Sahabat Sehat, kamu mungkin sudah familiar dengan ulat sagu. Hewan yang banyak ditemukan dalam batang pohon sagu ini menjadi salah satu kuliner khas di Papua. Sebagai kuliner yang dianggap unik, tak ayal olahan ulat sagu dicari oleh wisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung ke Papua. Bagi masyarakat Papua, ulat sagu menjadi penyumbang pemenuhan kebutuhan protein.
Mengenal Ulat Sagu
Ulat sagu (Rhynchophorus ferrugineus) adalah larva kumbang pengerek yang hidup pada batang sagu. Ulat ini dicirikan dengan tubuh berwarna putih, pendek gemuk dengan panjang 3-4 cm, dengan kepala warna coklat. Ulat sagu biasa ditemukan pada batang sagu yang sudah busuk. Tekstur ulat sagu lembut dan kenyal dengan rasa khas gurih. Ulat sagu biasa dimakan mentah atau menjadi bahan baku olahan kuliner di Papua.
Kandungan Gizi dan Manfaat Ulat Sagu
Dalam 100 gram ulat sagu, mengandung 181 kalori dengan 6,1 gram protein dan 13,1 gram lemak. Ulat sagu juga mengandung asam aspartat, lisin, tirosin, metionin, dan asam glutamat. Kandungan protein pada ulat sagu berguna untuk membangun dan memperbaiki sel dan jaringan tubuh. Kandungan asam lemak baik, seperti omega 3, omega 6, omega 9 dan asam oleat bermanfaat untuk menurunkan risiko penyakit asma, rematik depresi hingga Alzheimer.
Olahan Ulat Sagu
Ulat sagu biasa dikonsumsi mentah dan dijadikan bahan baku untuk berbagai olahan. Ulat sagu sendiri masuk sebagai kuliner ekstrim di Indonesia. Olahan ulat sagu yang menjadi incaran turis asing dan domestik adalah ulat sagu apatar dan bisa ditemui di Inanwatan, Sorong Selatan, Papua.
Ulat sagu apatar dibuat dengan mencampur ulat dan aci lalu dibungkus dengan daun sagu, kemudian dibakar 15-25 menit hingga matang. Olahan ulat sagu lainnya yakni sate, sop, bakwan, bakso, dan keripik ulat sagu. Bahan ini juga sering dicampurkan dalam berbagai masakan masyarakat Papua sebagai pelengkap nasi goreng, isi telur dadar, lemper dan kroket.
Isu Alergi dan Kehalalan Ulat Sagu
Ulat sagu memang sudah menjadi bagian kuliner turun temurun di Papua. Namun, ulat sagu tidak bisa dikonsumsi oleh semua orang. Hal ini dikaitkan adanya alergen yang dapat menyebabkan alergi.
Bagi umat Muslim mengonsumsi ulat ini dilarang dalam Islam. Pada asasnya, dalam mazhab Syafi‘i, hukum memakan ulat adalah diharamkan melainkan ulat yang berada dalam keju, cuka, kacang hijau, buah-buahan. Jabatan Mufti Negeri Sarawak (JMNS) menyatakan bahwa memakan ulat sagu (mulong) adalah haram dan mengeluarkan keputusan fatwa terkait pada 20 November 2014.
Sahabat Sehat, kuliner ulat sagu adalah satu warisan budaya Indonesia. Jika punya kesempatan dan memang tidak ada larangan mencobanya, kamu boleh mencobanya!
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP