Cegah Osteoporosis, Optimalkan Puncak Massa Tulang

puncak massa tulang optimal
Foto: Freepik.com

Osteoporosis kerap dikenal sebagai penyakit pengeroposan tulang pada lansia yang timbul akibat proses penuaan. Akan tetapi, tahukah Sahabat Sehat bahwa sebenarnya osteoporosis bisa jadi dampak dari kelalaian semasa muda? Ngga mengoptimalkan puncak massa tulang selagi masih muda dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis di masa tua, loh! Yuk, simak penjelasan berikut!

Mengenal osteoporosis

Osteoporosis merupakan gangguan pada tulang yang ditandai oleh penurunan massa tulang dan perubahan bentuk mikro pada jaringan tulang. Hal tersebut membuat tulang menjadi lemah dan meningkatkan risiko keretakan. Seseorang dianggap mengalami osteoporosis apabila memiliki rata-rata massa tulang kurang dari populasi sehat atau kepadatan mineral tulang < -2,5 SD. Penyakit ini kerap ngga terdeteksi atau juga dikenal sebagai silent disease, biasanya baru diketahui ketika seseorang telah mengalami keretakan atau patah tulang.

Ada dua jenis osteoporosis, yakni osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer meliputi post menopause osteoporosis (tipe 1) akibat penurunan hormon estrogen serta senile osteoporosis (tipe 2) akibat penurunan kadar kalsium dan ketidakseimbangan antara proses pembentukan tulang baru dan penghancuran tulang. Sementara itu, osteoporosis sekunder disebabkan oleh berbagai hal, seperti malabsorpsi, penggunaan obat-obatan seperti glukokortikoid, dan penyakit lain seperti hiperparatiroidisme. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah osteoporosis, yakni dengan memiliki puncak massa tulang yang optimal dan mempertahankannya.

Apa itu puncak massa tulang?

Puncak massa tulang atau peak bone mass merupakan jumlah maksimal tulang yang diperoleh pada masa dewasa muda. Puncak massa tulang juga dapat merujuk pada kemampuan maksimal individu dalam mencapai komponen kekuatan tulang, yang meliputi kandungan mineral tulang, kepadatan mineral tulang areal, dan lain sebagainya. Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi puncak massa tulang, seperti faktor genetik, lingkungan, dan asupan makan.

Seseorang dikatakan mencapai puncak massa tulang ketika tulang ngga lagi bertumbuh secara positif atau telah mencapai tahap stagnan. Biasanya, 95% puncak massa tulang diperoleh sebelum berusia 16 tahun. Sisanya, puncak massa tulang rata-rata dicapai perempuan pada usia 18 tahun dan laki-laki pada usia 20 tahun. Oleh karenanya, penting bagi Sahabat Sehat untuk mengoptimalkan puncak massa tulang pada masa remaja selagi pertumbuhan tulang masih terjadi dengan pesat.

cegah osteoporosis dnegan puncak massa tulang optimal
Foto: Freepik.com

Cara mengoptimalkan puncak massa tulang

Nha, supaya puncak massa tulang pada masa remaja bisa optimal, terdapat beberapa hal yang dapat kamu lakukan, sperti mengonsumsi vitamin D, kalsium, dan fosfor dalam jumlah cukup. Zat gizi tersebut dapat diperoleh dari mengonsumsi produk dairy seperti susu, yogurt, dan keju.

Kamu juga perlu memenuhi kebutuhan energi dan protein untuk menunjang pertumbuhan. Pembatasan konsumsi garam, minuman berkarbonasi, dan kafein juga perlu dilakukan karena pangan tersebut dapat meningkatkan pembuangan kalsium dalam urin, serta menyebabkan penurunan retensi atau penyimpanan kalsium dalam tubuh.

Tak lupa, kamu perlu melakukan aktivitas fisik yang cukup sekitar 60 menit per hari. Aktivitas fisik berperan penting dalam stimulasi pertumbuhan tulang. Aktivitas fisik yang bisa membantu meningkatkan kekuatan tulang antara lain gimnastik, lompat, bela diri, aerobik, latihan beban, menari, lompat tali, berlari, atau aktivitas fisik permainan (sepak bola, tenis, dan lain-lain).

Osteoporosis bisa dicegah sedari dini dengan mengoptimalkan puncak massa tulang pada masa pertumbuhan. Oleh karena itu, jangan lupa jaga kesehatan tulangmu selagi masih muda, ya, Sahabat Sehat!

Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP

Referensi

Akkawi, I. dan Zmerly, H. 2018. Osteoporosis: Current Concepts. Joints, 6(2): 122-127. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6059859/

Fonseca, H., Moreira-Gonçalves, D., Coriolano, H.-J. A., dan Duarte, J.A. 2014. Bone Quality: The Determinants of Bone Strength and Fragility. Sports Med, 44: 37-53. https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs40279-013-0100-7

NHS. 2021. Exercises for healthy bones. https://www.nhs.uk/live-well/exercise/exercises-for-strong-bones/ . Diakses pada 16 Oktober 2021.

Ratajczak, A.E., Zawada, A., Rychter, A.M., Dobrowolska, A., dan Krela-Kaźmierczak, I. 2021. Milk and Dairy Products: Good or Bad for Human Bone? Practical Dietary Recommendations for the Prevention and Management of Osteoporosis, 13(1329). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8072827/

Weaver, C.M. 2008. The role of nutrition on optimizing peak bone mass. Asia Pac J Clin Nutr, 17 Suppl 1: 135-137. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18296321/

Weaver, C.M., Gordon, C.M., Janz, K.F., Kalkwarf, H.J., Lappe, J.M., Lewis, R., O’Karma, M., Wallace, T.C., dan Zemel, B.S. 2016. The National Osteoporosis Foundation’s position statement on peak bone mass development and lifestyle factors: a systematic review and implementation recommendations. Osteoporosis International, 27: 1281-1386. https://link.springer.com/article/10.1007/s00198-015-3440-3

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.