhatikan indikasi dan cara konsumsinya yang tepat untuk mencegah efek samping yang berbaya. Perhatikan pula terkait interaksinya dengan senyawa lain untuk mencegah dan memaksimalkan efek obat yang kamu konsumsi. Semoga informasi ini bermanfaat, Sahabat Sehat!
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP