Sugar-Sweetened Beverages Bisa Picu Hiperglikemia?

Halo Sahabat Sehat, tahukah kamu apa itu hiperglikemia? Hiperglikemia adalah suatu kondisi dimana kadar gula darah pada tubuh seseorang tidak terkontrol, sehingga kadar gula darah menjadi tinggi dan bisa mencapai >300 mg/dl. Hiperglikemia dapat memberikan dampak yang cukup serius, karena dapat menyebabkan penurunan berat badan, mengalami infeksi yang berulang dan berakibat gangguan penurunan kesadaran (ketoasidosis).

sugar-sweetened baverages minuman manis
Foto: Pexels.com

Mengenal Sugar-Sweetened Beverages

Sugar-sweetened beverages (SSBs) atau sebut saja minuman bergula, adalah minuman yang ditambahkan dengan pemanis atau gula tambahan, diantaranya gula jagung, fruktosa, glukosa, high-fructose corn syrup (HFCS), laktosa, maltosa, sukrosa, dan lainnya. Minuman bergula ini biasanya dikemas dengan kemasan yang praktis, harga terjangkau dan mudah dijumpai dimana saja. Tak heran jika banyak orang dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa yang mengonsumsi minuman ini apalagi jika disajikan dalam kondisi dingin.

Jenis minuman ini cukup beragam, diantaranya minuman bersoda, minuman buah, minuman berenergi, teh dan kopi, susu, jus buah, dan minuman isotonic. Kandungan gula dalam minuman tersebut setiap kemasan saji 300-500 ml mengandung sekitar 37-54 gram gula. Jika dibandingkan, jumlah tersebut telah melebihi 4 kali rekomendasi penambahan gula yang aman pada minuman, yaitu 6-12 gram dan menyumbang energi sekitar 310-420 kkal. Wah sudah terbayangkan ya dampaknya bagi kesehatan.

alat cek gula darah hiperglikemia
Foto: Pexels.com

Sugar-Sweetened Beverages dan Hiperglikemia

Mengonsumsi minuman yang mengandung gula ternyata dapat menyebabkan peningkatan berat badan loh, Sahabat Sehat! Gula yang ditambahkan dalam sugar-sweetened beverages umumnya adalah jenis gula sukrosa yang terdiri dari glukosa dan fruktosa. Asupan glukosa dan fruktosa yang berlebih didalam tubuh bisa berisiko menyebabkan obesitas yang biasanya ditandai dengan adanya peningkatan kadar lemak dalam tubuh yang dapat mengganggu sistem kerja insulin dan berdampak pada peningkatan kadar gula darah.

Penting untuk selalu mengontrol asupan gula harian. Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula per hari baik yang berasal dari makanan maupun dari minuman adalah 10% dari total energi, yaitu 200 kkal atau tidak lebih dari 50 gram/orang/hari yang setara kurangn dari 4 sdm/hari. Langkah ini dilakukan untuk mencegah peningkatan kadar gula darah tidak terkontrol dalam jangka waktu lama. Kondisi ini dapat berdampak pada komplikasi kronis yang akan mengganggu fungsi ginjal, gangguan mata atau penglihatan, gangguan saraf yang menyebabkan luka dan amputasi pada kaki, serta penyakit jantung dan pembuluh darah.

Sahabat Sehat, tentu bisa dibayangkan ya dampak dari konsumsi sugar-sweetened beverages bagi kesehatan. Oleh karena itu, yuk batasi konsumsi minuman bergula, serta mengimbanginya dengan konsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga yang teratur, dan mengelola tingkat stress untuk bantu kontrol kadar gula darah.

Ditulis oleh:
Hidayah Pramesty Dewi, S.Gz
S1 Gizi Universitas Negeri Semarang
Mahasiswa Profesi Dietisien IPB University

 

Referensi

Annisa, N. R., Dieny, F. F., Nissa, C., & Tsani, F. A. (2020). Sugar-sweetened beverages as risk factor of central obesity among women in reproductive age. Jurnal Gizi Indonesia.

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengedalian Penyakit. (2019). Buku Pintar Kader Posbindu PTM. Jakarta.

Jayanti, A. K., Sufyan, D. L., Puspita, I. D., & Puspareni, L. D. (2021). Hubungan Konsumsi Sugar-Sweetened Beverages dan Pemesanan Makanan Online dengan Kadar Glukosa Darah Pekerja 25-44 Tahun di Perumahan Kasuari, Cikarang. Ghidza: Jurnal Gizi dan Kesehatan.

[Kemenkes RI] Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan. (2022). Kenali Gejala Hiperglikemia. doi: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1856/kenali-gejala-hiperglikemia. [Diakses 15 Maret 2023]. 

Susilawati. (2019). Konsumsi dan Dampak Kesehatan Minuman Bergula di Indonesia Berdasarkan Data SKMI 2014. Jurnal Vokasi Kesehatan.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.