Inilah Hubungan Gula dan Depresi yang Perlu Kamu Tahu

Gula, hubungan konsumsi gula dan depresi
Foto: Unsplash.com

Teman Sehat, pada artikel sebelumnya telah dibahas kaitan antara konsumsi gula dengan risiko mengalami depresi. Ternyata masih banyak loh, fakta menarik lainnya mengenai hubungan gula dan depresi. Penasaran dengan keterkaitan antara konsumsi gula dan terjadinya depresi? Nah, ini dia penjelasannya!

Laki-laki lebih rentan terkena efeknya

Efek kesehatan mental dari gula lebih rentan terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan loh! Dalam sebuah studi di London, para peneliti menemukan bahwa laki-laki yang mengonsumsi 67 gram gula atau lebih per hari, 23% lebih mungkin mengalami depresi setelah lima tahun. Sedangkan laki-laki yang mengonsumsi 40 gram gula atau kurang memiliki risiko depresi yang lebih rendah.

Biasanya laki-laki mengonsumsi lebih banyak kalori dari gula dibandingkan perempuan. The American Heart Association merekomendasikan orang dewasa untuk makan ngga lebih dari 25 gram (wanita) hingga 36 gram (pria) gula tambahan setiap hari.

Konsumsi gula berlebih

Lebih dari 82% Sumber Tepercaya di Amerika menyatakan bahwa konsumsi gula harian telah melebihi batas rekomendasi yang ditetapkan. Hal itu dikarenakan, kamu sering ngga sadar kalau sudah mengonsumsi gula secara berlebih. Misalnya, satu kaleng soda berukuran 12 ons saja sudah mengandung sekitar 39 gram gula dan jumlah tersebut ternyata telah melebihi jumlah asupan gula harian yang direkomendasikan.

Kamu bisa mengatasi hal ini dengan membaca label tabel gizi yang ada pada kemasan produk makanan dengan lebih cermat. Bahkan produk yang memiliki rasa  gurih seperti saus, atau produk yang memiliki klaim menyehatkan seperti yogurt, juga bisa mengandung gula tambahan loh!

Lihatlah kualitas bukan kuantitas

fast food
Foto: Pexels.com

Mengurangi konsumsi gula bukan berarti kamu perlu mengurangi asupan karbohidrat. Women’s Health Initiative mengamati kuantitas dan kualitas karbohidrat yang dikonsumsi oleh hampir 70.000 perempuan yang telah menopause dengan menerapkan nilai glikemik indeks (GI) untuk setiap makanan yang mereka analisis. GI sendiri merupakan angka yang menunjukkan potensi terjadinya kenaikan kadar gula darah setelah mengonsumsi suatu makanan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengonsumsi makanan dengan GI tinggi, lebih berisiko mengalami depresi dibandingkan orang yang mengonsumsi makanan GI rendah. Hal tersebut dikarenakan makanan dengan nilai GI tinggi bisa meningkatkan kadar gula darah lebih banyak dan biasanya banyak mengandung karbohidrat sederhana seperti gula.

Ternyata, yang menyebabkan depresi bukanlah karbohidrat secara umum, melainkan kualitas dari karbohidrat tersebut. Beberapa makanan sumber karbohidrat dengan GI rendah biasanya lebih banyak mengandung karbohidrat kompleks seperti serat, misalnya gandum utuh, sayuran dan buah.

Nah, itulah beberapa hal menarik antara konsumsi gula dengan depresi. Yuk, mulai sekarang lebih cermat dalam mengonsumsi makanan, karena efeknya ngga hanya berlaku untuk kesehatan fisik, melainkan juga pada kesehatan mental. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat!

Editor & Proofreder: Zafira Raharjanti STP

Referensi

Knuppel A, Shipley MJ, Llewellyn CH, Brunner EJ. 2017. Sugar intake from sweet food and beverages, common mental disorder and depression: prospective findings from the Whitehall II study. Sci Rep 7, 6287.

Gangwisch J, Hale L, Garcia L, Malaspina D, Opler MG, Payne ME, Rossom RC, Lane D. 2015. High glycemic index diet as a risk factor for depression: analyses from the Women’s Health Initiative. The American Journal of Clinical Nutrition. 102(2):454-463. 

Steele EM, Baradli LG, Louzada MLDC, Moubarac JC, Mozaffarian D, Monteiro CA. 2016. Ultra-processed foods and added sugars in the US diet: evidence from a nationally representative cross-sectional study. BMJ Open. 6(3): e009892.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.