Sahabat Sehat, ada beberapa hal yang menjadi tanda sebelum datangnya menstruasi, seperti perubahan hormon dan emosi, timbul jerawat, serta llain sebagainya. Hal ini dapat disebut sebagai sindrom pramenstruasi atau yang biasa disebut sebagai PMS. Namun, ada gejala PMS yang lebih ekstrim yaitu PMDD.
Apa itu PMDD?
PMDD atau Premenstrual Dysphoric Disorder adalah bentuk dari sindrom pramestruasi (PMS) yang lebih serius. Sekitar 3—8% perempuan mengalami PMDD yang dapat menimbulkan gejala pada fisik maupun emosi. Gejala PMDD dimulai 10 hingga 14 hari sebelum menstruasi dan biasanya hilang dalam dua hari pertama menstruasi. PMDD memerlukan perhatian khusus dan mungkin perlu dikonsultasikan ke dokter.
Gejala PMDD
Gejalanya yaitu emosional atau mudah tersinggung, merasa gelisah, murung, cemas berlebih dan timbulnya serangan panik. Bisa juga jadi sulit berkonsentrasi, depresi, bahkan dapat muncul pikiran untuk mengakhiri hidup. Selain itu, gejala lainnya dapat berupa kelelahan dan merasa lemas, adanya perubah pada nafsu makan, pembengkakan atau nyeri pada payudara, nyeri sendi atau otot, dan merasakan sensasi kembung. Pada sebagian orang, gejala PMDD terjadi setiap menjelang menstruasi dan baru akan berakhir hingga memasuki masa menopause.
Faktor risiko PMDD
Ada berbagai faktor risiko, yaitu mengalami peristiwa traumatis dan gangguan kecemasan yang telah diderita. Namun, hal yang utama sebagai faktor risiko belum diketahui, sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut.
Selain itu, terdapat hubungan kuat antara gejala PMS sedang hingga berat dengan kebiasaan merokok. Jumlah rokok yang dihisap juga mempengaruhi tingkat risiko, bahkan seseorang yang telah berhenti merokok tetap memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang sama sekali tidak merokok. Selain itu, risiko PMDD secara signifikan lebih tinggi pada perempuan yang mulai merokok saat remaja.
Bukan hanya kebiasaan merokok, ada pula keterkaitan antara indeks masa tubuh (BMI) dan peningkatan risiko PMDD. Setiap kenaikan 1 kg/m2, terdapat peningkatan yang signifikan sebesar 3%. Risiko PMS meningkat secara signifikan pada perempuan dengan BMI sama atau lebih tinggi dari 27,5 dibandingkan dengan perempuan dengan BMI kurang dari 20 kg/m2. Selain itu, ada faktor risiko spekulasi, yaitu berisiko jika ada faktor genetika.
Mengatasi PMDD secara alami
Ada beberapa cara untuk mengatasi gejala PMDD yang tidak melibatkan pengobatan. Misalnya, melakukan yoga, meditasi, atau mencari cara lain untuk meningkatkan mood. Kamu juga bisa memperbaiki pola makan dan bila diperlukan tidak ada salahnya mencari kelompok atau sumber dukungan yang dapat membantu. Apabila kamu mengaami gejala yang cukup berat, pastikan untuk berbicara dengan dokter untuk memilih penanganan yang tepat.
Nah, itulah tentang PMDD atau premenstrual dysphoric disorder. Jika kamu mengalami gejalanya dan tidak bisa mengatasinya sendiri, jangan ragu untuk segera periksakan ke dokter, ya!