Sudah terkenal bahwa lemak trans yang ada di gorengan dapat memicu berbagai penyakit. Akan tetapi, kamu sadar ngga bahwa lemak trans ini bukan hanya ada di gorengan, loh! Nah, oleh sebab itu, penting banget buat kamu untuk tahu apa saja makanan yang ngga kamu sadari itu. Yuk, simak penjelasannya.

Lemak Trans pada Makanan
Lemak trans pada makanan umumnya terbentuk melalui proses hidrogenasi parsial untuk membuat makanan terlihat lebih menarik, enak, dan memiliki masa simpan yang lebih lama. Oleh karena metodenya yang mudah dan murah, banyak produsen makanan yang menggunakan metode ini.
Sayangnya, meskipun menghasilkan makanan yang menarik dan enak, lemak trans ini memiliki sejumlah dampak negatif bagi kesehatan, terutama bila dikonsumsi berlebihan. Misalnya, seperti memicu penyumbatan darah yang berdampak pada penyakit jantung dan stroke.
Selalu Cek Label Kemasan
Selama ini sumber lemak trans yang paling terkenal adalah produk yang berminyak secara kasat mata seperti makanan yang digoreng. Nyatanya bukan hanya gorengan, produk kemasan yang nampak tak berminyak pun tak sedikit yang mengandung lemak trans, loh! Produk kemasan, seperti biskuit, wafer, dan roti biasanya juga mengandung lemak trans.

Ketahui Batasan Mengonsumsinya
Belakangan ini, WHO dan Kementerian Kesehatan menyerukan untuk mengeliminasi lemak trans, mengingat semakin meningkatnya angka penyakit jantung koroner di Indonesia. Menurut anjuran dari WHO, orang sehat diberi batasan mengonsumsi lemak trans kurang dari 1% dari total kebutuhan harian. Semakin rendah, semakin baik.
Sebagai gambaran, apabila kamu memiliki kebutuhan harian sejumlah 1500 kkal, maka kamu hanya boleh mengonsumsi maksimal 1% dari total kebutuhan, yaitu sebanyak 1,6 gram saja. Sedangkan sering ditemui, dalam satu keping biskuit ada yang kandungan lemak transnya mencapai 3 gram.
Kamu bisa mempertimbangkan hal ini demi kesehatan kamu ketika membeli makanan. Kamu juga perlu waspada terhadap makanan tanpa label kemasan di sekitar kamu yang mengandung lemak trans. Bila kamu memiliki kondisi kesehatan tertentu, sebaiknya konsultasikan jumlah anjuran konsumsi lemak trans dengan dokter. Semoga bermanfaat!