Benarkah Isoflavon Mengganggu Kesehatan Perempuan?

Halo Teman Sehat! Apakah kamu termasuk penggemar minum sari kedelai atau  makanan dengan bahan kedelai lainnya? Pernah ngga sih kamu mendengar kalau konsumsi kedelai bisa menimbulkan gangguan hormon hingga kanker payudara? Eits, jangan buru-buru memutuskan untuk berhentu makan tahu, tempe, susu kedelai, dan yang lainnya dulu ya! Yuk, simak penjelasannya berikut!

Sumber: unsplash.com

Kedelai dan kandungan gizinya

Kedelai merupakan sumber protein nabati yang cukup populer sebagai alternatif daging dan produk berbasis susu sapi. Produk berbasis kedelai seperti tempe, tahu, oncom, sari kedelai, miso, natto telah dikenal bermanfaat bagi kesehatan. Misalnya, sari kedelai dapat menjadi alternatif susu bagi penderita intolerasi terhadap laktosa (lactose intolerance) dan penderita diabetes. Kedelai mengandung protein, riboflavin, folat, vitamin E, vitamin K, asam amino esensial, rendah lemak, dan antioksidan.

Kedelai dan kesehatan perempuan

Beberapa dekade terakhir, penelitian terkait isoflavon kedelai menarik perhatian para peneliti dan ilmuwan, khususnya terkait risiko terhadap penyakit kanker payudara. Isoflavon juga ditemukan pada kacang buncis dan lentil, namun paling banyak terkandung dalam kedelai. Pada makanan, isoflavon terdapat dalam bentuk genistein, diadzin, glisetin. Isoflavon termasuk salah satu jenis pitoestrogen (phytoestrogen) yang dikenal memiliki struktur mirip hormon estrogen (estrogen like structures). Hormon tersebut berperan penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi perempuan. Di sisi lain, isoflavon mampu berinteraksi dengan reseptor estrogen, sehingga adanya isoflavon dikhawatirkan dapat mengganggu fungsi hormon dan kesehatan perempuan. Lalu, apa hubungannya dengan kanker payudara?

Faktor penyebab kanker payudara belum diketahui pasti, namun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi penggantian hormon estrogen khususnya pada perempuan post-menopause berisiko kanker payudara. Pada terapi tersebut alternatif hormon estrogen didapatkan secara buatan (xenoestrogen) maupun secara alami (phytoestrogen), salah satunya isoflavon kedelai. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Wei et al. (2020) terhadap 300.000 perempuan yang berumur 30-79 tahun di Cina memberikan hasil berbeda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan tidak ada hubungan yang berarti antara konsumsi kedelai dan risiko kanker payudara. Sebaliknya, konsumsi kedelai bisa membantu mencegah kanker payudara.

Sumber: google.com

Lebih lanjut, hormon estrogen memiliki dua reseptor yaitu alfa reseptor (ERα) dan beta reseptor (ERβ) yang memiliki efek fisiologis yang berbeda. ERα menunjukkan sifat seperti estrogen dan ERβ memiliki sifat antiestrogenik. Hormon estrogen dapat berikatan dengan keduanya, namun isoflavon hanya dapat berikatan dengan ERβ. Genistein, salah satu komponen isoflavon, mampu meningkatkan kemampuan antikanker dari reseptor antagonis estrogen. Di sisi lain, peralihan tren konsumsi makanan tradisional ke makanan cepat saji ternyata berkaitan dengan peningkatan kasus kanker payudara pada perempuan di Cina. Selain itu, konsumsi kedelai juga kerap dikaitkan dengan gangguan terhadap hormon tiroid. Namun, ternyata tidak berpengaruh.

Tips sehat konsumsi kedelai

Sumber: https://unsplash.com/

  • Pilihlah kedelai organik atau yang berlabel bebas dari rekayasa genetika (GMO-free atau Genetically Modified Organismfree) untuk mendapatkan manfaat terbaik kedelai.
  • Lakukan perendaman dan perebusan untuk menghilangkan senyawa antigizi pada kedelai, seperti asam fitat yang dapat menimbulkan rasa langu hingga mengganggu sistem pencernaan.
  • Produk fermentasi kedelai (misalnya tempe) lebih mudah dicerna dan baik untuk saluran pencernaan karena mengandung mikroba baik (probiotik).

Jadi, sekarang Teman Sehat ngga usah ragu lagi ya mengonsumsi kedelai. Tentu diikuti dengan pengolahan yang tepat agar manfaat dan gizinya terjaga. So, apa menu berbahan dasar kedelai kesukaanmu?

Editor & Proofreader: Fhadilla Amelia, SGz

Referensi

G. Rizzo, “The antioxidant role of soy and soy foods in human health,” Antioxidants, vol. 9, no. 7, pp. 1–25, 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7402135/

E. Röös, T. Garnett, V. Watz, and C. Sjörs, The role of dairy and plant based dairy alternatives in sustainable diets, January 2019. 2018. https://pub.epsilon.slu.se/16016/

F. J. He and J. Q. Chen, “Consumption of soybean, soy foods, soy isoflavones and breast cancer incidence: Differences between Chinese women and women in Western countries and possible mechanisms,” Food Sci. Hum. Wellness, vol. 2, no. 3–4, pp. 146–161, 2013. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2213453013000438

Y. Wei et al., “Soy intake and breast cancer risk: a prospective study of 300,000 Chinese women and a dose–response meta-analysis,” Eur. J. Epidemiol., vol. 35, no. 6, pp. 567–578, 2020. https://www.researchgate.net/publication/337430824_Soy_intake_and_breast_cancer_risk_a_prospective_study_of_300000_Chinese_women_and_a_dose-response_meta-analysis

J. Goldberg, D. R. Mendoza, and W. J. Dahl, “Plant-Based Milks : Soy 1,” pp. 1–5, 2020. https://edis.ifas.ufl.edu/fs422

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.