Ini Fakta Bekatul yang Perlu Kamu Tahu

Teman Sehat, tahu ngga sih? Bekatul yang biasa dipakai untuk bahan pakan unggas ternyata memiliki kandungan gizi yang baik bagi kesehatan. Kebanyakan orang belum tahu tentang fakta ini, sehingga bekatul belum dimanfaatkan dengan maksimal, deh. Yuk, simak fakta bekatul di bawah ini supaya kamu lebih tahu! Check it out!

Bekatul dan kandungannya

fakta dan manfaat bekatul
Foto: Pixabay.com

Menurut FAO (2016), Indonesia sebagai konsumen beras terbesar setelah China dan India memiliki ketersediaan bekatul yang melimpah. Karena, dari penggilingan padi hanya menghasilkan 70% beras, nah sisanya ini berupa sekam (20%) dan bekatul (10%).

Dalam 100 g bekatul terkandung 16.5 g protein, 21.3 g lemak, 49.4 g karbohidrat kompleks, dan berbagai vitamin dan mineral yang bahkan lebih banyak dari pada beras loh! Di dalamnya juga terkandung beberapa asam amino esensial seperti, triptofan, histidin, sistein, dan arginin.

Berbeda dengan dedak

fakta dan manfaat bekatul
Foto: Unsplash.com

Eitss, jangan dikira bekatul sama dengan dedak makanan unggas, ya! Walaupun sama-sama berasal dari limbah penggilingan padi, dedak dan bekatul itu berbeda. Dedak padi terdiri dari lapisan luar butir padi, sedangkan bekatul merupakan lapisan dalam dari butir padi yang terdapat sebagain kecil endosperm berpati.

Tekstur antara dedak dan bekatul juga beda, nih. Bekatul lebih halus, sedangkan dedak cenderung lebih kasar karena belum dipisahkan dari kulit padinya. Nah, sekarang udah tahu kan bedanya?

Menjadi sumber lemak tak jenuh

Sebagai produk samping penggilingan padi, bekatul ternyata mengandung minyak sekitar 10-23%. Minyak ini terdiri dari 20% asam lemak jenuh dan 80% asam lemak tak jenuh. Nah, hal ini bisa memberi efek hipokolesterolemik yang menurunkan kolestrol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL).

Selain itu, minyak bekatul baik untuk kesehatan kulit loh! Senyawa tokotrienol ternyata bisa membuat tekstur kulit menjadi lebih lembut dan melindungi kulit kamu dari sinar UV. So, mungkin kamu bisa mencoba minyak bekatul sebagai produk perawatan kulit.

Antioksidan lebih tinggi dari tomat

Meskipun memiliki aktivitas yang tinggi, antioksidan pada bekatul masih sering terabaikan. Padahal menurut penelitian yang dipublikasikan di Journal of Nutrition and Food, aktivitas antioksidan total 100 g bekatul bisa mengurangi radikal bebas sebesar 28.74 kali kemampuan vitamin C, loh!

Senyawa antioksidan bekatul bisa dikelompokkan menjadi 8, yaitu fenolik, flavonoid, antosianin, proantosianin, tokoferol, tokotrienol, orizanol, dan asam fitat. Senyawa antioksidan yang paling banyak terdapat pada bekatul berupa orizanol yaitu campuran ester asam ferulat dan fitosterol.

Kandungan serat yang tinggi

Kandungan serat pangan tak larut yang dimiliki bekatul sangat baik untuk kesehatan pencernaan. Ngga hanya itu, serat pangan larut yang terkandung cocok untuk diet obesitas. Serat ini bermanfaat untuk menurunkan kolesterol dan memperbaiki profil lipid. Jenis serat pangan yang ada dalam bekatul antara lain, selulosa, hemiselulosa, pektin, arabinosilan, lignin, dan betaglukan.

So, Teman Sehat sudah tahu dong, kehebatan bekatul. Meskipun jadi produk sampingan, kandungan gizinya ngga kalah dari produk utamanya yaitu beras. Ibarat mutiara yang tertutup pengotor, bekatul masih kurang eksis, nih! Sayang banget kan, kalo hanya dijadikan makanan ternak. Semoga kedepannya bekatul bisa lebih dimanfaatkan, ya!

Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti STP

Referensi

Tuarita, M. Z., N. F. Sadeka, Sukarno, N. D. Yuliana, dan Slamet Budijanto. 2017. Pengembangan Bekatul sebagai Pangan Fungsional: Peluang, Hambatan, dan Tantangan.
https://www.researchgate.net/profile/Slamet_Budijanto/publication/320842744_Pengembangan_Bekatul_sebagai_Pangan_Fungsional_Peluang_Hambatan_dan_Tantangan/links/59fd8f42458515d07068ea3a/Pengembangan-Bekatul-sebagai-Pangan-Fungsional-Peluang-Hambatan-dan-Tantangan.pdf
Diakses pada 5 Februari 2021

Pakan Ternak (Fakultas Peternakan UGM). 2018. 4 Perbedaan Dedak Padi dan Bekatul
pakanternak.fapet.ugm.ac.id/2018/03/13/4-perbedaan-dedak-padi-dan-bekatul/
Diakses pada 5 Februari 2021

Sukma, L. N., Zackiyah, G. Gumilar. 2010. Pengkayaan Asam Lemak Tak Jenuh Pada Bekatul Dengan Cara Fermentasi Padat Menggunakan Aspergillus Terreus.
http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/JURNAL_SAINS_DAN_TEKNOLOGI_KIMIA/Jurnal_Sains_dan_Teknologi_Kimia_Jilid_1_No._1/PENGKAYAAN_ASAM_LEMAK_TAK_JENUH_PADA_BEKATUL_DENGAN_CARA_FERMENTASI_PADAT_MENGGUNAKAN_Aspergillus_terreus.pdf
Diakses pada 5 Februari 2021

Damayanthi, E., Kustiyah, L., Khalid, M., & Farizal, H. (2010). Aktivitas Antioksidan Bekatul Lebih Tinggi daripada Jus Tomat Dan Penurunan Aktivitas Antioksidan Serum Setelah Intervensi Minuman Kaya Antioksidan. Jurnal Gizi Dan Pangan, 5(3), 205-210. https://doi.org/10.25182/jgp.2010.5.3.205-210
Diakses pada 5 Februari 2021

Made Astawan dan Andi Early Febrinda. 2010. Potensi Dedak dan Bekatul Beras sebagai Ingredient Pangan dan Produk Pangan Fungsional.
http://library.um.ac.id/majalah/new-majalah/detail.php/detail-52561.php
Diakses pada 5 Februari 2021

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.